Rumah-rumah ibadah di Manado kembali menggelar ibadah dengan membatasi jumlah umat hingga 30 persen dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Umat dan pemuka agama menyambut baik meski kasus Covid-19 naik drastis.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Rumah-rumah ibadah di Manado, Sulawesi Utara, kembali menggelar ibadah dengan membatasi jumlah umat hingga 30 persen serta penerapan protokol kesehatan secara ketat. Ibadah kembali diperbolehkan setelah sebelumnya pusat-pusat perbelanjaan modern juga dibuka di tengah lonjakan kasus Covid-19 dalam empat hari terakhir.
Setidaknya tujuh dari total 12 gereja Katolik di Manado kembali menggelar misa mingguan, Minggu (12/7/2020). Hal ini seiring penerbitan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 dari Kementerin Agama yang berisi panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah. Sebelumnya, selama tiga bulan, ibadah disiarkan dalam jaringan.
Di Gereja Paroki Santo Joseph Pelindung Pekerja, Kecamatan Malalayang, jumlah perayaan misa ditambah dari tiga menjadi empat kali demi menampung jumlah umat sekaligus memberi ruang jaga jarak antarumat. Sebelum masuk gereja, umat wajib mencuci tangan, mengenakan masker, dan memastikan suhu tubuhnya di bawah 37,3 derajat celsius melalui pemeriksaan petugas di pintu gereja.
Satu bangku hanya boleh diisi oleh satu sampai dua orang, sesuai stiker yang dipasang di kursi sebagai penanda, sehingga umat saling berjauhan dengan umat di samping ataupun di depannya. Petugas mengumpulkan uang sumbangan umat menggunakan kantong yang disambung sebuah galah demi menjaga jarak.
Pastor Paroki Santo Joseph, Stenlly Mokodompit Pr, mengatakan, jumlah umat paling banyak hanya 160 orang, sekitar 30 persen dari kapasitas maksimal gedung gereja 500 orang. Pada misa Minggu pukul 08.30 Wita, hanya 121 umat yang hadir.
Menurut Stenlly, gereja tidak pernah benar-benar tutup selama pandemi karena selalu ada misa harian Senin-Sabtu pukul 05.30 Wita, tetapi tidak ada misa Minggu. ”Selama itu kami sudah terapkan protokol kesehatan. Kami akan evaluasi penerapannya sampai setidaknya sebulan ke depan. Semoga tidak ada kasus positif baru,” katanya.
Menurut Stenlly, sebagian umat masih takut ke gereja demi menghindari risiko tertular Covid-19. Pembukaan gereja juga menuai pro dan kontra di masyarakat. Adapun dorongan membuka gereja muncul salah satunya karena mal sudah dibuka sejak Jumat (10/7/2020). ”Umat juga dituntut kreatif selama pandemi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan sehat bagi semua orang,” katanya.
Di Gereja Katedral Hati Tersuci Maria Manado, misa tetap diadakan tiga kali. Namun, umat yang terbagi dalam lima rayon menurut wilayah tempat tinggal datang ke gereja sesuai jadwal yang diberikan pengurus. ”Satu rayon ada 90-120 umat, tetapi tidak semuanya datang karena sebagian masih takut,” kata Pastor Paroki Gereja Katedral Hati Tersuci Maria Manado, Pastor Alo Koraag, Pr.
Gereja sudah menyediakan tempat cuci tangan serta cairan pembersih tangan. Bangku-bangku pun telah diberi tanda silang sebagai upaya mempertahankan jarak antarumat. Kapasitas gereja dibatasi hanya 150 dari total kapasitas 800 orang.
Jika jumlah umat tetap membeludak, jumlah misa akan ditambah menjadi empat atau lima. Untuk sementara, sesuai anjuran pemerintah kota, anak, ibu hamil, dan orang dengan penyakit bawaan yang rentan terkena Covid-19 diminta tidak mengikuti misa.
Pembukaan kembali gereja disambut baik oleh umat. Salah satunya Maria Suwarsono (21), umat Paroki Santo Joseph. Menurut dia, misa daring tidak bisa menggantikan perayaan misa langsung di gereja. Ia yakin, penularan bisa dicegah jika umat menaati protokol kesehatan.
Sebaliknya, Ursula Kristanti (22), umat Gereja Katolik Raja Damai, Tikala, memutuskan untuk tetap mengikuti misa daring. ”Saya rasa masih ada risiko penularan,” katanya.
Sementara itu, para umat Kristen di Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) juga mulai melaksanakan kebaktian Salah satunya di GMIM Sentrum Manado. Pendeta Flori Monigir Laoh di gereja tersebut mengatakan, ibadah dilaksanakan empat kali, satu lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi menyerang. Kapasitas pun dibatasi hanya 110 orang dari kapasitas gereja 300-400 orang.
Secara umum, penerapan protokol di GMIM Sentrum Manado serupa dengan di gereja Katolik. Selain kelompok rentan tertular Covid-19, Flori juga meminta umat yang baru saja mendapat perawatan di rumah sakit tidak ke gereja hingga satu bulan ke depan.
”Pasar saja dibuka lebar, mengapa gereja tidak? Karena itu, adaptasi kebiasaan baru mutlak dipahami dan diterapkan umat,” kata Flori.
Sebagian besar masjid di Sulut sudah dibuka, kecuali di kecamatan-kecamatan yang pertumbuhan kasusnya tinggi.
Adapun Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Sulut Ulyas Taha mengatakan, sebagian besar masjid di Sulut sudah dibuka, kecuali di kecamatan-kecamatan yang pertumbuhan kasusnya tinggi. Pelaksanaan shalat Jumat pun diperbolehkan dengan menjaga jarak.
”Jemaah bawa sajadah masing-masing untuk menghindari penularan lewat karpet masjid. Memang ada jemaah yang tidak mau menjaga jarak karena menurut mereka saf tidak dapat direnggangkan. Namun, mereka mengimbanginya dengan penyemprotan disinfektan secara rutin,” kata Ulyas.
Jika ada yang terdeteksi positif Covid-19, kata Ulyas, jemaah diminta segera melapor kepada gugus tugas Covid-19 kota/kabupaten. ”Sudah jadi kewajiban kita untuk lapor agar virus tidak menyebar,” katanya.
Ibadah kembali digelar menyusul pembukaan mal yang diiringi peningkatan kasus positif Covid-19 di Sulut. Selama empat hari terakhir, tercatat 383 kasus baru di Sulut sehingga total terdapat 1.633 kasus positif. Manado memiliki 999 kasus.
Syaratnya, mereka siap menegakkan protokol kesehatan. Kesiapan itu ditunjukkan pemuka agama dengan membuat surat pernyataan.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengatakan, keputusan membuka kembali rumah ibadah dikembalikan pada setiap pemuka agama. Syaratnya, mereka siap menegakkan protokol kesehatan. Kesiapan itu ditunjukkan pemuka agama dengan membuat surat pernyataan.
”Kami tidak memberi izin, tetapi silakan cek kesiapan setiap rumah ibadah. Namun, kalau ada kasus baru, rumah ibadah akan ditutup lagi sampai situasi lebih aman. Tolong pemuka agama jaga kota kita, jangan sampai lockdown,” kata Vicky.
Sebelumnya, Gubernur Sulut Olly Dondokambey juga menyatakan tidak pernah menutup rumah ibadah sebab mal pun sudah dibuka. Namun, ia menganjurkan setiap rumah ibadah menerapkan protokol kesehatan. ”Saya harap bisa tetap ada aktivitas ibadah, tetapi jangan sampai ada kluster baru,” kata Olly.