Banjir dari luapan air sungai yang mengering di Desa Sidera, Sigi, Sulawesi Tengah, menerjang RSUD Torabelo, Kamis (9/7/2020) malam. Akibatnya, pelayanan kesehatan di rumah sakit ini sempat terganggu.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
SIGI, KOMPAS — Banjir dari luapan air sungai yang mengering di Desa Sidera, Sigi, Sulawesi Tengah, menerjang Rumah Sakit Umum Daerah Torabelo, Kamis (9/7/2020) malam. Akibatnya, pelayanan kesehatan di rumah sakit ini sempat terganggu.
Kamis malam, air menerobos masuk ke kompleks rumah sakit setelah merobohkan pagar tembok setebal 10 sentimeter sepanjang 30 meter. Banjir yang membawa lumpur itu lantas masuk ke ruang-ruang perawatan, terutama di dua bangsal perawatan pasien. Banjir itu bukan baru kali ini terjadi. Bencana yang sama pernah terjadi di sana tahun 2013.
Kondisi ini membuat sebagian dari 20 pasien di ruang perawatan itu dipindahkan ke ruangan lain. Sebagian lainnya dipulangkan karena kondisi mereka sudah membaik. Namun, ada juga yang dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Palu, ibu kota Sulteng, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari RSUD Torabelo.
Halaman enam bangunan perawatan pasien juga direndam lumpur. Perlengkapan ruang perawatan, seperti tempat tidur, lemari, tabung oksigen, dan kantong infus, terpaksa disimpan di gang ruangan.
”Air meluap karena banyak endapan di sungai itu. Pengerukan endapan di sungai itu tidak rutin dilakukan,” kata Direktur RSUD Tarabelo Graf R Beba di Sigi, Sulteng, Jumat (10/9/2020).
Sungai itu berada di sisi timur rumah sakit. Alurnya ditumbuhi semak-semak dengan pasir dan tanah mengisi badannya. Beberapa rumah warga dibangun di kedua sisi sungai. Rumah-rumah itu tak terkena banjir.
Air meluap karena banyak endapan di sungai itu. Pengerukan endapan di sungai itu tidak rutin dilakukan.
Graf menyatakan, satu unit alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum Sigi sudah diturunkan mengeruk endapan, sekaligus melebarkan badan sungai. Pengerukan mulai dilakukan di titik air menerobos pagar tembok rumah sakit ke arah utara menuju Irigasi Gumbasa. Ke depan, pengerukan endapan akan dilakukan secara rutin guna mencegah banjir terulang lagi.
Fitria (44), warga Sidera, yang rumahnya berada di belakang RSUD, menyatakan, aliran sungai awalnya dari timur ke barat, yang berarti masuk ke dalam rumah sakit. Namun, alur sungai dibelokkan dari arah timur ke utara saat rumah sakit itu dibangun sekitar 2011.
”Tidak heran kalau sungai masuk ke rumah sakit karena masih mengikuti aliran lama. Seharusnya memang diperhatikan terus agar tidak terjadi banjir,” katanya.
Aliran sungai awalnya dari timur ke barat, yang berarti masuk ke dalam rumah sakit. Namun, alur sungai dibelokkan dari arah timur ke utara saat rumah sakit itu dibangun sekitar 2011. (Fitria)
Tidak rusak
Pada Jumat, tenaga kesehatan, pekerja di rumah sakit, aparat polisi pamong praja, dan anggota Polri/TNI membersihkan lumpur dari ruangan-ruangan terdampak. Sebagian ruangan sudah bersih, tetapi masih ada sebagian lainnya yang berlumpur. Pembersihan ditargetkan selesai Sabtu (11/7/2020). Semua tenaga kesehatan dibantu petugas instansi lain bekerja untuk mewujudkan hal itu.
”Target kami, ruang-ruang terdampak banjir dioperasikan lagi pada Senin. Semua tenaga kesehatan sudah dikerahkan,” ujar Graf. Ia mengklaim tidak ada alat kesehatan yang rusak karena banjir. Tempat tidur, lemari hanya basah dan terkena lumpur, tetapi tidak rusak.
Target kami, ruang-ruang terdampak banjir dioperasikan lagi pada Senin. Semua tenaga kesehatan sudah dikerahkan. (Graf R Beba)
Secara umum, pelayanan di RSUD itu masih tetap berjalan di ruangan-ruangan atau instalasi yang tidak terdampak banjir, seperti di unit gawat darurat (UGD) dan apotek. Loket UGD masih dibuka seperti biasa. Apotek juga masih beroperasi.
Nining (42), pasien dari Desa Vatunonju, Sigi, pasien yang dievakuasi, mengatakan, seharusnya dia menjalani operasi benjolan di kepala pada Jumat ini. ”Namanya musibah. Tak apa-apa. Saya dijadwalkan datang lagi Senin,” ujarnya.