”Staycation”, Aman dan Nyaman Liburan di Hotel
”Staycation” kini menjadi pilihan warga menikmati liburan aman di tengah pandemi. Hotel-hotel dan ”homestay” kini menerapkan standar baru kebersihan agar liburan para tamu bisa lebih aman tetapi tetap nyaman.
Matahari bersinar agak redup, Kamis (2/7/2020) sekitar pukul 09.20, saat beberapa tamu Hotel Amaris di Jalan Letjen Sutoyo, Kota Malang, Jawa Timur, check out. Dalam buaian backsound musik beritme pelan, suasana di lobi yang tembus dengan situasi halaman dan jalan raya itu terasa makin asik.
Sambil mengenakan masker, sang tamu menyerahkan kunci kepada petugas resepsionis yang berada di balik tirai berbahan akrilik. Melengkapi diri dengan penutup wajah, masker, dan sarung tangan, staf hotel (resepsionis) melayani tamunya ramah. Sebotol hand sanitizer tersedia di atas meja siap dipencet kapan saja.
Apa yang terlihat saat itu kini menjadi pemandangan sehari-hari di Hotel Amaris Malang sejak mulai beroperasi kembali 15 Juni lalu. Kelengkapan untuk menunjang protokol kesehatan telah terlibat sejak sebelum masuk pintu lobi.
Selain wastafel atau hand sanitizer bagi tamu untuk mencuci tangan di depan pintu masuk, petugas keamanan akan mengecek suhu setiap tamu menggunakan thermogun. Jika suhu tubuh kurang dari 37,3 derajat celsius, tamu dipersilakan masuk.
Sebaliknya, jika memiliki suhu tubuh tinggi, tamu dipersilakan memeriksakan diri dulu di rumah sakit atau klinik.
Menurut Manajer Hotel Amaris Malang Nency Hardinie, tamu yang menginap di Amaris saat ini bukan hanya wisatawan, melainkan juga mereka yang ingin bekerja dari rumah (work from home/WFH) ataupun orang-orang yang ingin melakukan isolasi mandiri. Wisatawan biasanya check ini pada hari Jumat dan Sabtu, sedangkan mereka yang ingin WFH menginap pada hari-hari kerja.
”Tamunya rata-rata baru sekitar 15 kamar per hari,” ujar Nency .
Baca juga: Bisnis Perhotelan di Pontianak Perlahan Bangkit meski Tertatih
”Mungkin mereka bosen WHF di rumah jadi memilih menginap di hotel. Banyak yang seperti itu, tidak hanya mereka yang berasal dari Surabaya, tetapi juga Malang,” kata perempuan yang biasa disapa Ecy ini.
Sejak reopen, Amaris Malang menerapkan protokol kesehatan sesuai standar. Pihak hotel menyediakan masker dan sarung tangan bagi tamu.
Sedangkan untuk area publik diberi disinfektan, mulai dari kaca, handel pintu, hingga tombol lift. Handel pintu dan lift didisinfektan secara berkala seusai digunakan. Kursi di ruang publik juga tidak lepas dari disinfektan jika habis diduduki orang.
Begitu pula di dalam kamar, saat ini ada standar baru, yakni memakai peralatan sekali pakai. Mug diganti gelas kertas. Sprei habis dipakai akan disemprot disinfektan, didiamkan dulu, lalu dicuci.
Baca juga: ”Staycation”, Cara Warga Yogyakarta Usir Penat di Dekat Rumah
”Kamar juga tidak bisa langsung dipakai. Setelah tamu check out, kamar didiamkan dulu satu malam. Adapun untuk sarapan kita menggunakan kotak makan dan diantar ke kamar masing-masing tamu. Untuk handuk, keset, dan tempat sampah (tamu check in), kami kemas pakai plastik agar aman,” ucap Nency.
Begitu pula saat mendapati tamu yang suhu tubuhnya di atas 37,7 derajat celsius, menurut Nency, mereka diarahkan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau klinik terdekat. Mereka kemudian dianjurkan membawa surat sehat yang menyatakan tidak terinfeksi.
Setelah tamu check out, kamar didiamkan dulu satu malam.
Protokol ini tidak hanya diajurkan untuk tamu yang hendak check ini, tetapi juga tamu yang sedang menginap (yang tiba-tiba suhu tubuhnya meningkat). Amaris Malang juga menyediakan ruang isolasi di lantai 5 untuk tamu yang suhu tubuhnya naik.
Baca juga: ”Staycation” Mulai Dikembangkan di Banyuwangi
”Kami melakukan pengecekan secara kontinu. Setiap tamu yang keluar sebentar, misalnya, maka saat masuk kembali ke hotel, kami periksa lagi menggunakan thermogun. Pintu masuk dan keluar kami monitor,” katanya.
Meski biaya operasional naik, menurut Nency, semua itu dilakukan untuk menjamin agar para tamu sehat dan nyaman selama menginap. Amaris Malang sendiri membuat paket promo selama masa transisi normal baru ini, yakni 2 malam dan 7 malam.
Untuk paket 2 malam tamu cukup membayar Rp 527.000, sedangkan 7 malam Rp 1,75 juta, termasuk di dalamnya antara lain, gratis wedang jahe, masker, Wi-Fi, dan laundry empat helai per hari (laundry khusus paket 7 malam). Dalam kondisi normal, harga menginap Rp 285.000 per malam.
Baca juga: ”Homestay” di Borobudur Buka dengan SOP Normal Baru
Upaya penerapan protokol kesehatan sekaligus mempermudah pelayanan juga diberikan pihak hotel Pohon Inn di Kota Batu. Hotel yang berada di lingkungan Jatim Park 2—dan masih satu grup dengan Jatim Park ini—menerapkan protokol kesehatan di samping menerapkan promo harga kamar murah hanya Rp 350.000 dari biasanya Rp 660.000.
Bersama saudaranya, Jatim Park 2, Pohon Inn juga baru beroperasi 27 Juni lalu. Protokol kesehatan diterapkan sejak pintu masuk ke hotel. Sebelum masuk ke lobi, tamu harus cuci tangan dan melalui pengecekan suhu badan.
Begitu pula saat di depan resepsionis, tamu harus memperhatikan jarak. Sedangkan resepsionis menggunakan penutup wajah, masker, dan sarung tangan. Satu benda lainnya yang tidak bisa ditinggalkan adalah hand sanitizer.
Baca juga: Hotel Siap Menerima Tamu Kembali
Begitu pula saat masuk lift, tamu bisa memencet tombol lift menggunakan tusuk gigi. Kapasitas lift dibatasi lima orang dan ada pembatasan fisik di dalamnya.
Manajer Pemasaran dan Humas Jatim Park Grup Titik S Ariyanto, Selasa (7/6/2020), mengatakan, sebelum beroperasi, Pohon Inn telah melalui pengecekan oleh tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Batu.
”Pengecekan dilakukan bersama-sama dengan Jatim Park 2 karena berada satu lokasi. Tidak hanya pengecekan, semua karyawan Pohon Inn dan Jatim Park 2 sebanyak 425 orang juga menjalani rapid test untuk memastikan kesehatannya,” ujarnya.
Sebelum digunakan, menurut Titik, kamar juga disterilisasi menggunakan disinfektan. Begitu pula setelah tamu pulang, kamar diistirahatkan selama satu hari (tidak langsung diisi).
Baca juga: Normal Baru Pelayanan Hotel
Perlakuan tidak biasa juga diterapkan dalam hal makanan. Sementara ini sarapan tidak dilakukan di resto dengan cara prasmanan, tetapi makanan diantarkan ke kamar tamu masing-masing. ”Tamu tinggal milih menu, nanti langsung diantar ke depan pintu kamar,” ujarnya.
”Homestay”
Penerapan protokol kesehatan rupanya tidak hanya dilakukan oleh hotel, tetapi juga homestay dan villa. Meski beberapa pihak homestay dan vila di Batu mengaku belum ada ketentuan dan edukasi khusus oleh pihak terkait, mereka menerapkan protokol kesehatan secara mandiri.
Homestay Syariah Cempaka Kota Batu yang berada di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, menerapkan protokol kesehatan sejak awal pandemi. Ada tiga tempat cuci tangan, masing-masing dua wastafel di luar rumah dan satu di dalam rumah. Pemilik juga menyiapkan disinfektan dan hand sanitizer.
Pemilik homestay juga menyiapkan thermogun untuk mengukur suhu tubuh tamu. ”Begitu tamu check out, kamar tidak langsung digunakan. Kita tunggu 10-24 jam untuk mencuci selimut, pembungkus bantal, dan sprei,” kata pemilik Homestay Syariah Cempaka Maman Adi Saputra.
Baca juga; Hotel Melati Tolak Mati Ketika Pandemi
Sebelum masuk homestay, kata Maman, tamu juga disemprot disinfektan. Begitu pula saat mereka check out dilakukan penyemprotan disinfektan, mulai dari perabotan dan isi rumah, gagang pintu, hingga pagar.
Untuk menjamin kesehatan, pihak homestay juga menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur ekstra sebelum digunakan oleh tamu berikutnya. ”Kami juga memasang spanduk berisi imbauan untuk mengingatkan tamu agar selalu cuci tangan, gunakan masker, dan jaga jarak,” katanya.
Setelah libur hampir empat bulan, menurut Manan, pihaknya sudah menerima tamu dua kali dari Surabaya dan Sidoarjo, yakni akhir pekan lalu dan akhir pekan ini.
Adapun untuk harga menyesuaikan kondisi pasar. Untuk hari biasa Rp 350.000 per malam untuk tiga kamar. Sedangkan akhir pekan Rp 450.000. Harga ini jauh lebih rendah ketimbang kondisi sebelum ada pandemi.
”Untuk strategi, kami tetap mengandalkan media sosial dan jaringan manual. Kami juga menawarkan kepada pelanggan, beriklan melalui Traveloka dan airbnb, pasang status (medsos), dan lainnya,” katanya.
Hal senada dikatakan Reynanda Bimantoro, pemilik salah satu villa di kawasan Songgoriti, di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu. Menurut Reynanda pengelola vila harus melengkapi sendiri perangkat kesehatan, salah satunya hand sanitizer. Kondisi tamu vila di daerah Songgoriti sendiri masih cukup sepi.
Di Malang Raya, daerah yang hidup dari sektor pariwisata, staycation menjadi pilihan liburan yang relatif aman di tengah pandemi Covid-19. Liburan tak perlu jauh-jauh, tinggal di hotel dan menikmati fasilitasnya bisa menjadi pilihan baru berwisata.