KKN Daring UGM, Pengabdian Perguruan Tinggi di Masa Pandemi
Universitas Gadjah Mada menggelar kuliah kerja nyata secara daring di tengah pandemi Covid-19. Metode ini diyakini tidak akan mengurangi esensi pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Universitas Gadjah Mada tetap menggelar kuliah kerja nyata dengan metode daring di tengah pandemi Covid-19. Perubahan metode dari lapangan ke daring diharapkan tidak mengubah esensi kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut.
Total terdapat 4.504 mahasiswa yang akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) Daring Periode II Tahun 2020. Kegiatan tersebut dilakukan di 178 lokasi yang tersebar di 27 provinsi, 77 kabupaten atau kota, 143 kecamatan, dan 263 desa di seluruh Indonesia.
”Daring hanya bentuk atau caranya. Namun, esensinya sama, yaitu membantu masyarakat dengan segala kesulitannya. Harapannya, (KKN-PPM UGM) ini juga membuka wawasan masyarakat bahwa gadget bisa dimanfaatkan lebih dari sekadar berkomunikasi. Gadget juga bisa untuk kegiatan produktif,” tutur Direktur Pengabdian kepada Masyarakat Irfan Dwidya Prijambada seusai pelepasan virtual mahasiswa KKN-PPM UGM di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Senin (29/6/2020).
Irfan menjelaskan, metode daring ditempuh untuk menyiasati pandemi Covid-19. Penerapan salah satu mata kuliah wajib itu pun akhirnya harus turut menyesuaikan demi mencegah potensi-potensi penularan penyakit, secara khusus penularan terhadap warga desa yang menjadi sasaran program dari kegiatan itu.
Dalam metode daring, mahasiswa tidak lagi terjun langsung tinggal bersama masyarakat sasaran kegiatan selama kurang lebih dua bulan. Mahasiswa diminta melakukan pendampingan jarak jauh melalui sambungan telepon ataupun telekonferensi video.
Satu program utama dari setiap tim adalah pembuatan rencana induk (masterplan) pembangunan kawasan pedesaan.
Pendampingan yang diberikan berkaitan dengan rencana pembangunan dan pengembangan kawasan dari sasaran. Untuk itu, salah satu program utama dari setiap tim adalah pembuatan rencana induk (masterplan) pembangunan kawasan pedesaan. ”Salah satu pelatihan yang diberikan sebelum mahasiswa menjalani kegiatan tersebut adalah cara pembuatan masterplan,” ujar Irfan.
Irfan menyampaikan, KKN-PPM UGM merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan secara berkelanjutan. Kondisi itu dinilai dapat mendukung pendampingan jarak jauh pembuatan rencana induk.
Program KKN-PPM, misalnya, dilangsungkan di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang telah berlangsung sejak 2013. Sudah banyak data terkait potensi daerah serta jaringan masyarakat yang dikumpulkan kelompok mahasiswa dari tahun ke tahun. Bahan itu selanjutnya dapat diolah menjadi rencana induk yang berguna bagi pembangunan daerah.
Irfan menambahkan, tema KKN-PPM lainnya adalah mengenai pandemi Covid-19. Terdapat kelompok-kelompok yang juga melakukan edukasi peningkatan pola hidup bersih dan sehat hingga mempersiapkan masyarakat menuju era normal baru. Sebab, pihaknya menilai, masyarakat belum sepenuhnya paham bagaimana cara bersikap di masa pandemi.
Pemeringkatan bukan tujuan yang dikejar. Namun, sebagai motivasi untuk terus mengabdi bagi kepentingan bangsa dan menginspirasi dunia melalui karya pengabdian seluruh sivitas akademika UGM.
Rektor UGM Panut Mulyono mengungkapkan, sejak awal, KKN-PPM UGM dirancang untuk menumbuhkan empati dan kepedulian mahasiswa terhadap persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Pengabdian terhadap masyarakat hendaknya sejalan dengan peningkatan prestasi serta pemeringkatan dari perguruan tinggi tersebut.
”Pemeringkatan bukan tujuan yang dikejar. Namun, sebagai motivasi untuk terus mengabdi bagi kepentingan bangsa dan menginspirasi dunia melalui karya pengabdian seluruh sivitas akademika UGM,” kata Panut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, lewat telekonferensi video, menyampaikan, KKN-PPM UGM merupakan program yang menginspirasi pembuatan program ”Kampus Merdeka”. Lewat program itu, mahasiswa mempunyai kesempatan belajar langsung di lapangan selama dua semester. Mahasiswa memerlukan program seperti itu agar mendapat pengalaman terjun langsung di lapangan guna menghadapi persoalan riil yang ada.
”Dari situ, kami mengambil filosofi kenapa mahasiswa-mahasiswa Indonesia itu seharusnya bukan saja dilatih di kolam renang, melainkan juga di lautan terbuka. Baik itu dalam arti berbakti, bekerja, berinovasi, maupun melakukan riset,” kata Nadiem.
Fernando Galang Rahmadana (21), peserta KKN-PPM UGM Daring Periode I Tahun 2020, menjelaskan, metode daring tidak mengubah esensi kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Pelaksanaan daring justru menjadi sebuah tantangan agar apa yang dilakukan mahasiswa tetap dirasakan manfaatnya.
”Niat, tujuan, dan esensi KKN itu sendiri sebagai proses pengabdian. Selama ini, mahasiswa banyak yang ingin KKN di tempat-tempat yang ada wisatanya dan lain sebagainya. Saat ini, kami dituntut untuk benar-benar melakukan pengabdian,” kata mahasiswa dari Fisipol UGM itu.