Sempat Dirawat Seminggu, Perawat RSUD Doris Sylvanus Meninggal Positif Covid-19
Setelah dirawat selama satu minggu, SM meninggal karena asma akut. Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus itu terkonfirmasi positif korona. Anaknya turut tertular Covid-19.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Setelah dirawat selama satu minggu, SM meninggal karena asma akut. Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus itu terkonfirmasi positif korona. Anaknya ikut tertular korona.
SM merupakan perawat di RSUD Doris Sylvanus di ruangan Sakura. Ruangan itu bukan merupakan kamar pelayanan pasien Covid-19. Kepala Bidang Pendidikan Kilat, Pengembangan, dan Hubungan Masyarakat RSUD Doris Sylvanus Riza Syahputra mengatakan belum mengetahui dari mana perawat tersebut tertular. Selama ini SM tidak bertugas menangani pasien korona. SM sempat dirawat dan bebas tugas selama lebih kurang satu minggu karena penyakit asmanya.
Riza menjelaskan, SM dikubur dengan protokol Covid-19. Pihaknya juga memberikan penghormatan terakhir kepada perawat yang sudah mengabdi untuk rumah sakit itu.
Riza menjelaskan, pihaknya terus melakukan penelusuran tidak hanya ke orang terdekat tetapi juga ke pasien-pasien yang ia rawat. Pihaknya selama ini ketat menjalankan protokol kesehatan. Hingga kini baru anaknya yang diketahui positif.
”Kami juga melakukan pelacakan ke semua orang di sekitarnya. Anaknya juga sudah diperiksa dan saat ini dirawat karena positif,” ungkap Riza di Palangkaraya, Rabu (1/7/2020).
Direktur RSUD Doris Sylvanus Yayu Indriaty menjelaskan, sejak April hingga sekarang di RS itu sedikitnya 30 tenaga kesehatan terpapar Covid-19. Dari 30 itu, 11 di antaranya dinyatakan sembuh, satu orang meninggal, dan sisanya sudah mendapatkan hasil uji usap pertama dengan hasil negatif.
”Kami masih menunggu hasil uji usap yang kedua semoga hasilnya juga negatif, tolong bantu doa,” kata Yayu melalui pesan singkat.
Selain SM, sebelumnya perawat yang tidak bertugas menangani pasien Covid-19 meninggal dengan status PDP dan belum sempat diuji usap pada 3 Mei 2020 lalu. Dokter saat itu melakukan pemeriksaan cepat dengan hasil reaktif karena saat itu alat untuk uji usap belum ada.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengungkapkan keprihatinannya pada perawat yang terus berguguran. Di sela-sela Rapat Paripurna ke-2 Tahun 2020 di Palangkaraya ia meminta masyarakat disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
”Untuk itu dibutuhkan komitmen semua orang untuk memutus mata rantai penyebaran virus mematikan ini,” ungkapnya.
Sugianto pun menjelaskan, beberapa waktu belakangan ini Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus selalu mencapai batas maksimal dalam merawat pasien Covid-19. Ia berharap masyarakat dan pimpinan daerah di seluruh kabupaten/kota di Kalteng bisa disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar para tenaga kesehatan dan rumah sakit tidak kewalahan.
Dari data Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng saat ini terdapat 96 pasien Covid-19 yang dirawat di 15 rumah sakit yang tersebar di 14 kabupaten/kota. RSUD Doris Sylvanus pada Selasa (30/6/2020) merawat 15 pasien. Kini dua pasien sembuh dan menyisakan 13 pasien yang dirawat.
RSUD Doris Sylvanus menjadi rumah sakit yang paling banyak dikirimi pasien rujukan di Kalteng. Kapasitas ruang isolasi hanya 20-25 orang. Menurut Yayu, jumlah pasien kerap kali melebihi kapasitas karena tempat tidur yang terbatas.
Untuk mengatasinya, pasien yang dirawat mendapatkan prioritas uji usap. Jika sudah negatif, bisa langsung pulang dan melakukan isolasi mandiri di rumah. ”Kami upayakan agar bisa mempercepat uji usap, sehingga kalau memang sudah sembuh bisa langsung dipulangkan,” ungkap Yayu.