Banjir Rendam Permukiman dan Sawah Warga di Konawe
Selain menerjang belasan desa wilayah Konawe Utara, banjir juga merendam dua desa di Konawe, dua kabupaten yang berdampingan. Kerusakan lingkungan membuat daya dukung lingkungan semakin buruk di wilayah ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dua desa di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, terendam banjir. Ratusan warga mengungsi seiring ketinggian air yang terus bertambah. Kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan perkebunan membuat daya dukung lingkungan di sana rentan memburuk.
Banjir di Konawe merendam Desa Laloika dan Desa Wonua Monapa di Kecamatan Pondidaha. Sebanyak 354 jiwa mengungsi karena ketinggian air luapan Sungai Konaweha mencapai 1 meter. Warga juga harus menggunakan sampan untuk beraktivitas. Kabupaten Konawe adalah tetangga Kabupaten Konawe Utara yang belasan desanya juga terendam banjir.
Bona (40), warga Desa Laloika, menyampaikan, banjir terjadi dalam tiga hari terakhir. Akibatnya, ia terpaksa membawa tiga anaknya mengungsi di balai desa. ”Sudah dua hari ini mengungsi karena air semakin tinggi,” kata Bona, di kediamannya, Senin (13/7/2020) siang.
Menurut Bona, hujan yang terus turun membuat ketinggian air terus bertambah. Bona berharap banjir tidak semakin tinggi sehingga membuat dia dan anggota keluarganya tidak harus tinggal di pengungsian. Pandemi Covid-19 membuat dia khawatir jika harus berkumpul dengan banyak orang.
Polo (50), warga lainnya, menuturkan, banjir tidak hanya membuatnya harus mengungsi. Ia tidak bisa lagi menggarap sawahnya seluas 2 hektar. Padahal, saat ini, bertepatan dengan musim tanam kedua.
”Sudah beberapa tahun ini banjir terus berulang. Tahun lalu, rumah saya tenggelam sampai atap,” tuturnya, menunjukkan batas air banjir tahun lalu yang ketinggiannya melebihi 1 meter.
Menurut Polo, banjir rutin terjadi sejak 2013 dan ketinggiannya terus bertambah setiap tahun. Sebelumnya, banjir hanya sesekali datang dan tidak membuat warga harus mengungsi. ”Tanggulnya tidak bisa membendung luapan air Sungai Konaweha. Apalagi, kini ada ratusan hektar perkebunan sawit,” ujar ayah empat anak ini.
Kepala Desa Laloika Wawan Setiawan menyebutkan, 230 warga mengungsi di balai desa dan rumah kerabat yang tidak terendam banjir. Selama sebulan terakhir, daerahnya sudah dua kali direndam banjir.
Wilayah desa yang terendam banjir, tutur Wawan, lebih rendah dibandingkan wilayah sekitarnya. Oleh sebab itu, saat hujan deras turun dan sungai meluap, Lailoka dipastikan terendam. Selain merendam desa, sekitar puluhan hektar area persawahan warga juga terdampak banjir.
”Curah hujan yang memang tinggi. Kalau dibilang karena sawit atau pembukaan hutan, bukan kewenangan kami menentukannya,” kata Wawan.
Sejauh ini, pihaknya telah menyiapkan lokasi pengungsian dan dapur umur. Sejumlah bantuan dari Pemprov Sultra, Pemkab Konawe, dan pihak lain telah berdatangan. Semua kebutuhan warga di pengungsian diupayakan bisa terpenuhi.
Banjir di wilayah Sulawesi Tenggara terus meluas. Di Konawe Utara, banjir merendam belasan desa terendam dalam sepekan terakhir. Akibatnya, ribuan warga terpaksa mengungsi.
Bersama Konawe, Konawe Utara sarat kawasan tambang dan kebun skala besar, khususnya sawit. Izin pertambangan di Konawe Utara bahkan mencapai setengah dari luas wilayah kabupaten.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Sultra Saharuddin menyampaikan, banjir di Konawe Utara dan Konawe bisa dipastikan terus terjadi setiap tahun karena semakin terdegradasinya lingkungan di wilayah tersebut. Daya dukung lingkungan terus turun akibat pertambangan nikel, juga perkebunan skala besar.
Terlebih lagi, tambah Saharuddin, pertambangan ilegal di kawasan hutan lindung maupun hutan produksi terus terjadi. Akibatnya, kawasan hutan yang tersisa semakin menipis dan fungsi menjaga kawasan pun hilang.