Kluster Pabrik Rokok Tulungagung Sumbang Terbanyak Kasus Positif di Kabupaten Kediri
Kluster pabrik rokok Mustika Tulungagung masih menjadi penyumbang terbanyak angka positif Covid-19 di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Desa-desa diminta mengaktifkan rumah karantina.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Kluster pabrik rokok Mustika Tulungagung masih menjadi penyumbang terbanyak angka positif Covid-19 di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hingga 6 Juli, dari total angka kasus positif yang mencapai 247, sebanyak 55 kasus di antaranya berasal dari kluster pabrik rokok tersebut.
Juru Bicara Covid-19 Kabupaten Kediri Ahmad Chotib, saat dikonfirmasi dari Malang, Selasa (7/7/2020) sore, mengatakan, kluster kedua terbanyak juga merupakan pabrik rokok, yakni Araya di Tulungagung. Jumlah angka positif mencapai 22 orang. Di tempat ketiga ada kluster baru 38 orang dan Desa Kedak 29 orang. Kluster Surabaya menduduki urutan kelima dengan jumlah 16 orang. Total ada 30 kluster Covid-19 di Kabupaten Kediri.
”Kasus paling banyak di Kabupaten Kediri sumbangan dari sana (kluster Pabrik Rokok Mustika). Mereka tersebar di sejumlah desa di beberapa kecamatan (di sisi selatan Kabupaten Kediri), seperti Kecamatan Semen, Ngadiluwih, Kras, Wates, dan lainnya,” kata Chotib.
Kasus paling banyak di Kabupaten Kediri sumbangan dari sana (kluster Pabrik Rokok Mustika).
Menurut Chotib, untuk menangani jumlah kasus yang terus meningkat, pihaknya telah meminta setiap desa mengaktifkan kembali tempat karantina. Keberadaan tempat karantina penting untuk mengantisipasi penderita yang tidak mampu menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Pada rentang 3-6 Juli di Kabupaten Kediri terjadi penambahan 14 kasus. Adapun dari total 247 kasus tersebut; 62 orang dinyatakan sembuh, 15 orang meninggal, dan 170 orang dirawat. ”Penambahan kasus masih terjadi. Untuk itu, kami ingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Sementara itu, di Kota Batu, aparatur Desa Mojorejo di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, menerapkan pembatasan sosial terhadap warga di RW 006 menyusul jumlah kasus Covid-19 yang terus bertambah. Hingga saat ini ada 11 warga Mojorejo yang dinyatakan positif, dua orang di antaranya meninggal.
Kepala Desa Mojorejo Rujito mengatakan, pihaknya melakukan pembatasan sosial berskala lokal (PSBL) sejak Senin (6/7) sampai dua pekan ke depan. Selama PSBL, aktivitas warga dan akses masuk ke wilayah dibatasi.
”Penerapan PSBL dengan alasan angka peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan. Selain, itu hasil koordinasi dengan Pemerintah Kota Batu juga menyarankan dilakukan PSBL sehingga kami tindak lanjuti mulai kemarin,” katanya.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Batu hingga 6 Juli, selain ada 11 orang yang terkonfirmasi positif, di Mojorejo juga terdapat 3 pasien dalam pengawasan (PDP), 1 orang dalam pemantauan, 1 orang tanpa gejala, dan 10 orang dengan risiko (ODR).
Menurut Rujito, sebenarnya ada dua RW yang perlu dilakukan PSBL, yakni RW 006 dan 008. Namun, lokasi RW 008 di pinggir jalan raya—tidak memungkinan ditutup—sehingga aktivitas warga hanya diawasi petugas. Sementara di RW 006 lebih memungkinkan untuk dilakukan pembatasan.
”Kami batasi aktivitas warga, ada jam malam juga. Mereka yang tidak punya kepentingan tidak bisa masuk. Sementara warga yang keluar masuk diperiksa suhu tubuhnya dan dilakukan sterilisasi kendaraan dengan disemprot disinfektan,” ucapnya.
Juru Bicara Covid-19 Kota Batu Muhammad Chori mengatakan, untuk PSBL di Desa Mojorejo sifatnya baru usulan dari pihak desa ke kecamatan. Setelah ini, pihak kecamatan akan meneruskan ke Pemerintah Kota Batu untuk kemudian dilakukan kajian soal epidemiologis untuk wilayah yang dimaksud.
”Namun, berdasarkan informasi dari pihak kecamatan, saat ini mereka (pihak desa) sudah melakukan isolasi wilayah secara mandiri,” katanya.
Angka kasus Covid-19 di Batu hingga 6 Juli tercatat ada 86 terkonfirmasi positif (7 meninggal, 24 sembuh), 125 PDP (10 meninggal, 71 selesai pengawasan, 44 dalam pengawasan), dan 336 ODP.