Lebih Kurang 10.000 Santri Lirboyo Jalani Karantina Dua Pekan
Lebih kurang 10.000 santri Ponpes Lirboyo Kediri yang datang dalam gelombang II harus dikarantina mandiri selama dua pekan. Hal itu harus dilakukan karena fasilitas ruang karantina milik pemerintah daerah terbatas.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Lebih kurang 10.000 santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, yang datang dalam gelombang II, menjalani karantina selama dua pekan. Digelar di lingkungan ponpes, hal itu dilakukan karena fasilitas ruang karantina milik pemerintah daerah sangat terbatas.
Ribuan santri datang pada Sabtu (4/7/2020)-Selasa (7/7/2020). Mereka berasal dari daerah-daerah di Jawa dan Sumatera. Namun, santri asal daerah merah persebaran Covid-19, seperti Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, hingga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, belum akan datang kali ini.
Juru bicara sekaligus Ketua Pesantren Tangguh Lirboyo KH Abdul Mu’id Shohib, Kamis (9/7/2020), mengatakan, ketentuan yang diterapkan bagi santri yang masuk gelombang II sama seperti sebelumnya. Pada gelombang I, pertengahan Juni, datang 2.500 orang. Adapun jumlah total santri Ponpes Lirboyo mencapai 28.000 orang.
”Sebelum ke Lirboyo, santri sudah menjalani karantina di rumah masing-masing selama dua minggu. Di sini, mereka harus dikarantina lagi,” kata Mu\'id, saat dihubungi dari Malang.
Tiba di ponpes, santri menjalani proses pemeriksaan dan penyemprotan cairan disinfektan. Menurut Mu\'id, ada beberapa santri yang diketahui suhunya di atas 37,3 derajat celsius. ”Mereka lalu ikuti tes cepat dan hasilnya nonreaktif. Setelah itu, mereka ditempatkan di ruang isolasi tersendiri,” katanya.
Sejauh ini, ruang karantina di Ponpes Lirboyo masih mencukupi. Selain menyiapkan tempat isolasi, mereka juga menerapkan protokol kesehatan terhadap para santri selama beraktivitas. ”Ruang isolasi cukup dan memenuhi protokol kesehatan, termasuk physical distancing. Dari evaluasi gelombang I, kami perkirakan untuk 10.000 orang, yang kemudian direalisasikan saat ini,” ujarnya.
”Sisanya tidak sampai 15.000 santri yang masih berada di rumah karena kemarin juga masih ada santri yang tinggal di ponpes (tidak pulang). Kalau yang gelombang II ini memang sudah waktunya masuk agar mereka bisa kembali memulai belajar secara formal,” ucapnya.
Menurut Mu\'id, pihaknya juga memanfaatkan jaringan organisasi alumni Lirboyo di daerah asal santri. Jika di daerahnya terdapat pasien positif Covid-19, santri diminta tidak berangkat ke Lirboyo.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan telah bekerja sama dengan kepolisian dan TNI serta ponpes untuk memantau santri yang baru saja tiba di Kediri. Di Kota Kediri terdapat sekitar 40 ponpes dengan puluhan ribu santri.
"Pihak ponpes (Lirboyo) telah melakukan karantina di kamar bagi para santri yang baru tiba selama dua pekan. Sebelumnya, santri juga sudah melakukan karantina di rumah masing-masing. Apa yang dilakukan ponpes memudahkan kami melakukan penelusuran jika nanti terjadi sesuatu,” katanya.
Sebelumnya, Abu Bakar telah meminta ponpes menyiapkan ruang karantina untuk menampung jika nantinya ada santri yang sakit. Tempat yang disediakan Pemkot Kediri untuk menampung pasien Covid-19 terbatas.
Pemkot Kediri hanya menyediakan dua tempat bagi pasien Covid-19, satu tempat ada di RS Gambiran untuk mereka yang bergejala. Sementara satu lagi ada di RS Kilisuci untuk isolasi mandiri bagi orang tanpa gejala yang rumahnya tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri.