Banjir di Kalimantan Tengah kian meluas hingga ke tiga kabupaten, yakni Kabupaten Katingab, Kotawaringin Barat dan Lamandau. Di Lamandau, dari lima kecamatan menjadi tujuh kecamatan yang terendam banjir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Banjir di Kalimantan Tengah kian meluas hingga ke tiga kabupaten,yakni Katingan, Kotawaringin Barat dan Lamandau. Di Lamandau, tujuh kecamatan sudah terendam banjir.
Sebelumnya, banjir hanya melanda di Kabupaten Lamandau. Di Lamandau, banjir meluas hingga tujuh kecamatan, dari sebelumnya lima kecamatan. Total terdapat 33 desa dengan lebih kurang 1.500 keluarga yang terdampak banjir.
BPBD LAMANDAU
Petugas BPBD Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah mengevakuasi warga terdampak banjir, Minggu (12/7/2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamandau Edison Dewel mengatakan curah hujan yang terus meningkat intensitasnya membuat air sungai meluap dan luapannya semakin meluas. Pihaknya hingga kini masih mencoba mengevakuasi korban banjir di wilayah yang sulit dijangkau.
“Kami juga masih melakukan pendataan jadi belum bisa memastikan total pengungsi yang sudah ada di pos-pos darurat,” kata Edison saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (13/7/2020).
Pemerintah, lanjut Edison, sudah mulai membangun posko pengungsi di setiap kecamatan juga dapur umum. Bantuan logistik berupa selimut dan makanan hingga baju-baju juga sudah diberikan ke masyarakat yang terdampak.
BPBD LAMANDAU
Petugas BPBD Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah mengevakuasi warga terdampak banjir, Minggu (12/7/2020).
Selain di Lamandau, banjir juga melanda di Kabupaten Kotawaringin Barat. Terdapat tiga kecamatan di kabupaten itu yang terendam banjir, yakni Kecamatan Arut Utara, Arut Selatan, dan Kotawaringin Lama. Pemerintah setempat pun menetapkan status tanggap darurat banjir hingga 20 Juli 2020 mendatang.
Dari data BPBD Kotawaringin Barat, di Kecamatan Arut Selatan terdapat 76 keluarga, lalu di Arut Utara sebanyak 690 keluarga, sedangkan di Kecamatan Kotawaringin Lama sebanyak 776 keluarga. Total terdapat 1.542 keluarga yang terdampak banjir di wilayah tersebut.
“Kami mengevakuasi warga yang memang harus dievakuasi. Kami terus mengingatkan warga yang tinggal di bantaran sungai karena intensitas hujan terus meningkat,” ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotawaringin Barat Reneli.
Reneli menjelaskan, pihaknya terus mendistribusikan bantuan logistik di tiap kecamatan dan desa terdampak. Pihaknya juga menyiapkan posko pengungsian, namun hampir semua warga memilih bertahan di rumah.
Kami terus mengingatkan warga yang tinggal di bantaran sungai karena intensitas hujan terus meningkat
Di Kabupaten Katingan banjir melanda di dua kecamatan yakni Tumbang Sanamang dan Kecamatan Katingan Tengah. Meskipun demikian, tinggi muka air pada Senin sore terus menurun hingga surut di beberapa ruas jalan.
SAVE OUR BORNEO
Peserta aksi di depan kantor Bupati Lamandau, Kalimantan Tengah, Rabu (8/1/2020). Mereka membawa berbagai peralatan aksi.
Benteng alam
Di Kalimantan Tengah, jumlah izin perkebunan sawit maupun pertambangan begitu masif mengkonversi hutan sebagai banteng alam. Hal itu dinilai menjadi salah satu penyebab daya dukung lingkungan menurun karena tingginya deforestasi.
Di Kabupaten Lamandau, tepatnya di Desa Kinipan, Kecamatan Batang Kawa masyarakat tidak pernah merasakan bencana banjir. Sejak masifnya alih fungsi lahan di wilayah itu, banjir pun terus melanda.
Dari data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng, dari total 15,3 juta hektar, terdapat setidaknya 11,3 juta izin konsesi yang diberikan pemerintah kepada pengusaha. Sisanya dikelola oleh masyarakat dan Kawasan hutan maupun permukiman. Namun, tak jarang ditemukan Kawasan perkebunan yang masuk dalam Kawasan hutan.
Berkat Arus, Ketua BPD Desa Kinipan, membawa beberapa jenis tanaman, diantaranya adalah tanaman obat di lokasi yang sudah dibuka perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Minggu (20/1/2019). Selain menanam tanaman mereka juga meratapi bekas rimba yang hilang digusur perkebunan sawit.
Ketua Komunitas Adat Laman Kinipan Efendi Buhing menjelaskan, hutan memiliki banyak fungsi bagi masyarakat adat. Hutan merupakan sumber kehidupan.
Menurutnya, sejak dahulu masyarakat selalu bijak mengelola hutan karena di tempat itu mereka mendapatkan semua yang dibutuhkan mulai dari membuat rumah hingga ke hidangan di meja makan. Hutan di Lamandau juga merupakan sumber tanaman obat dan tempat berburu suku Dayak.
“Selama ini kami tinggal di bantaran sungai dan tidak pernah merasakan banjir, tetapi lihat saat hutan-hutan dibuka baru kali ini dari ratusan tahun kami merasakan banjir,” kata Buhing.