Ribuan rumah terendam banjir di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Sebanyak 50 keluarga mengungsi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
BPBD MELAWI
Banjir merendam permukiman warga di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, sejak Kamis (9/7/2020) hingga Sabtu (11/7/2020).
PONTIANAK, KOMPAS — Sebanyak 2.000 rumah di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, terendam banjir setinggi 1-1,5 meter sejak Kamis (9/7/2020)-Sabtu (11/7/2020). Kerap terdampak banjir, sebagian besar warga masih bertahan di rumah masing-masing.
Banjir merendam wilayah Kecamatan Sayan, Tanah Pinoh, Sokan dan Pinoh Selatan, Menukung, serta Ella dan Kecamatan Nanga Pinoh. Angkutan penumpang dan barang kebutuhan pokok terganggu karena ruas jalan terendam banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Melawi Gusti Syafarudin, Sabtu (11/7/2020), mengatakan, banjir dipicu meluapnya Sungai Pinoh. Hujan deras membuat 20 lokasi di ruas jalan Nanga Pinoh-Sokan tergenang banjir.
”Warga harus naik rakit kayu untuk beraktivitas. Mereka menaikkan sepeda motor ke atas rakit untuk melintasi lokasi banjir,” ujar Syafarudin.
Sepeda motor warga dinaikkan ke atas rakit untuk menyeberangi banjir di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, yang terjadi sejak Kamis (9/7/2020) hingga Sabtu (11/7/2020).
Banjir juga terjadi di Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, sejak Jumat (10/7/2020)-Sabtu (11/7/2020). Ketinggian banjir sekitar 2 meter. Anggun (38), warga Jelai Hulu, Sabtu pagi, mengatakan, banjir dipicu luapan Sungai Jelai.
Banjir di Riam, ibu kota Jelai Hulu, mengakibatkan, sekitar 100 rumah warga terendam. ”Lima hingga enam rumah tangga mengungsi ke lapangan sepak bola dan ke rumah keluarga mereka. Warga dekat lapangan sepak bola mendirikan tenda,” ujarnya.
Ada juga warga yang masih bertahan di rumah, termasuk Anggun. Mereka mendirikan bangunan panggung darurat di dalam rumah agar bisa bertahan. ”Kurang 1,5 meter lagi banjir sudah mencapai atap rumah saya pagi ini,” ujar Anggun, Sabtu pagi.
Toko-toko di tepi sungai semuanya tutup. Jika warga ingin berbelanja, mereka mencari toko di dataran tinggi yang tidak tergenang. Warga dari rumah menggunakan perahu jika ingin berbelanja.
Banjir bandang menerjang dua dusun di perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (8/7/2020). Banjir bandang tersebut merusak sejumlah infrastruktur, salah satunya jembatan penghubung.
Banjir juga mengakibatkan akses sejumlah dusun ke pusat kecamatan tidak bisa dilintasi. Warga Tanjung, misalnya, tidak bisa ke ibu kota kecamatan karena banjir menggenangi Dusun Limus, Deranu dan Dusun Dua Senggukup. ”Berdasarkan informasi yang saya peroleh, setidaknya sekitar 21 desa di Jelai Hulu yang terendam banjir,” ungkap Anggun.
Hingga Sabtu pagi, ketinggian banjir masih 2 meter. Bahkan, Anggun khawatir ketinggian banjir bertambah karena di Jelai Hulu cuaca mulai mendung. ”Saya sudah malas angkat-angkat barang. Saya bertahan di rumah saja,” kata Anggun.
Catatan Kompas, banjir di Jelai Hulu terjadi dua kali dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya, banjir di Jelai Hulu sekitar sebulan lalu. Ketinggian banjir saat itu 1-2 meter dan terjadi sekitar sepekan karena Sungai Jelai meluap.
MANDO UNTUK KOMPAS
Banjir masih melanda Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, hingga Jumat (26/6/2020).
Pada Rabu (8/7/2020), banjir bandang 1,5 meter menerjang Dusun Gramajaya dan Dusun Nekan, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, sekitar 200 km dari Pontianak. Meski tidak ada korban jiwa, banjir tersebut mengakibatkan sejumlah infrastruktur rusak, antara lain, rumah warga dan memutus jembatan penghubung.
Banjir terjadi karena curah hujan tinggi. Rumah warga yang terdiri dari 135 rumah tangga di Dusun Gramajaya dan rumah 118 keluarga di Dusun Nekan diterjang banjir pada Rabu lalu.
Ada enam rumah warga rusak berat, misalnya dindingnya jebol. Infrastruktur lainnya juga ada yang rusak, yakni tembok SDN 08 Nekan dan tembok kantor Desa Nekan jebol. Jembatan penghubung akses jalan utama Dusun Gramajaya menuju Dusun Punti Kayan putus.