Wisata Gunung Bromo di Jawa Timur segera dibuka secara bertahap dan terbatas. Pembelian tiket dilakukan secara daring. Hal itu tidak berlaku untuk kunjungan ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang yang masih tutup.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Wisata Gunung Bromo di Jawa Timur segera dibuka kembali secara bertahap dan terbatas. Pembelian tiket dilakukan secara online. Hal itu tidak berlaku untuk kunjungan ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang karena gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut masih tertutup.
Hal itu menjadi hasil rapat antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dengan empat pemerintah daerah di kawasan wisata Bromo-Tengger-Semeru, Rabu (1/7/2020), di Malang.
”Saat ini kita semua berikhtiar memulai langkah-langkah teknis normal baru dalam pariwisata Bromo. Intinya, yang ke Bromo, sepakat wisatanya dibuka dengan catatan (dengan) protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq setelah rapat di Malang.
Menurut Thoriqul, mereka juga menyepakati bahwa wisata pendakian ke Gunung Semeru masih ditutup. TNBTS akan menjadi koordinator wisata normal baru dari empat pemkab yang melingkupi kawasan Bromo, Tengger, Semeru, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang.
”Masing-masing daerah itu memiliki karakter wisata yang berbeda-beda, misalnya untuk Probolinggo akan banyak bersentuhan dengan wisatawan ke Bromo, sedangkan untuk Lumajang akan lebih banyak bersentuhan dengan pendakian Semeru,” katanya.
Thoriqul mengatakan, dalam rapat tercetus bahwa kemungkinan pembukaan wisata Bromo akan dilakukan pada 1 Agustus 2020. ”Namun, waktu pastinya masih akan dikonsolidasikan lebih lanjut oleh empat wilayah tersebut dengan TNBTS,” katanya.
Kepala BB TNBTS John Kennedie mengatakan bahwa rapat tersebut membahas SOP teknis pembukaan wisata Bromo. ”Kami akan membuka Bromo secara bertahap. Jika nanti saat dibuka ada kejadian (kasus Covid-19) , (Bromo) akan ditutup lagi,” katanya.
John mengatakan, wisata Bromo nantinya dibatasi dengan kuota 10-30 persen wisatawan dalam sehari. Seluruh pembelian tiket pun akan dilakukan secara daring. Hal itu dinilai untuk meminimalisasi kontak antarpetugas dengan wisatawan.
”Kapasitas pengunjung disepakati 739 orang per hari (rata-rata 20 persen dari kapasitas total). Itu pun tidak boleh naik ke tangga menuju kawah Bromo. Wisatawan yang boleh datang harus berasal dari zona kuning (dan hijau). Adapun wisatawan dari zona oranye masih membutuhkan rekomendasi pemda,” kata John.
Kuota 739 orang per hari tersebut pun akan dibatasi hanya 167 orang per hari yang bisa naik ke Penanjakan di Kabupaten Pasuruan untuk menyaksikan matahari terbit. ”Silakan saja nanti orang membeli tiket secara online karena tiket menuju Penanjakan akan dibedakan. Jika tidak bisa ke Penanjakan, bisa menikmati Bromo dari lokasi lain, seperti Bukit Cinta, Laut Pasir, dan lainnya,” kata John.
Pembatasan jumlah pengunjung itu, menurut John, juga akan didukung oleh penerapan protokol kesehatan, seperti penataan jarak 1,5 meter saat di Penanjakan, penyiapan tempat cuci tangan, dan adanya pengawasan TNI serta Polri.
”Kebijakan ini dibuat dengan mengakomodasi pendapat semua pihak. Intinya wisata dibuka, tapi dengan tetap menjaga protokol kesehatan,” kata John.
Intinya wisata dibuka, tapi dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Adapun pada 6-7 Juli 2020 mendatang, warga Tengger akan menggelar upacara Kasada sebagaimana tradisi selama ini. ”Akan tetapi, kali ini Kasada hanya diikuti warga setempat dan tidak boleh ada wisatawan. Ini sebagai salah satu upaya menjaga agar tidak ada kerumunan orang seperti saat Kasada sebelum-sebelumnya,” kata John.