Dampak Pandemi, Belanja Alutsista TNI AD Dipangkas Rp 4 Triliun
Penanganan pandemi Covid-19 menyebabkan anggaran untuk TNI AD dipangkas Rp 4 triliun. Pengadaan senjata perorangan untuk para personel pun ditunda.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Anggaran TNI AD pada tahun ini dipangkas Rp 4 triliun yang dialihkan untuk penanganan pandemi Covid-19. Pemangkasan khusus diberlakukan untuk belanja barang dan modal, termasuk di dalamnya pengadaan alat utama sistem senjata atau alutsista.
Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan, karena pemangkasan itu, banyak rencana pengadaan senjata yang akhirnya terpaksa ditunda. ”Banyak pembelian alutsista ditunda, tidak bisa dilakukan tahun ini, termasuk di antaranya pengadaan untuk senjata perorangan,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara penutupan pendidikan taruna Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, Senin (6/7/2020).
Menurut Andika, total anggaran untuk TNI AD tahun ini seharusnya mencapai Rp 56 triliun. Pemangkasan Rp 4 triliun tersebut hanya dilakukan pada belanja barang dan modal. Untuk itu, ia menjamin tidak akan mengganggu belanja untuk gaji pegawai. Kondisi ini dimakluminya sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi di banyak instansi dan lembaga pemerintah.
Terkait antisipasi penularan Covid-19 di kalangan prajurit, saat ini seluruh jajaran TNI AD terus melakukan tes cepat. Tes ini khusus dilakukan personel TNI yang dari hasil penelusuran atau tracing telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif Covid-19.
Sejauh ini, Andika mengatakan, sudah ada 1.400 personel TNI terkait kasus Covid-19. Sebanyak 1.400 orang tersebut berstatus orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), pasien positif Covid-19, hingga pasien meninggal. Jumlah tersebut kurang dari satu persen dari total keseluruhan personel TNI AD di seluruh Indonesia yang terdata sebanyak 350.000 orang.
Kepala Penerangan Hubungan Masyarakat Akademi Militer Letkol (Arm) Kukuh Dwi Antono mengatakan, di lingkup Akademi Militer, setiap orang yang datang, baik pegawai maupun taruna, selalu diperiksa suhu tubuhnya. Tes cepat biasanya akan langsung dilakukan jika ada yang diketahui memiliki suhu tubuh di atas 37 derajat celsius.
Kukuh mengatakan, setiap bulan, jumlah orang yang menjalani tes cepat di lingkungan Akademi Militer mencapai ratusan orang. Namun, karena tak satu pun menunjukkan hasil reaktif, akhirnya tidak ada yang ditindaklanjuti dengan tes usap.