”Staycation” jadi pilihan berwisata di tengah pandemi Covid-19. Di Banyuwangi, Jawa Timur, tamu bisa memilih resor berpemandangan Selat Bali atau ”homestay” di tengah kawasan persawahan dan kebun.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong para pemilik hotel untuk mengembangkan konsep wisata staycation. Konsep ini mengundang wisatawan untuk menikmati liburan di lokasi sekitar tempat penginapan.
Konsep staycation dirasa paling tepat untuk memulai wisata pada masa pandemi. Wisatawan tetap dapat berlibur tanpa harus bertemu dengan banyak orang di tempat umum.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M Yanuarto Bramuda mengatakan, konsep staycation sudah mulai dikembangkan di beberapa hotel dan penginapan di Banyuwangi. Konsep ini memaksa para pengelola hotel dan penginapan untuk kreatif merancang paket di hotel masing-masing.
”Konsep staycation ini secara tidak langsung menciptakan sebuah destinasi one stop tourism. Pengelola penginapan dan hotel harus merancang bagaimana tamunya merasa cukup puas berwisata hanya dari penginapan,” ujar Bramuda di Banyuwangi, Rabu (1/7/2020)
Bramuda mengatakan, konsep staycation membuat para tamu berwisata hanya dengan tetap tinggal di hotel atau penginapan. Kalaupun keluar dari hotel atau penginapan, jaraknya tidak jauh dan tidak ke destinasi yang ramai orang (mass tourism).
Karena itu, pengelola hotel dan tempat wisata harus pandai merancang konsep wisata di tempatnya masing-masing. Pengelola hotel dan penginapan tidak hanya memikirkan akomodasi penginapan, tetapi juga harus mampu menghadirkan atraksi wisata.
Hotel atau penginapan yang memiliki spot pemandangan yang indah tentu akan mudah merancang konsep ini. Namun, hotel-hotel yang berada di tengah kota dan tidak memiliki spot pemandangan punya tantangan sendiri.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi mencatat, di Banyuwangi terdapat 72 hotel dari kelas melati hingga bintang 3, hanya sekitar 20 persen yang memiliki spot pemandangan.
”Hotel lain yang tidak memiliki spot pemandangan tidak perlu berkecil hati. Mereka bisa berkolaborasi dengan hotel destinasi untuk membuat sebuah atraksi, misalnya membuat pertunjukan tari gandrung. Atau, justru atraksi tersebut di gelar di hotel yang tidak memiliki pemandangan sehingga hotel tersebut masih bisa menjadi hotel destinasi,” ujar Bramuda.
Konsep yang dikembangkan oleh Banyuwangi ini sempat ditunjukkan kepada Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke Villa Solong Banyuwangi, Kamis (25/6/2020). Tamu yang berkunjung di sana tidak hanya menginap, tetapi juga bisa menikmati keindahan alam dengan pemandangan pantai dan perairan Selat Bali.
Manager Villa So Long Nicolas Ardy mengatakan, Villa So Long memang dikonsep tidak hanya menjadi penginapan. Pemandangan pesisir pantai dengan lansekap Selat Bali menjadi daya tarik yang ditawarkan kepada wisatawan yang akan menginap.
”Kami juga menawarkan sensasi melihat matahari terbit. Kami sampaikan kepada tamu bahwa dengan melihat matahari terbit di sini (Villa So Long), mereka menjadi orang pertama yang melihat cahaya matahari di Pulau Jawa,” ujarnya.
Villa So Long juga menawarkan taman atau ruang terbuka hijau hingga 50 persen dari total luasan yang mencapai 3 hektar. Hal ini membuat tamu bisa beraktivitas layaknya sedang berwisata di tepi pantai.
Pengelola Villa So Long juga menyediakan aneka fasilitas bersantai di tepi pantai, misalnya bean bag, hammock, dan tikar untuk sekadar makan siang di tepi pantai. Pengelola juga menjual paket barbeque atau gala dinner di tepi pantai.
Sementara Didu’s Home Stay, yang berada di kaki Gunung Ijen, punya cara lain dalam menyiapkan konsep staycation. Di rumah singgah ini tamu dapat menghabiskan waktu dengan berenang, yoga, membaca buku, bermain mainan tradisional, dan bersepeda di perdesaan.
Pengelola Didu’s Home Stay, Maya Djoko Subagio, mengakui bahwa ada perubahan karakter tamu-tamu yang menginap di tempatnya. Konsep staycation mulai diterima oleh para tamu sehingga mengubah pola rutinitas harian tamu.
”Sebelum pandemi, dalam sehari para tamu hanya menghabiskan waktu 30 persen di penginapan, itu pun hanya untuk mandi dan istirahat. Sekarang 70 persen dalam sehari mereka habiskan di penginapan. Mereka keluar hanya untuk jalan-jalan di sekitar dan wisata kuliner,” ujar Maya.