Surabaya Fasilitasi Tes Massal di Kluster Industri
Untuk memutus penularan Covid-19 di kluster industri, Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi tes massal bagi seluruh karyawan. Tes juga dilakukan pada warga sekitar industri untuk mencegah munculnya kluster-kluster baru
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Untuk memutus penularan Covid-19 di kluster industri, Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi tes massal bagi seluruh karyawan. Bahkan, tes juga dilakukan kepada warga sekitar untuk mencegah munculnya kluster-kluster baru.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu (8/7/2020), mengatakan, tes massal untuk industri sudah dilakukan di tiga lokasi, yakni satu pabrik rokok dan dua perusahaan media. Tes massal gratis wajib diikuti oleh seluruh karyawan di perusahaan untuk memetakan penularan yang sudah terjadi. ”Kalau ada yang reaktif dari hasil tes cepat langsung dilanjutkan tes usap. Semakin cepat tes massal dilakukan, maka penularan bisa dicegah,” katanya.
Selain kepada karyawan, tes massal juga dilakukan kepada warga yang tinggal di perkampungan sekitar perusahaan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penularan bahkan memunculkan kluster baru dari karyawan yang telah terpapar virus korona baru (SARS-CoV-2).
”Setelah kami lakukan tes, ternyata banyak warga sekitar yang sudah tertular dari karyawan-karyawan yang kebanyakan indekos di kawasan padat penduduk,” tutur Risma.
Dia mengingatkan kepada perusahaan-perusahaan untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Selain melakukan cek suhu tubuh, karyawan yang masuk ke kantor dan perusahaan diminta hanya separuh dari kapasitas maksimal dan jarak antarkaryawan paling dekat 1 meter.
Untuk mengantisipasi tempat-tempat industri menjadi kluster penularan baru, pihaknya meminta seluruh tempat usaha, antara lain hotel, restoran, toko, dan bengkel untuk melakukan tes kepada karyawan. Tes untuk memastikan tidak ada karyawan yang terjangkit Covid-19 sehingga tidak menular ke konsumen yang ditemui saat transaksi jual beli.
”Tim rutin melakukan pemantauan di tempat industri untuk memastikan perusahaan menjalankan semua protokol kesehatan sesuai aturan,” ujar Risma.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, potensi penularan Covid-19 di area industri, terutama industri padat karya cukup tinggi. Jarak karyawan cukup dekat sehingga droplet (percikan air dari bersin atau batuk) mudah menjangkau rekan kerjanya.
Jika sudah terjadi penularan di area industri padat karya, ya ambyar.
Pada kluster pabrik rokok Sampoerna, misalnya, dari seluruh karyawan yang berjumlah 506 orang mengikut tes cepat, hasilnya ada 123 orang reaktif. Mereka kemudian melakukan tes usap dan hasilnya ada 77 karyawan positif. Padahal, kasus awal dari kluster tersebut ada dua orang. ”Jika sudah terjadi penularan di area industri padat karya, ya ambyar,” ujarnya.
Windhu mengingatkan kepada pemerintah daerah agar tidak terburu-buru membuka kembali sektor industri. Hanya industri yang memenuhi kebutuhan pokok didahulukan dibuka, sedangkan industri lain yang kurang mendesak sebaiknya menunggu hingga situasi terkendali.