Debit air Bendungan Tilong di Desa Tilong, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, turun drastis. Kondisi ini rentan memengaruhi ketersediaan air bersih bagi warga Kota Kupang.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Debit air Bendungan Tilong di Desa Tilong, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, turun drastis. Kondisi ini rentan memengaruhi ketersediaan air bersih bagi warga Kota Kupang.
Sejak tahun 2014, Tilong adalah penyuplai air baku bagi warga Kota Kupang. Namun, sejak tiga bulan terakhir suplai air bersih terhenti diduga akibat musim kemarau hingga potensi kerusakan lingkungan di sekitar bendungan. Untuk mengatasi hal ini, PDAM Kota Kupang bekerja sama dengan pemilik sumur bor. Namun, semuanya belum cukup. Sekitar 42,7 persen warga Kupang mengusahakan air baku sendiri.
Pengamatan di Bendungan Tilong, sekitar 50 kilometer dari Kota Kupang, Selasa (7/7/2020), memperlihatkan air bendungan yang selama ini mendekati permukaan talud bendungan kini turun jauh mendekati dasar bendungan. Tiang pengukur ketinggian permukaan air tampak berdiri tegak dan kering. Dari bayangan yang tampak di batang dasar tiang masih tersisa air sekitar 2 meter dari dasar bendungan.
Kondisi bendungan pun tidak memperlihatkan nuansa sejuk dan asri seperti sebelumnya. Suasananya begitu gersang. Kondisi hutan di bagian hilir dari bendungan itu meranggas, kerdil, dan kering. Bagian hulu bendungan pun terlihat sedang dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Sebelumnya, pada periode yang sama, ketinggian air antara 7-8 meter, sedangkan pada musim hujan bisa mencapai 11-13 meter dari dasar kolam. Diprediksi pada puncak kemarau, Agustus-November, air bendungan bakal mengering karena penguapan dan proses pengaliran ke lahan pertanian dan pemukiman warga.
Luas tangkapan air hujan bendungan 36,47 kilometer persegi. Luas genangan air 154,90 hektar. Kapasitas total tampungan bendungan 19,07 juta metrik kubik. Namun, saat ini diprediksi bendungan itu hanya menyimpan sekitar 4 juta metrik kubik air.
Kondisi bendungan pun tidak memperlihatkan nuansa sejuk dan asri seperti sebelumnya. Suasananya begitu gersang. Kondisi hutan di bagian hilir dari bendungan itu meranggas, kerdil, dan kering. Bagian hulu bendungan pun terlihat sedang dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang Marius Seran mengatakan, sudah tiga bulan Tilong tidak menyuplai air baku bagi 550.000 penduduk Kota Kupang. PDAM Kota Kupang membeli air dari Badan Layanan Umum Sistem Penyediaan Air Minum Pemprov NTT.
Untuk mengatasi keadaan ini, PDAM Kota Kupang sedang bekerja sama dengan masyarakat yang memiliki sumur bor agar mereka bisa mengalirkan air ke rumah warga.
”Saat ini, pelayanan air bersih dipenuhi juga dari sumur bor milik pemkot. Kami hanya punya dua titik sumber air permukaan, yakni Kali Dendeng dan Kali Oeba, tetapi musim kemarau ini debit air turun, sisa 4 liter per detik,” katanya.
Saat ini, pelayanan air bersih dipenuhi juga dari sumur bor milik Pemkot. Kami hanya punya dua titik sumber air permukaan, yakni Kali Dendeng dan Kali Oeba, tetapi musim kemarau ini debit air turun, sisa 4 liter per detik.
Marthen Ruis (48), warga Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, mengatakan, selama 18 tahun dirinya hanya mengandalkan air dari mobil tangki.
”Saya beli air tangki Rp 70.000 per bulan, ukuran 5.000 liter. Satu pekan dua mobil tangki untuk kebutuhan kami enam orang di dalam rumah,” katanya.
Anggota DPRD Kota Kupang, Roni Lotu, mengatakan, sumber air di Kota Kupang terbatas. Pemerintah sedang berupaya membangun Bendungan Kolhua untuk menyuplai air bersih bagi warga Kota Kupang. Namun, hal itu masih terkendala lahan pertanian.