Sejumlah anak muda di Jambi mengelola belanja di pasar tradisional berbasis daring. Lewat aplikasi Payo Kepasar, kerja sama dengan Pasar Angso Duo itu ternyata menuai respons positif.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 telah melahirkan tatanan baru di berbagai segi kehidupan, termasuk dalam urusan berbelanja. Layanan berbasis digital pun menyambut kebutuhan berbelanja tanpa harus datang ke lokasi, termasuk ke pasar tradisional.
Di sejumlah daerah, pasar-pasar tradisional terus berbenah. Tak semata memenuhi kebutuhan warga yang datang langsung untuk berbelanja. Kini, hadir pula layanan belanja daring.
Di Jambi, layanan tersebut digarap Payo Kepasar. Layanan belanja digital itu merupakan kerja sama Pasar Angso Duo, Kota Jambi, dan sekelompok anak muda yang membangun usaha rintisan Payo Kepasar.
Diinisiasi pada akhir tahun lalu, layanan belanja daring itu mendapatkan momentum yang tepat. Sebulan setelah dijajaki, terjadi pandemi Covid-19. Payo Kepasar pun diluncurkan lewat gerai aplikasi Android.
”Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan warga yang ingin berbelanja di pasar tanpa perlu datang langsung ke pasar,” kata Khatami, Direktur PT Kepasar Digital Indonesia, pengelola aplikasi Payo Kepasar, Kamis (2/7/2020).
Payo Kepasar yang diujicobakan 26 Januari lalu dinilai berpotensi membuka pasar digital untuk memenuhi kebutuhan belanja di pasar tradisional. Pada Maret lalu, aplikasi mulai diluncurkan. Hingga kini penggunanya telah mencapai lebih dari 5.000 orang dengan nilai transaksi sekitar Rp 160 juta.
Hingga kini penggunanya telah mencapai lebih dari 5.000 orang dengan nilai transaksi sekitar Rp 160 juta.
Calon pembeli biasanya memesan beragam bahan belanjaan pada malam hari untuk diantar kurir pada keesokan paginya. ”Macam-macam yang dipesan. Kebanyakan ikan dan sayuran segar,” lanjut Khatami.
Direktur Pasar Angso Duo Purnomosidi mengatakan, pihaknya membuka kerja sama dengan layanan belanja digital demi memenuhi kebutuhan konsumen. ”Ini menjadi bagian dari upaya menjadi pasar kreatif,” tambahnya.
Sebelumnya ada kecenderungan warga ingin datang langsung ke pasar karena ingin memilih sendiri bahan kebutuhannya. Pembeli juga merasakan kepuasan tawar-menawar barang. ”Bagi sebagian pembeli, ada kepuasan melakukan transaksi langsung. Ada tawar-menawar di sana. Ini sangat menarik bagi mereka,” jelasnya.
Namun, lanjut Purnomo, pandemi tidak bisa dihindari. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga transaksi belanja ke Pasar Angso Duo tetap berjalan, tetapi dengan meminimalkan ancaman penyebaran virus korona baru, belanja daring pun menjadi alternatifnya. Dengan demikian, warga punya pilihan mau belanja dengan cara apa.
Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata Provinsi Jambi Jefri mengatakan, ke depan, belanja ke Pasar Angso Duo dapat menjadi bagian dari wisata belanja. Selama ini, Pasar Angso Duo identik dengan belanja sayuran dan ikan. Bukan tidak mungkin, jika dikelola lebih baik, pasar itu berkembang pula sebagai pasar kuliner. Masih banyak gerai yang dapat dimanfaatkan di kompleks pasar yang baru.
Keberadaan Pasar Angso Duo masih menjadi andalan bagi masyarakat Jambi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat pasar masih berlokasi di tempat lama, di tepi Sungai Batanghari di Kecamatan Pasar Jambi, jumlah pedagang sekitar 5.000 orang.
Kini, di kompleks pasar yang baru, yang terletak persis di sebelah pasar lama, pasar tersebut baru terisi 2.000-an pedagang. Namun, nilai transaksinya cukup tinggi, yakni Rp 3 miliar per hari.
Menurut Purnomo, kompleks itu masih bisa diisi oleh usaha kuliner dan jual beli pakaian. Beragamnya jenis belanjaan akan semakin menarik pengunjung berbelanja.