Dokter dan Bidan Puskesmas di Sidoarjo Meninggal karena Covid-19, Layanan Tetap Jalan
Seorang dokter dan bidan yang bertugas di puskesmas berbeda di Sidoarjo meninggal dengan status terkonfirmasi Covid-19. Meski demikian, pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut tetap berjalan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Seorang dokter dan bidan yang bertugas di puskesmas berbeda di Sidoarjo meninggal dengan status terkonfirmasi Covid-19. Meski demikian, pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut tetap berjalan normal. Masyarakat pun diimbau tidak khawatir.
Dokter yang meninggal bernama Agus Pramono (49) yang juga Kepala Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong. Sementara bidan bernama Ida Istiningtyas (46) yang bertugas di Puskesmas Krembung. Mereka meninggal pada Selasa (7/7/2020) dalam perawatan intensif di rumah sakit rujukan di Surabaya.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya berupaya maksimal memberikan perawatan kepada tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19. Dua orang yang meninggal belakangan, misalnya, dirujuk ke RSI Jemursari, Surabaya, dan RS Husada Utama, Surabaya.
”Upaya merujuk pasien ke RS rujukan di luar kota ini untuk memberikan penanganan terbaik. Salah satunya agar mereka mendapat ventilator,” ujar Syaf Satriawarman, Rabu (8/7/2020).
Kondisi rumah sakit rujukan di Sidoarjo saat ini penuh. Hampir semua rumah sakit juga kehabisan ventilator yang sangat diperlukan untuk membantu pernapasan pasien Covid-19. Keberadaan ventilator sangat krusial.
Baik Agus maupun Ida pada awalnya dirawat di rumah sakit karena penyakit penyerta yang diderita sejak lama. Saat diuji cepat, mereka menunjukkan hasil nonreaktif. Namun, setelah di uji usap, terkonfirmasi positif Covid-19. Tidak diketahui sumber penularannya.
Selain berupaya memberikan penanganan maksimal terhadap tenaga kesehatan, Dinkes Sidoarjo juga meningkatkan pengetesan Covid-19 dengan metode uji cepat dilanjutkan uji usap untuk mengonfirmasi hasilnya. Uji cepat dilakukan di puskesmas masing-masing, sedangkan uji usap digelar di laboratorium kontainer di Gelora Delta Sidoarjo, Selasa.
Selama para dokter dan tenaga kesehatan menjalani pengetesan Covid-19, pelayanan di puskesmas diliburkan dan dilakukan penyemprotan disinfektan. Namun, kegiatan itu hanya berlangsung sehari dan pelayaan puskesmas kembali normal pada Rabu. Hanya tenaga kesehatan yang reaktif yang diminta jalani isolasi mandiri seraya menunggu hasil uji usap.
Meninggalnya dokter dan bidan puskesmas ini menambah panjang daftar tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19. Sebelumnya ada tiga tenaga kesehatan meninggal, yakni seorang dokter dan perawat yang bertugas di RSUD Sidoarjo serta seorang perawat swasta. Selain itu, hampir 300 tenaga dokter dan tenaga kesehatan di Sidoarjo terindikasi Covid-19 dengan status ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan), reaktif, hingga terkonfirmasi positif.
Selain menapis seluruh pegawai puskesmas, menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan sekitar, Dinkes Sidoarjo juga menindaklanjuti hasil pengetesan dengan melakukan penelusuran kontak erat. Itu merupakan upaya memutus sebaran virus sekaligus deteksi dini terhadap orang yang terindikasi Covid-19 agar segera mendapatkan penanganan.
Dokter dan nakes merupakan kelompok yang rentan tertular Covid-19 karena interaksi mereka yang tinggi dengan masyarakat, terutama orang-orang terindikasi terkena virus korona galur baru. Orang yang terindikasi Covid-19 ini statusnya beragam, mulai dari ODP, PDP, hingga orang terkonfirmasi positif dengan gejala klinis ataupun tanpa gejala (OTG).
Untuk menjaga kondisi kesehatan para tenaga kesehatan, Dinkes Sidoarjo telah membagikan suplemen, seperti susu, telur, buah, dan vitamin. Selain itu, semua kebutuhan alat pelindung diri (APD) juga dipenuhi. Para tenaga kesehatan di puskesmas yang kondisi kesehatannya tidak baik diminta menjalani isolasi mandiri.
”Apabila yang isolasi mandiri di satu puskesmas lebih dari lima orang, dinkes menyiapkan tenaga pengganti. Saat ini ada 58 tenaga kesehatan yang bisa dioptimalkan. Mereka sejatinya disiapkan untuk dua puskesmas baru,” kata Syaf Satriawarman.
Apabila yang isolasi mandiri di satu puskesmas lebih dari lima orang, dinkes menyiapkan tenaga pengganti.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Saifuddin menyatakan duka yang mendalam atas meninggalnya dokter Agus dan bidan Ida. Sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sidoarjo, pihaknya terus berupaya meningkatkan perlindungan terhadap nakes dengan memenuhi semua kebutuhan APD.
”Pemda juga menyiapkan insentif untuk tenaga kesehatan yang bekerja menangani pasien Covid-19 tetapi tidak menerima insentif dari Kementerian Kesehatan. Untuk datanya masih dalam proses pengumpulan,” ujar Nur Achmad.