Perekonomian Bali selama 2020 diprediksikan mengalami kontraksi akibat terdampak pandemi penyakit Covid-19. Bali perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru selain tetap mengandalkan pariwisata.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Perekonomian Bali selama 2020 diprediksi mengalami kontraksi akibat terdampak pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19). Ketergantungan Bali terhadap pariwisata merupakan salah satu sumber kerentanan perekonomian Bali selama pandemi Covid-19. Bali perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru selain tetap mengandalkan pariwisata.
Demikianlah benang merah dalam seminar secara dalam jaringan bertajuk ”Reshaping Bali Economic Strategy After Covid-19” serangkaian diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Bali Mei 2020 yang diselenggarakan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali, Selasa (7/7/2020).
Bahkan beberapa negara pasar utama pariwisata sekaligus rival Indonesia, misalnya Malaysia, China, Vietnam, dan Thailand, tampak sudah mampu mengelola pandemi Covid-19.
Dalam Laporan Perekonomian Provinsi Bali periode Mei 2020, yang disampaikan Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali Trisno Nugroho dalam webinar, ekonomi Bali pada triwulan I 2020 mengalami pertumbuhan negatif, yakni -1,14 persen, dibandingkan kondisi pada triwulan I-2019. Triwulan I-2019, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 5,51 persen.
Kondisi itu dipengaruhi sejumlah hal, di antaranya, terjadinya kontraksi pada kinerja investasi yang disebabkan kebijakan pembatasan perjalanan atau karantina wilayah (lockdown) yang diterapkan sejumlah negara akibat pandemi Covid-19, dan terjadinya kontraksi pada kinerja lapangan usaha di Bali akibat penerapan protokol kesehatan dan pembatasan sosial.
Hal lain, terjadinya perlambatan sektor pertanian yang disebabkan belum masa panen tanaman pangan di Bali pada triwulan I-2020. Dari sisi fiskal, konsumsi pemerintah daerah juga masih terbatas.
Pandemi Covid-19 memengaruhi pariwisata yang menjadi andalan Bali. Terjadi penurunan yang signifikan dari jumlah penumpang pesawat, baik penumpang internasional maupun penumpang domestik, sejak pandemi Covid-19.
Pariwisata
Berdasarkan laporan terkini Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali periode Januari-Mei 2020 sebanyak 1.050.060 kunjungan, atau turun sedalam 54,47 persen, dibandingkan periode Januari-Mei 2019 yang sebanyak 2.306.266 kunjungan.
Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menyatakan, pandemi Covid-19 berdampak global dan berefek domino. Selain terhadap aspek kesehatan, pandemi Covid-19 juga meberikan efek sosial, ekonomi, dan keuangan. Mengacu Bloomberg Economic Growth Forecast, menurut Josua yang dihadirkan sebagai narasumber webinar, pertumbuhan ekonomi dunia pada kuartal II-2020 terkoreksi tajam. Ekonomi Indonesia juga mengalami kondisi yang sama.
Josua menambahkan, organisasi dan lembaga keuangan internasional, yakni Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dan Bank Dunia (World Bank), juga sudah mengoreksi pandangan mereka tentang pertumbuhan ekonomi global menjadi semakin rendah selama 2020. IMF mengoreksi outlook pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen pada Januari 2020 menjadi -3,0 persen pada April 2020 lalu menjadi -4,9 persen pada Juni 2020.
Josua menyatakan, Indonesia perlu mewaspadai dampak pandemi Covid-19 terhadap bertambahnya kemiskinan dan pengangguran selain efek pandemi Covid-19 itu terhadap perekonomian. Intervensi pemerintah diperlukan untuk mengantisipasi dampak sosial tersebut.
Dari sisi kesehatan, penanganan kasus Covid-19 di Indonesia perlu diperkuat sehingga Indonesia mampu mengendalikan pandemi lebih baik. ”Bahkan beberapa negara pasar utama pariwisata sekaligus rival Indonesia, misalnya Malaysia, China, Vietnam, dan Thailand, tampak sudah mampu mengelola pandemi Covid-19,” ujar Josua.
Narasumber lain dalam webinar tersebut, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus menyebutkan, pandemi Covid-19 menjadi momen bagi Indonesia, termasuk Bali, untuk membangun dan mengembangkan sumber perekonomian baru.
Bali, menurut Firdaus, memiliki potensi dan sumber daya untuk membangun pertanian yang juga berorientasi ekspor selain untuk memenuhi kebutuhan domestik di Bali.
”Pertanian juga untuk menyerap tenaga kerja selain menjadi sumber pendapatan baru,” ujarnya. Untuk itu, menurut Firdaus, Bali perlu memetakan pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi dan memetakan potensi surplus dan defisit pada sektor pertanian. Selain juga membangun kerja sama dengan penyedia jasa teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk pertanian dalam upaya pengembangan digitalisasi.