Kapal Motor Kasih 25 yang Tenggelam di Perairan Kupang Diduga Beroperasi Liar
Kapal Motor (KM) Kasih 25, jenis lampara, yang tenggelam diperairan Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengangkut 29 orang dari Pantai Tablolong, Kupang, menuju Pulau Rote, diduga beroperasi secara liar.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kapal Motor Kasih 25, jenis lampara, yang tenggelam di perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengangkut 29 orang dari Pantai Tablolong, Kupang, menuju Pulau Rote, diduga beroperasi secara liar. Kapal ini tidak memiliki izin berlayar dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, juga tanpa izin penangkapan ikan dari Pusat Pendaratan Ikan. Sebanyak 3 orang meninggal, 19 orang selamat, dan 7 orang masih dalam pencarian.
Kepala Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Timur Isyak Nuka, di Kupang, Senin (6/7/2020), mengatakan, KM Kasih 25 jelas mengabaikan beberapa ketentuan dalam berlayar. Imbauan dari BMKG, Jumat (3/7), dalam 14 hari ke depan terjadi gelombang tinggi dan angin kencang. Karena itu, semua pelayaran perlu waspada, Feri pun tidak beroperasi.
”Kapal naas itu diduga bukan kapal penumpang. Jika Kasih 25 itu kapal penumpang, ia memiliki izin berlayar mengangkut penumpang yang dikeluarkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Tenau Kupang. Namun, tidak ada izin sama sekali. Kami sudah cek ke sana,” tutur Isyak.
Ini menyebabkan data dari beberapa sumber soal jumlah penumpang dan anak buah kapal simpang siur, seperti dari Basarnas Kupang, Polres Rote Ndao, dan keterangan dari anak buah kapal dan nahkoda sendiri pun berbeda-beda.
Jika KM Kasih 25 itu kapal nelayan, ia harus mendapatkan izin penangkapan ikan dari Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Tenau atau PPI Oeba. Akan tetapi, dari dua PPI itu, KM Kasih 25 ini pun tidak terdaftar. Diduga, kapal ini juga tidak memiliki izin penangkapan ikan. Kesimpulan, ia beroperasi liar dan bertindak liar pula.
Kapal naas itu diduga bukan kapal penumpang. Jika Kasih 25 itu kapal penumpang, ia memiliki izin belayar mengangkut penumpang yang dikeluarkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Tenau Kupang, tetapi tidak ada izin sama sekali.
”Dia sering beraktivitas di wilayah ini, entah menangkap ikan, mengangkut penumpag. Namun, untuk memastikannya, akan diturunkan tim guna melakukan penyelidikan atas status sebenarnya kapal ini. Jika melanggar sejumlah ketentuan di atas, akan diserahkan ke penegak hukum untuk diproses,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Rote Ndao Ajun Komisaris Besar Bambang Hari Wibowo dalam siaran pers yang diterima Kompas menyebutkan, kapal yang digunakan mengangkut penumpang ini adalah jenis kapal nelayan lampara. Sebenarnya, kapal ini hendak ke Rote untuk mencari ikan, membawa 12 anak buah kapal. Akan tetapi, kemudian, ada 17 penumpang yang ikut ke Rote karena ada kedukaan di Rote.
”Kapal berangkat dari Tablolong Minggu, 5 Juli pukul 10.30 Wita. Pada pukul 12.20, kapal itu diterjang gelombang dengan ketinggian sekitar 3 meter disertai angin kencang berkecepatan 35 knot per jam. Kapal tidak bisa dikendalikan nahkoda, yang saat itu dikuasai Frengky. Kapal pun tenggelam di Selat Pukuafu, antara Kota Kupang dan Pulau Rote,” papar Bambang.
Dalam kejadian itu, tiga orang meninggal, satu di antaranya, Tania Poy (11), mengembuskan napas terakhir saat menjalani perawatan di Puskesmas Eahun, Kecamatan Rote Timur. Dua lainnya, yakni Mario Soik (6) dan Marince Roun (5). Ketiga korban telah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Menyelamatkan
Saat kapal tenggelam, KM Exprees Bahari sedang melintas dari Rote Ndao menuju Kupang. Kapal itu pun mendekati lokasi kejadian perkara dan berhasil menyelamatkan dua orang, yakni Romy Nggaus dan Nimrot.
Kemudian, ada empat kapal nelayan dari Rote Ndao pukul 12.45 Wita ikut merapat dan berhasil menyelamatkan 13 orang. Mereka, antara lain, adalah Frengki Liu, Anita Dom, Frit Doroh, Faldo Lodo, Yos Poy, Novi Poy, Desru Seran. Para penumpang dan anak buah kapal ini dievakuasi di Rote oleh para nelayan.
Mereka langsung dibawa ke Puskesmas Sotimori, Kecamatan Landuleko Rote Ndao, guna mendapatkan perawatan. Dari jumlah 13 orang ini, 8 orang sudah dipulangkan ke diaman masing-masing, sementara 5 orang lainnya masih menjalani rawat inap di puskesmas itu.
Sementara itu, KN (Kapal Negara) Antareja milik Basarnas Kupang yang tiba pada pukul 13.20 Wita berhasil menyelamatkan empat orang, yakni Nando Gauze, Frengki Roroh selaku nahkoda kapal, Hes Mulik, dan Mau Roroh. Keempat orang ini sudah dipulangkan ke kediaman, setelah menjalani perawatan sementara di RS Bhayangkara Kupang.
Tujuh orang masih dinyatakan hilang, yakni Elisabeth Poy Bulan, Felycia Bulan, Stefania Bulan, Stefano Bulan, John Mulik, Kacho Poy, dan Mus Toudou. Ketujuh orang ini sebagai penumpang, kecuali Mus Toudou, yang adalah anak buah kapal. Mereka masih dalam pencarian oleh tim SAR, TNI AL, Polres Rote Ndao, Polairud Polda NTT, dengan dibantu para nelayan.
Pencarian ini mengerahkan empat kapal, yakni 1 dari Basarnas Kupang, 2 dari Polairud Polda NTT, dan 1 unit dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Tenau, Kupang. Nelayan setempat pun melibatkan enam unit kapal dengan 34 nelayan. Bersama masyarakat, mereka melakukan pencarian.
”Pencarian, selain di lokasi kejadian, sebagian tim bergerak ke wilayah pantai, seperti Pantai Tablolong, Semau, Pantai Rote, Kupang, dan Tenau. Semoga para korban segera ditemukan,”ujar Bambang.