Akses Masuk-Keluar Pedalaman Kalimantan Selatan Masih Dibatasi
Pada saat kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan meningkat, masyarakat di daerah pedalaman Pegunungan Meratus berupaya menjaga agar daerahnya tidak terpapar atau tetap zona hijau. Mereka membatasi akses orang.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pada saat kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan terus meningkat, masyarakat di daerah pedalaman Pegunungan Meratus berupaya menjaga agar daerahnya tidak terpapar Covid-19 atau tetap zona hijau. Mereka menutup akses ke kawasan wisata alam dan mencegah orang luar masuk. Akses keluar warga setempat juga dibatasi.
Ketua Umum Kerukunan Suku Dayak Meratus (KSDM) Provinsi Kalimantan Selatan Kapau Fauziono yang tinggal di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengatakan, sampai saat ini, orang luar belum diperbolehkan masuk ke Loksado. Semua obyek wisata alam di Loksado juga masih ditutup sejak akhir Maret lalu.
”Kami masih waspada terhadap penyebaran Covid-19. Apalagi, saat ini hanya Kecamatan Loksado yang masih zona hijau di Hulu Sungai Selatan. Kondisi itu harus kami pertahankan,” kata Kapau saat dihubungi dari Banjarmasin, Rabu (8/7/2020).
Sampai dengan Rabu (8/7/2020), di Hulu Sungai Selatan tercatat 118 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 88 orang dirawat, 23 sembuh, dan 7 meninggal. Dari 11 kecamatan di Hulu Sungai Selatan, hanya di Loksado belum ditemukan kasus positif Covid-19.
Untuk menjaga kawasan Loksado dari paparan Covid-19, menurut Kapau, setiap desa di Loksado membuat posko pemantauan. Warga berjaga di situ untuk mencegah orang luar masuk. ”Orang kampung juga sudah mengadakan selamatan agar terhindar dari wabah virus korona,” ujarnya.
Loksado yang berada di lereng Pegunungan Meratus merupakan salah satu daerah tujuan wisata alam dan budaya di Kalsel. Di daerah tersebut terdapat beberapa air terjun, pemandian air panas, dan wisata arung jeram menggunakan rakit bambu atau bamboo rafting.
Kapau mengatakan, semua obyek wisata di Loksado masih ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Akses menuju Air Terjun Haratai bahkan masih dijaga secara ketat oleh warga Desa Haratai. ”Desa Haratai juga menerapkan sanksi atau denda adat bagi yang melanggar. Orang luar yang tetap nekat masuk dikenai denda adat sebesar Rp 500.000 per orang,” katanya.
Kami masih waspada terhadap penyebaran Covid-19. Apalagi, saat ini hanya Kecamatan Loksado yang masih zona hijau di Hulu Sungai Selatan. Kondisi itu harus kami pertahankan.
Menurut Kapau, tak hanya akses bagi orang luar yang ditutup, akses bagi warga pedalaman sendiri juga dibatasi. ”Untuk sementara, orang kampung hanya boleh keluar sampai Kandangan, ibu kota kabupaten. Sebisa mungkin jangan dulu ke Banjarmasin,” katanya.
Saat ini, kasus positif Covid-19 di Kalsel masih terus bertambah. Per Rabu (8/7/2020) terjadi penambahan kasus positif sebanyak 123 orang sehingga jumlahnya kini menjadi 3.818 orang. Dari jumlah tersebut 2.470 orang dalam perawatan, 1.139 sembuh, dan 209 meninggal. Kasus positif terbanyak masih di Banjarmasin, yakni 1.549 orang positif dengan 128 di antaranya meninggal.
Kepala Adat Dayak Pitap Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Aliudar juga masih melarang orang luar memasuki wilayah adat Dayak Pitap, terutama untuk berwisata. Salah satu lokasi wisata alam di Tebing Tinggi yang banyak dituju para pencinta alam adalah Gunung Hauk di Desa Ajung.
”Untuk sementara, kami tidak mengizinkan orang luar masuk wilayah kami. Hal itu untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 sampai ke daerah pedalaman. Jika masih ada yang melanggar, akan dikenai sanksi atau denda adat,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhammad Muslim, yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, mengatakan, pihaknya mendorong peran aktif masyarakat dalam memutus rantai penularan Covid-19, terutama melalui kampung tangguh banua. ”Kami berharap kampung tangguh berperan optimal dalam masa transisi menuju normal baru,” katanya.