Masuk Anggota UNESCO, Momentum Pembangunan Geopark Kaldera Toba
Taman Bumi Kaldera Toba resmi menjadi anggota UNESCO Global Geopark. Penetapan itu menjadi titik awal pembangunan kawasan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat lokal, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan konservasi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Setelah melewati perjalanan panjang sejak 2009, Taman Bumi Kaldera Toba resmi menjadi anggota UNESCO Global Geopark. Penetapan itu menjadi titik awal pembangunan kawasan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat lokal, berbasis ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan konservasi.
”Perjuangan untuk pembangunan kawasan berbasis pada prinsip geopark masih panjang. Keanggotaan UNESCO Global Geopark (UGG) merupakan titik awal untuk pembangunan selanjutnya,” kata Wakil General Manajer Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba Gagarin Sembiring, Kamis (9/7/2020).
Gagarin mengingatkan, pembangunan berbasis taman bumi bukan hanya tentang pembangunan pariwisata. Apalagi, dalam beberapa waktu ke depan pariwisata masih sulit dikembangkan karena pandemi Covid-19.
Konsep pembangunan taman bumi mencakup tiga pilar utama, yakni pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan konservasi. Pembangunannya memadukan unsur geologi, keanekaragaman hayati, dan kebudayaan. Selain pariwisata, Taman Bumi Kaldera Toba berpotensi dikembangkan menjadi pusat agroindustri dan pusat ilmu pengetahuan.
Perjuangan untuk pembangunan kawasan berbasis pada prinsip geopark masih panjang. Keanggotaan Unesco Global Geopark (UGG) merupakan titik awal untuk pembangunan selanjutnya.
Taman Bumi (Geopark) Kaldera Toba diterima menjadi anggota UGG melalui sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO) di Paris, Perancis, Selasa (7/7/2020). Kaldera Toba merupakan anggota ke-5 UGG di Indonesia setelah Taman Bumi Kaldera Batur, Taman Bumi Gunung Sewu, Taman Bumi Ciletuh-Palabuhanratu, dan Taman Bumi Rinjani.
Gagarin mengatakan, perjalanan menggagas Kaldera Toba menjadi anggota UGG dimulai sejak 2009. Tim percepatan pun dibentuk pada 2013 dan kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba.
Kaldera Toba diajukan pertama kali ke UNESCO pada 2015, tetapi belum diterima, antara lain, karena pemberdayaan masyarakat lokal yang masih rendah. Kemudian, diajukan kembali pada 2018, tetapi masih diminta untuk memperbaiki sejumlah aspek khususnya pembuatan rencana induk pembangunan kawasan.
Menurut Gagarin, Taman Bumi Kaldera Toba mempunyai keunikan dibandingkan taman bumi lain di Indonesia sehingga potensi pengembangan di luar pariwisata sangat besar. Taman Bumi Kaldera Toba mempunyai kekayaan geologi yang sangat beragam sehingga berpotensi menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Letusan supervulkanik
Letusan supervulkanik Gunung Api Toba purba 74.000 tahun lalu merupakan letusan paling dahsyat di dunia dalam 2,5 juta tahun terakhir. Letusan itu meninggalkan kawah terbesar di dunia yang kini menjadi Danau Toba. ”Satu-satunya tempat belajar tentang proses terbentuk dan mitigasi letusan supervulkanik adalah Kaldera Toba,” kata Gagarin.
Gagarin mengatakan, potensi agroindustri berbasis taman bumi juga sangat besar di kawasan Taman Bumi Kaldera Toba. Ciri utama Taman Bumi Kaldera Toba bukan hanya keindahan, melainkan juga tanahnya yang subur, jenis tanah sangat unik, dan bervariasi.
Ada empat jenis tanah produk letusan gunung api di Kaldera Toba, yakni endapan dasar danau yang terangkat menjadi Pulau Samosir, endapan letusan supervulkanik 74.000 tahun lalu yang menjadi dinding Danau Toba, endapan batuan dasar berusia 300 juta tahun yang tersingkap ke permukaan, serta endapan batuan campuran letusan supervulkanik dengan dua gunung api muda yakni Gunung Sinabung dan Sibayak di Karo.
”Produk letusan ini bisa dibuat menjadi zona untuk tanaman jenis tertentu dalam narasi Kaldera Toba,” kata Gagarin.
Pegiat lingkungan Danau Toba yang juga dosen Pariwisata Institut Agama Kristen Negeri Tarutung, Wilmar Simanjorang , mengatakan, diterimanya Kaldera Toba sebagai anggota UGG harus menjadi momentum untuk mempromosikan dan membangun kawasan. Ia pun meminta agar pembangunan kawasan tidak hanya berbasis modal, tetapi juga pemberdayaan masyarakat lokal.
”Tidak perlu berlomba-lomba membangun hotel mewah di kawasan Danau Toba. Yang paling penting adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kearifan lokal,” kata Wilmar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Nofida Telaumbanua mengatakan, perhatian pemerintah akan semakin besar untuk pengembangan Taman Bumi Kaldera Toba setelah ditetapkan menjadi bagian dari UGG. ”Pembangunan berkelanjutan yang mengangkat perekonomian masyarakat lokal akan menjadi napas pembangunan di Toba,” katanya.
Ria mengatakan, keanggotaan UGG menjadi promosi pariwisata kawasan Danau Toba di dunia internasional. Pariwisata di Danau Toba pun diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat.