Bunaken Tetap Tutup hingga Manado dan Sekitarnya Masuk Zona Aman
Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara masih tertutup bagi kunjungan wisatawan hingga waktu yang tidak ditentukan. Manado saat ini masih zona merah sehingga pariwisata ke Bunaken dianggap berisiko.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Suasana pantai dengan air jernih di Pulau Bunaken, Sulawesi Utara, Senin (19/7/2019). Obyek wisata andalan Sulut itu masih tutup selama pandemi Covid-19.
MANADO, KOMPAS — Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara masih tertutup bagi kunjungan wisatawan hingga waktu yang tidak ditentukan. Kegiatan pariwisata bahari hanya akan kembali aktif jika empat kabupaten dan kota yang memiliki wilayah administrasi di area taman laut tersebut sudah dinyatakan masuk zona hijau atau kuning Covid-19.
Kepala Balai Taman Nasional (TN) Bunaken Fariana Prabandari, Senin (6/7/2020), mengatakan, taman nasional ditutup sejak 24 Maret 2020 seiring penerbitan maklumat Kepala Polri yang melarang kerumunan demi mencegah pandemi meluas. Sebanyak 33 resor sekaligus pusat selam pun dilarang menerima tamu untuk berwisata dan menyelam.
Sebelas operator wisata yang berafiliasi dengan resor di area TN Bunaken pun berhenti membawa tamu, begitu pula 45 perahu wisata milik masyarakat. Tak kurang dari 754 pekerja resor, pemandu wisata, serta kapten dan awak kapal wisata terancam kehilangan pekerjaan.
Kendati demikian, Fariana tak punya pilihan lain demi mencegah Bunaken menjadi pusat kluster penularan. ”Yang nekat bawa tamu kami denda sesuai harga tiket tamu yang dibawa. Wisatawan Nusantara (wisnus) Rp 5.000 per orang, sedangkan mancanegara (wisman) Rp 150.000 per orang,” kata Fariana.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Wisatawan asal China menaiki kapal Bunaken Crystal 8 dari dermaga Jendela Indonesia milik MM Travel di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (31/1/2020).
Demi memastikan ketaatan, pengelola TN Bunaken rutin berpatroli di sekitar 24 titik selam kawasan konservasi seluas 89.065 hektar itu. TN Bunaken mencakup beberapa pulau, antara lain Bunaken, Manadotua, Mantehage, Siladen, Nain, dan Nain Kecil. Wilayah TN Bunaken masuk di wilayah Manado, Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa Selatan.
Selama 2015-2019, TN Bunaken menerima kunjungan 129.968 wisnus dan 53.543 wisman. Total pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang diterima mencapai Rp 7,8 miliar. Jumlah wisman lebih banyak daripada wisnus dalam dua tahun terakhir, yaitu 41.392 orang berbanding 22.400 orang. Pengeluaran wisman dalam satu kunjungan mencapai Rp 30 juta-Rp 40 juta, sedangkan wisman Rp 3 juta-Rp 8 juta.
Saya bilang bisa dibuka asalkan gugus tugas masing-masing sudah menyatakan daerahnya aman.
Fariana telah menanyakan kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait kemungkinan pembukaan. Menteri LHK akan menerbitkan surat edaran izin pembukaan apabila kota/kabupaten terkait telah berstatus zona hijau (aman dari Covid-19) atau zona kuning (risiko rendah tertular Covid-19).
”Saya sudah bikin Zoom Meeting dengan kepala dinas pariwisata dari empat kabupaten kota. Saya bilang bisa dibuka asalkan gugus tugas masing-masing sudah menyatakan daerahnya aman. Tidak masalah juga kalau nanti pembukaan wilayah TN Bunaken tidak serentak di empat kabupaten/kota,” kata Fariana.
Untuk sementara, kata Fariana, TN Bunaken tengah menyosialisasikan kepatuhan protokol kesehatan kepada para pemilik resor di pulau-pulau TN Bunaken. Nantinya, jumlah wisatawan di tiap titik selam hanya diperbolehkan 50 persen dari jumlah daya dukung lingkungan. Penerapannya bertahap, mulai dari 1-30 persen, 40 persen, hingga 50 persen.
Demi mengawasi ketetapan kuota kunjungan, TN Bunaken tengah menyusun sistem pemesanan tiket dan pembayaran secara daring. Para wisnus nantinya diperbolehkan membayar Rp 5.000 per orang secara tunai di tempat setelah memesan daring.
Setiap pengunjung pun diwajibkan bebas Covid-19 dengan bukti hasil tes cepat atau usap. Menurut Fariana, ini lebih mudah diterapkan bagi wisnus dari luar Sulut dan wisman. ”Yang susah ini wisatawan asal Manado, bagaimana cara mengawasinya? Mungkin kami akan wajibkan punya surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas,” katanya.
Terlepas dari lesunya pariwisata di Bunaken, Fariana mengatakan, Covid-19 memberi waktu bagi ekosistem untuk memulihkan diri. Populasi lumba-lumba, dugong, penyu, dan terumbu karang mulai pulih. ”Sudah ada 400-an ekor tukik yang kami lepas ke laut,” kata Fariana.
Saat ini, Sulut memiliki 1.208 kasus positif Covid-19 yang terkonsentrasi di Manado dengan 788 kasus. Minahasa memiliki 125 kasus, sedangkan Minahasa Utara dan Minahasa Selatan masing-masing 62 dan 20 kasus. Manado pun dinyatakan sebagai zona merah dengan tingkat penularan tinggi. Kendati demikian, Kecamatan Bunaken Kepulauan, yang meliputi Bunaken, Manadotua, dan Siladen, tidak memiliki kasus sama sekali.
Kepala Dinas Pariwisata Manado Lenda Pelealu mengatakan, pariwisata di Bunaken hanya akan pulih jika Manado sudah dinyatakan setidaknya zona kuning. ”Jadi, kita akan menunggu perkembangan sesuai arahan gugus tugas Covid-19,” katanya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Kelompok tarik suara masemper dari Pulau Manadotua beraksi di pembukaan acara puncak Festival Pesona Bunaken 2019 di Pulau Bunaken, Jumat (19/7/2019).
Lenda berharap pariwisata ke area Bunaken bisa pulih selambat-lambatnya September atau Oktober 2020. Sebab, resor-resor di tiga pulau Kecamatan Bunaken Kepulauan telah menerima pemesanan kamar. Ia pun telah meminta penyedia jasa pariwisata menerapkan protokol kesehatan, mulai jaga jarak hingga memakai masker.
”Pemkot Manado juga sudah menyediakan tempat cuci tangan di 500 titik, termasuk di kepulauan. Itu sudah jadi standar kami,” kata Lenda. Karena itu, saat ini pihaknya sedang fokus pada perencanaan festival virtual Manado Fiesta. Kegiatan promosi via media massa dan media sosial lebih intensif.
Di lain pihak, Kepala Diving Laboratory Manado Frans Rattu mengatakan, pegiat wisata selam harus mencoba hidup berdampingan dengan Covid-19. Pariwisata akan dibuka lagi dengan protokol kesehatan yang lebih ketat demi mengurangi risiko penularan Covid-19.
Sebagai contoh, rombongan wisatawan dalam satu perahu harus dikurangi, misalnya dari 10 orang menjadi hanya 5-6 orang. Peralatan selam yang masuk ke mulut, seperti pipa snorkel atau selang oksigen, juga harus dibersihkan secara berkala demi mencegah berjangkitnya Covid-19.