Kisah hidup Putri (10) dan Lia (9) begitu singkat di dunia ini. Kedua warga Dusun Langgar, Desa Lajer, Kecamatan Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah, itu tewas setelah hanyut saat bermain di kawasan Bendung Sendadi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Kisah hidup Putri (10) dan Lia (9) begitu singkat di dunia ini. Kedua warga Dusun Langgar, Desa Lajer, Kecamatan Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah, itu tewas setelah hanyut saat bermain di kawasan Bendung Sendadi, Sabtu (27/6/2020). Sehari kemudian, jasad keduanya ditemukan 700 meter dan 1 kilometer dari tempat mereka terakhir bermain.
Sedadi adalah salah satu bendung yang dilewati sistem irigasi Waduk Kedung Ombo. Secara berurutan, air Kedung Ombo mengalir melalui Bendung Sidorejo, Bedung Sedadi, dan, yang utama, Bendung Klambu. Selain mengairi 60.000 hektar areal pertanian, Waduk Kedung Ombo yang dikelola Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ini digunakan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan air baku.
Berdasarkan data Badan SAR Nasional Semarang, peristiwa itu terjadi pada Sabtu pukul 16.30. Ketika kedua korban bermain, tiba-tiba debit air aliran sungai sedalam 2 meter dan lebar 20 meter itu meningkat. Diduga tak bisa berenang, mereka dengan mudah hanyut terseret arus air.
Setelah mendapat laporan warga, pencarian dilakukan. Kepala Badan SAR Nasional Semarang Nur Yahya mengatakan, proses pencarian dibantu Basarnas Pos SAR Jepara. Namun, karena hari mulai gelap, pencarian korban pun tidak berjalan maksimal.
Pencarian lantas dilanjutkan pada Minggu (28/6/2020) pagi. Kali ini, pencarian berbuah hasil. Pukul 06.45, tim SAR gabungan menemukan jasad Putri, sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Jenazah langsung dibawa ke rumah duka.
Sekitar 4 jam kemudian, pukul 10.40, tim SAR menemukan jasad Lia, 700 meter dari lokasi. ”Dengan ditemukannya Lia, seluruh korban sudah ditemukan dan operasi SAR ini secara resmi kami tutup,” ujar Yahya.
Koordinator Basanas Pos SAR Jepara Wisnu Yuas, yang dihubungi dari Kota Semarang, Minggu, mengatakan, kendala di lapangan adalah wilayah pencarian yang luas. ”Selain itu, banyak tonggak di sungai tersebut,” kata Wisnu.
Tiba-tiba debit air aliran sungai sedalam 2 meter dan lebar 20 meter itu meningkat. Diduga tak bisa berenang, mereka dengan mudah hanyut terseret arus air.
Kewaspadaan bersama
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng Eko Yunianto mengatakan, saat ini, sistem irigasi Waduk Kedung Ombo memang tengah dibuka. Tujuannya untuk mendukung pengairan Musim Tanam II dan diperkirakan akan ditutup pada akhir Juli.
Aliran yang dilepas dari Kedung Ombo sebanyak 30 meter kubik per detik, atau sekitar separuh dari optimal. Pembukaan adalah hasil kesepakatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk petani penerima manfaat. Setiap bendung atau area pemanfaatan, volume alirannya berbeda-beda.
Eko menuturkan, bencana, seperti warga tenggelam, tak bisa serta-merta disebut akibat dibukanya pintu air waduk. ”Aliran air ini sifatnya dinamis karena ada volume air yang berjalan. Pengelola (bendung) tentu sudah memberi peringatan agar warga tak bermain di sekitarnya. Ini menjadi kewaspadaan bersama,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Grobogan Endang Sulistyoningsih meminta masyarakat di sekitar aliran sungai berhati-hati. Para orangtua dan warga di lingkungan diminta memperhatikan anak-anak agar tak bermain di sungai.
Tawa canda dua bocah itu berakhir duka. Mereka telah tiada. Apabila semua tak sadari bahayanya, luka itu bakal selalu ada.