Serapan Pabrik Berkurang, Petani Tembakau di Temanggung Ganti Tanaman
Khawatir hasil panennya tidak terbeli, sebagian petani Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memilih berganti komoditas tanam, terutama tanaman pangan. Luasan tanam tembakau di Temanggung pun berkurang hingga 3.000 hektar.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS - Minat petani Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menanam komoditas tembakau di tengah pandemi cenderung menurun. Demi ketahanan pangan dan menjaga kemungkinan tembakau tak terserap pabrik, banyak petani beralih menanam beragam jenis tanaman pangan.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin Zuhdi, mengatakan, luas areal tembakau tahun ini merosot drastis dari biasanya berkisar 16.000-17.000 hektar (ha) per tahun, menjadi 14.100 ha saja. “Ini adalah luas areal tembakau paling sedikit yang pernah ada selama lima tahun terakhir,” ujarnya, Selasa (30/6/2020).
Penurunan luas areal tersebut, diprediksi memicu penurunan produksi tembakau. Dengan rata-rata produktivitas lahan tembakau 0,7 ton per hektar, perkiraan hasil panen tembakau tahun ini hanya akan mencapai 9.870 ton. Angka ini jauh di bawah volume panen tahun lalu sebanyak 11.594 ton dengan luas areal 16.563 ha.
Masrik mengatakan, peralihan minat tanam ini dinilai justru bagus karena petani terbukti mau mengikuti arahan pemerintah setempat untuk beralih menanam tanaman pangan. Arahan tersebut dimaksudkan agar petani tetap mampu menjaga ketahanan pangan daerah dan mencegah kemungkinan krisis pangan akibat pandemi Covid-19.
Menurut Masrik, kondisi saat ini juga tetap menguntungkan petani yang masih menanam tembakau. Akibat pandemi, lalu lintas kendaraan non bahan pangan dari sejumlah daerah dibatasi. Dengan begitu, tembakau dari luar daerah dipastikan tidak akan menganggu perdagangan tembakau di Temanggung.
“Biasanya, karena produksi tembakau Temanggung hanya berkisar 10.000-11.000 ton, sedangkan tembakau dari luar yang beredar hingga 25.000 ton, maka pabrik-pabrik rokok akan banyak menyerap tembakau dari luar daerah,” ujarnya.
Namun, karena situasi pandemi yang juga berdampak pada kondisi pabrik, tahun ini, ada informasi permintaan tembakau akan berkurang sekitar 20 persen.
Tembakau dari luar daerah itu antara lain dari Garut, Jawa Barat dan sejumlah daerah lain di Jawa Timur. Sebagian pedagang tembakau biasanya akan mengirim produk ke Temanggung di awal panen, sehingga membuat sebagian tembakau lokal tak terserap pabrik.
Menurut Masrik, dua pabrik rokok besar nasional biasanya akan menyerap sekitar 13.000 ton tembakau per tahun. Namun, karena situasi pandemi yang juga berdampak pada kondisi pabrik, tahun ini, sudah ada informasi dari pabrik bahwa serapan tembakau akan berkurang sekitar 20 persen.
Weldan Nullatief, kepala Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, mengatakan, dari 150 ha lahan pertanian di desanya, yang ditanami sekitar 70 ha. Namun, saat ini, luas areal tembakau hanya mencapai sekitar 20 ha.
Penyusutan luas areal tembakau ini, menurut dia, terjadi karena banyak petani khawatir pabrik rokok memutuskan tidak membeli tembakau di saat pandemi.
Banyak petani khawatir pabrik rokok memutuskan tidak membeli tembakau di saat pandemi.
“Petani tidak mau berspekulasi karena biaya tanam tembakau terbilang mahal dan hasil panennya memang harus dibeli karena tidak mungkin dikonsumsi sendiri,” ujarnya. Biaya operasional menanam tembakau mencapai Rp 1 juta per 1.000 meter persegi.
Oleh karena itu, banyak petani di Desa Wonokerso memilih menanam padi, jagung, dan ubi. Selain untuk dijual, hasil panen juga akan disimpan untuk kebutuhan sendiri.
Faizun (53), salah seorang petani asal Desa Lungge, Kecamatan Temanggung, mengatakan, banyak petani di desanya ragu menanam tembakau. Namun, sebagian akhirnya tetap memutuskan menanam tembakau sekitar sepekan lalu. Waktu tanam ini jauh terlambat dibanding desa-desa lain yang sudah menanam sejak April atau Mei.
Faizun sendiri sudah menanam tembakau di lahan seluas 3.500 meter persegi sejak Mei. Sekalipun sudah mendapatkan informasi bahwa pabrik rokok akan mengurangi permintaan, dia tetap optimistis hasil panennya terbeli.
“Di tengah penurunan luas areal tembakau dan tidak ada tembakau dari luar daerah, maka petani tembakau Temanggung justru akan diuntungkan karena tembakaunya berpotensi besar terserap dan dibeli dengan harga tinggi,” ujarnya. Musim panen raya tembakau biasanya berlangsung Agustus-September.