Pandemi Covid-19 memang membuat ruang gerak terbatas, tetapi tidak dengan inovasi. Ide kreatif tetap bisa bermunculan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 memang membuat ruang gerak terbatas, tetapi tidak dengan inovasi. Ide kreatif tetap bisa bermunculan. Salah satunya alat pelindung wajah dengan sensor pendeteksi jarak karya guru dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Gerung di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Jam menunjukkan pukul 11.00 Wita ketika Andy Sudrajat mengenakan face shield atau alat pelindung wajah di bengkel pendingin dan tata udara SMKN 2 Gerung, Senin (22/6/2020).
Dari jauh, tidak ada sesuatu yang berbeda dari face shield yang dipakai Andy dengan alat pelindung wajah sejenis. Namun, ketika mendekat, akan terlihat jika pelindung wajah itu berbeda. Ada sejumlah komponen tambahan di bagian depannya.
Perbedaannya semakin terlihat saat Andy menghidupkan alat itu dengan menekan tombol di bagian kiri depan pelindung wajah itu. Saat rekannya sesama guru mendekat dalam jarak kurang dari 1 meter, tiba-tiba sirene yang diletakkan di bagian dalam pelindung wajah itu berbunyi.
”Begitulah kerjanya,” kata Andy singkat.
Face shield detector, demikian Andy dan timnya menamakan alat pelindung wajah itu. Face shield itu dilengkapi komponen yang memiliki fungsi sensor jarak.
Jadi, setiap ada orang lain yang berada kurang dari 1 meter di depan penggunanya, sirene yang menjadi salah satu komponen utama pada pelindung wajah itu akan berbunyi.
Ide membuat pelindung wajah dengan sensor jarak tersebut muncul lebih kurang satu bulan lalu. Saat itu Andy kesulitan meminta anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD menjaga jarak ketika bermain dengan teman-temannya.
”Akhirnya, saya coba inovasi itu. Caranya dengan menambahkan sejumlah komponen pada face shield biasa. Lalu saat anak saya memakainya dan berada dekat dengan teman-temannya, alat itu berbunyi. Jadi, secara otomatis, dia langsung menjaga jarak,” kata Andy.
Face shield detector baru diketahui secara luas saat SMKN 2 Gerung diminta menampilkan karya saat penyerahan penghargaan bagi sejumlah SMKN di NTB.
SMKN 2 Gerung menjadi salah satu sekolah yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi NTB atas cool storage buatan mereka. Selain itu, ada SMKN 1 Lingsar dan SMKN 1 Selong yang mendapat penghargaan atas karyanya berupa mobil listrik.
”Saat itu kami membuat empat face shield. Ternyata mendapat respon positif, termasuk dari Gubernur NTB Zulkieflimansyah,” kata Andy.
Pembuatan alat pelindung wajah dengan pendeteksi jarak terbilang mudah dan tidak memakan waktu yang lama, yakni hanya sekitar 30 menit. Hanya saja, kesulitan mendapatkan komponen-komponen utama membuat produksi pelindung wajah dengan pendeteksi wajah masih terbatas.
”Kalau ada yang minta dibuatkan, baru kami buat. Sekarang, kami sedang mengerjakan pesanan dari Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah,” kata Andy.
Face shield detector hasil inovasi Andi bersama siswa-siswa di Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik memiliki tambahan tiga komponen utama, yakni arduino nano, sensor ultrasonik, dan buzzer (sirene).
Arduino nano berupa papan pengembangan pengontrol mini yang menjadi ”otak” dari alat itu. Tim Andy tinggal memasukkan program atau koding dengan bantuan komputer.
Arduino nano dipilih karena bentuknya kecil dan cocok digunakan pada alat-alat kecil. Ukurannya yang kecil membuatnya bisa menggunakan energi dari baterai jam berkapasitas 3 volt yang bisa bertahan hingga satu bulan.
Ada pula sensor ultrasonik yang menjadi ”mata” dari alat itu. Fungsinya sebagai sensor jarak. Komponen itu memiliki banyak tipe sesuai dengan jarak yang bisa disensor.
Khusus pada face shield tersebut digunakan sensor untuk jarak maksimal 4 meter. ”Kalau diminta jarak aman 2 meter, bisa kami program lagi. Namun, untuk saat ini, kami buat yang 1 meter,” kata Andy.
Buzzer atau sirene adalah komponen yang akan otomatis berbunyi ketika sensor ultrasonik mendeteksi orang lain pada jarak kurang dari 1 meter. Sirene itu akan berhenti berbunyi ketika orang tersebut menjauh sekitar 1 meter atau lebih dari 1 meter.
Namun, jika disuruh memilih, kami lebih berharap pandemi ini berakhir.
Pelindung wajah dengan sensor jarak itu terus dikembangkan dan disempurnakan dengan penambahan komponen lain. Misalnya, menambah soket untuk baterai karena saat ini masih ditempel dengan perekat, lampu indikator yang bisa menyala bersama bunyi sirene, dan komponen lain yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
”Tentu bisa terus diperbarui dan diperbanyak untuk digunakan masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun, jika disuruh memilih, kami lebih berharap pandemi ini berakhir,” kata Andy.
Untuk membuat satu face shield detector, dibutuhkan biaya sekitar Rp 70.000. Jika diproduksi dalam jumlah banyak, harga jualnya masih bisa terjangkau oleh masyarakat.
Terkait pelindung wajah itu, Kepala SMKN 2 Gerung Kamran mengatakan, guru dan siswa terus didorong untuk berinovasi sesuai dengan kondisi kekinian. Tidak terkecuali dalam mendukung pencegahan penyebaran Covid-19.
Sebelumnya, SMKN 2 Gerung juga menciptakan cool storage untuk pendingin ikan. Alat dibuat untuk mendukung kebutuhan nelayan di sana karena SMKN 2 Gerung berada di kawasan pesisir. Saat ini, mereka mendapatkan pesanan membuat 102 cool storage untuk salah satu instansi pemerintah.
Kamran menambahkan, penyempurnaan face shield detector akan terus dilakukan. Apalagi, pihaknya mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi NTB untuk memproduksinya dalam jumlah banyak.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyatakan komitmennya untuk mendukung karya-karya SMKN. Menurut Zulkieflimansyah, berbagai karya SMKN di NTB menunjukkan bahwa mereka cerdas dan kreatif.
Sebelumnya, dukungan diberikan kepada pengembangan mobil listrik karya SMKN 1 Lingsar, Lombok Barat. Mobil listrik itu merupakan kerja sama Dinas Perindustrian Provinsi NTB, SMKN 1 Lingsar, dan lima industri kecil menengah (IKM) di NTB. Mobil listrik akan disempurnakan untuk digunakan di sejumlah obyek wisata di NTB.