Modus Baru Penyelundupan Diungkap, 40 Kilogram Sabu dari Malaysia Disita
Sindikat Indonesia melakukan cara baru dengan menjemput langsung narkotika dari Malaysia. Sumatera Utara merupakan daerah dengan pencandu terbanyak di Indonesia.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Penyelundupan narkoba dari Malaysia ke pantai timur Sumatera masih tetap tinggi di tengah pandemi Covid-19. Sindikat dari Indonesia pun kini melakukan cara baru dengan menjemput langsung narkotika dari Malaysia. Modus penyelundupan itu diungkap, enam pengedar ditangkap, serta disita 40 kilogram sabu di Sumut dan Aceh.
”Transaksi sindikat Malaysia dengan Indonesia biasanya dilakukan di tengah laut menggunakan telepon satelit. Narkoba dipindahkan dari kapal ke kapal. Karena pandemi, sindikat Indonesia menjemput narkoba langsung ke Pulau Penang, Malaysia,” kata Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Arman Depari di Medan, Senin (29/6/2020).
Kasus tersebut diungkap setelah mereka mendapat informasi rencana pengiriman sabu dari Malaysia ke pantai timur Aceh. Tim BNN bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Aceh serta DJBC Sumut melakukan patroli laut di Selat Malaka. Mereka menunggu ada pemindahan narkoba dari kapal ke kapal, tetapi tidak menemukannya.
Sumut sudah jadi pusat pengiriman narkoba ke sejumlah daerah di Indonesia.
Kapal pembawa narkoba dari Malaysia pun diduga langsung masuk ke pelabuhan tikus di Bireuen, Aceh. Petugas lalu melakukan pengawasan lebih ketat di jalur darat dari Bireuen ke Medan. ”Kami menemukan mobil yang membawa narkoba tersebut di Jalan Medan-Binjai Kilometer 14,” kata Arman.
Dari mobil itu ditemukan 29 bungkus sabu yang dikemas dalam kemasan teh hijau China. Dua pengedar berinisial MF dan MR langsung diringkus petugas. ”Peran mereka sangat besar dalam sindikat ini, yakni menjemput langsung narkoba dari Pulau Penang dan mengantarnya ke Medan,” kata Arman.
Dikirim ke Surabaya
Penelusuran petugas, calon penerima sudah menunggu di tempat parkir Plaza Medan Fair, Medan. Dua penerima sabu, yakni BW dan AM, datang dari Surabaya. ”Mereka bertugas membawa sabu ke Surabaya. Saat ini Sumut sudah jadi pusat pengiriman narkoba ke sejumlah daerah di Indonesia,” kata Arman.
Petugas pun menelusuri anggota sindikat itu di Aceh. Dua orang yang bertugas menyimpan sabu di sebuah gudang di Bireuen ditangkap, yakni RZ dan MRU.
Arman mengatakan, permintaan narkoba di Indonesia tetap tinggi selama pandemi. Karena itu, aktivitas peredaran gelap narkoba pun tidak berhenti. Pekan lalu, petugas juga menggagalkan upaya penyelundupan 165 kilogram sabu saat bertransaksi di tengah laut.
”Penyelundupan narkoba kembali dilakukan sindikat itu hanya berselang beberapa hari. Sindikat ini tidak berhenti meskipun situasi sedang sulit karena pandemi,” kata Arman.
Arman mengatakan, Sumut kini menjadi daerah dengan pecandu narkoba terbanyak di Indonesia, lebih dari 1 juta orang. Sasaran utama narkoba adalah generasi milenial. ”Sumut menjadi pasar empuk sekaligus menjadi pintu masuk narkoba,” katanya.
Kepala Kanwil DJBC Sumut Oza Olavia mengatakan, pemberantasan penyelundupan narkoba menjadi salah satu fokus utama mereka mengingat Sumut menjadi pintu masuk narkoba terbesar di Indonesia.
Patroli laut bersama BNN pun terus dilakukan untuk mempersempit ruang gerak penyelundupan narkoba. Namun, jumlah petugas dan kapal patroli dinilai masih sangat sedikit dibandingkan panjangnya garis pantai timur Sumatera. ”Aparat penegak hukum harus bersinergi untuk memutus rantai peredaran gelap narkoba di Indonesia,” katanya.