Ratusan Pencari Telur Ikan Berpotensi Sebarkan Covid-19 di Tanimbar
Lebih dari 100 kapal nelayan dari zona merah Covid-19 datang ke Kepulauan Tanimbar, Maluku, untuk mencari telur ikan terbang. Kekhawatiran akan potensi penularan Covid-19 di daerah itu pun muncul.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Lebih dari 100 kapal nelayan dari zona merah penyebaran Covid-19 datang ke Kepulauan Tanimbar, Maluku, untuk mencari telur ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus). Para nelayan itu berpotensi menyebarkan Covid-19 kepada warga lokal di daerah yang hingga kini masih tergolong zona hijau itu. Kedatangan nelayan juga dapat memicu konflik di sana.
Menurut informasi yang dihimpun dari Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Tanimbar, 152 nelayan mencari telur ikan di perairan Seira, yang berada di dekat beberapa pulau kecil, seperti Seira, Ngolin, dan Wuriaru. Nelayan dimaksud setiap tahun datang mengambil telur ikan di sana. Mereka beroperasi hingga Agustus.
”Satu kapal paling sedikit lima orang. Di pulau-pulau dekat tempat mencari telur ikan itu, mereka berinteraksi dengan warga lokal. Ini bahaya sekali karena mereka bisa menyebarkan virus," kata tokoh agama di Pulau Seira, Pendeta Devi Paulus Lopulalan, saat menghubungi Kompas, di Ambon, Jumat (3/7/2020) siang.
Devi menuturkan, dirinya baru saja kembali dari sejumlah pulau tempat nelayan luar daerah bersandar dan mengisi perbekalan. Pulau-pulau dimaksud masih terisolasi. ”Semua nelayan dan warga lokal tidak pakai alat pelindung diri, minimal masker. Di sana tidak ada puskemas. Tenaga medis juga tidak ada sama sekali. Kalau ada kasus korona di sana, ya, selamat tinggal. Tidak akan mungkin,” katanya.
Kehadiran nelayan dari luar daerah itu juga mendapatkan penolakan dari warga lokal. Warga sudah menyampaikan pengaduan mereka kepada pemerintah, tetapi belum juga ditanggapi serius. Dikhawatirkan, kondisi itu dapat memincu konflik horizontal di sana. Devi mendesak pemerintah agar nelayan dari luar tidak diizinkan masuk sampai kondisi pandemi benar-benar pulih.
Devi sempat memotret kondisi di sana, tetapi hasil fotonya tidak bisa dikirim lantaran tak ada jaringan internet. Ia berjanji akan mengirimnya jika berkesempatan datang ke Saumlaki, ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Tanimbar F Batlayeri, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk meminta nelayan luar daerah itu pergi dari perairan Seira. ”Ada pengusaha lokal yang fasilitasi mereka datang ke sini,” ujarnya. Meski demikian, pihaknya berkeinginan menarik retribusi dari hasil pengambilan telur ikan dimaksud.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Melky Lohi meminta kehadiran pelaku perjalanan, termasuk nelayan luar ke zona hijau, seperti Kepulauan Tanimbar, dapat tanggapi secara bijaksana. Ia meminta mereka tidak perlu berhubungan langsung dengan warga lokal untuk mencegah penularan. Saat ini, Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu zona hijau di Maluku.
Kekhawatiran itu berkaca dari temuan kasus baru pada pekan lalu di Kota Tual. Padahal, Tual sebelumnya berstatus zona hijau dan telah menutup akses daerah sejak April lalu. Temuan itu berawal dari dua warga yang hendak melakukan perjalanan ke Ambon menggunakan pesawat TNI AU. Mereka diminta melakukan tes cepat dan hasilnya reaktif. Mereka kemudian menjalani tes usap dan hasilnya positif.
Melky menduga kasus penularan Covid-19 di Kota Tual itu dibawa oleh pelaku perjalanan yang datang melalui ”jalur tikus”, salah satunya menggunakan kapal nelayan. Hal itu sangat mungkin terjadi pada daerah kepulauan lainnya, seperti Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, dan Maluku Tenggara. ”Masyarakat lokal juga harus membentengi diri dengan tetap menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Hingga Jumat petang, terdapat 762 kasus Covid-19 di Maluku dengan 307 orang dinyatakan sembuh dan 17 orang meninggal. Kasus terbanyak di Kota Ambon, yakni 532, dengan 180 orang sembuh dan 12 meninggal. Zona hijau di Maluku saat ini meliputi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, dan Buru Selatan.