Donasi Sayuran, Cara Desa Menopang Beban Sesama
Di tengah situasi serba sulit, kepedulian untuk membantu sesama bertumbuh. Warga Desa Ngablak di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah, mewujudkannya dengan berbagi sayuran.
Masa pandemi Covid-19 terbukti memperkokoh solidaritas anak bangsa. Tua-muda, miskin-kaya, desa-kota, semua melebur menjadi satu kekuatan besar untuk tetap bertahan di tengah kesulitan. Setiap orang punya peranan.
Hidup di kawasan sentra pertanian, Arfika Udyani Meida Putri (19), warga Desa Ngablak, di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah, terbiasa melihat petani membuang sayuran saat harga anjlok. Ketika orang kota antusias mendapat pasokan sayur dari desa, ia pun terharu sekaligus bangga.
Medio bulan Mei, Arfika cukup kaget saat warga yang ditemuinya di Ambarawa, Kabupaten Semarang, antusias menyambut sayuran yang dibawa oleh dia dan rekan-rekannya dari Karang Taruna Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
”Mereka sabar menunggu sejak pukul 10.00 dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih saat kami datang membawa sayuran pada pukul 15.00,” kata Arfika, Jumat (19/6/2020).
Donasi sayur ini dilakukan sebagai bagian dari kegiatan sosial mereka membantu warga yang terdampak Covid-19.
Sejak 29 Mei lalu, Karang Taruna Desa Ngablak cukup rutin melakukan donasi sayuran ke sejumlah tempat sesuai permintaan. Donasi sayur ini dilakukan sebagai bagian dari kegiatan sosial mereka membantu warga yang terdampak Covid-19.
Saat menjanjikan datang ke Ambarawa, Arfika dan rekannya datang terlambat karena harus terlebih dahulu mengantarkan sayur ke tempat lain. Ia bercerita, kebanyakan warga yang meminta donasi sayur adalah tempat-tempat yang biasanya terpaksa menjalani karantina karena ada temuan kasus Covid-19. Selain itu, juga daerah yang ekonomi masyarakatnya terganggu akibat dampak pandemi.
Di tempat-tempat itulah, menurut Fika, donasi sayuran bisa menjadi acara yang luar biasa mengharukan. Di Ambarawa, misalnya, dia sempat tercengang karena sayur sungguh menjadi bahan pangan yang dirindukan karena warga yang kampungnya ditutup tersebut tidak bisa pergi ke mana-mana untuk belanja.
”Mereka mengaku sudah bosan memakan bahan pangan bantuan dari desa yang hanya berupa beras dan mi instan,” ujarnya.
Baca juga : Kesadaran Baru untuk Berbagi Bahu
Kepala Desa Ngablak Anny Anggraeni mengatakan, dirinya juga sempat ikut terlibat dalam donasi sayuran ke sejumlah lokasi. Salah satu tempat yang pernah dikunjungi adalah kampung di Kecamatan Magelang Utara yang sedang ditutup dan diisolasi karena ada satu temuan kasus positif Covid-19.
Diliputi rasa khawatir dan takut tertular virus korona baru, Anny mengatakan, saat itu mereka sempat kebingungan karena jalan masuk ditutup. Mereka juga tidak dapat menemukan warga yang bisa menerima sayuran.
”Waktu itu, saya kemudian menelepon ketua RW setempat yang mengajukan permintaan donasi. Dia sendiri mengaku tidak bisa keluar rumah karena tengah dikarantina,” ujarnya.
Berkarung-karung sayuran yang sudah dibawa akhirnya ditinggal di depan jalan kampung.
Sesuai saran ketua RW tersebut, berkarung-karung sayuran yang sudah dibawa akhirnya ditinggal di depan jalan kampung. Kondisi tersebut membuat Anny dan para pemuda desa semakin menyadari betapa sulitnya mendapatkan bahan pangan di tengah situasi pandemi.
Lain waktu, Anny juga sempat memberikan donasi sayuran ke Kampung Kedungsari, Kota Magelang. Dia terkejut karena satu karung sayuran yang dibawanya diterima warga dengan sukacita. Belakangan, dia mendapatkan informasi bahwa paket-paket sayuran yang diberikan tersebut kemudian dibongkar, dipotong-potong, lalu dikemas ulang menjadi lebih banyak paket. Alhasil, penerima bantuan pun menjadi lebih banyak.
”Buat kami, sayuran yang dibawa saat itu hanya sedikit. Namun, warga tak henti-hentinya berterima kasih karena sayuran tersebut dinilai terlalu banyak sehingga bisa dibagi untuk warga satu kampung berikut sejumlah tukang becak dan pengamen di sekitar kampung,” ujarnya.
Baca juga : ”Canthelan” Bahan Pokok yang Menguatkan dan Merekatkan
Hal itu, menurut Anny, membuat warga Desa Ngablak yang mayoritas petani sayuran kian bersemangat berbagi.
”Cuma sayuran, produk pertanian yang sering kali berlebihan ada di desa. Namun, kami pun jadi menyadari, betapa berharganya bahan pangan itu bagi warga di lain tempat,” ujarnya.
Kami pun jadi menyadari, betapa berharganya bahan pangan itu bagi warga di lain tempat.
Awal donasi
Ide donasi sayuran itu bermula dari permintaan Pemerintah Desa Krincing, Kecamatan Secang, untuk memenuhi kebutuhan warga di satu dusun yang saat itu ditutup karena ada temuan kasus Covid-19. Karena permintaan itu disampaikan pada malam takbiran menjelang Lebaran, Anny pun tidak menjamin bisa memenuhi permintaan dalam waktu dekat.
Kendati demikian, permintaan itu tetap disampaikan dalam grup percakapan satuan tugas Covid-19 tingkat desa. Tanpa disangka, permintaan itu langsung direspons positif.
”Keesokan paginya, tepat di hari pertama Lebaran, sudah ada empat mobil bak terbuka penuh berisi sayuran yang siap untuk diantar ke Desa Krincing,” ujarnya.
Melihat respons yang luar biasa, Anny pun tergerak untuk menjadikan kegiatan tersebut sebagai kegiatan donasi rutin dengan menggerakkan para anggota Karang Taruna Desa Ngablak. Kaum muda kemudian menginformasikan perihal donasi sayuran ini melalui jejaring komunitas mereka masing-masing serta melalui media sosial.
Tawaran donasi ini disambut antusias. Terhitung sejak 29 Mei hingga 10 Juni 2020, Karang Taruna Desa Ngablak telah mengantar sayuran ke 10 lokasi lebih. Di luar itu, banyak pula peminat bantuan sayuran datang untuk mengambil dengan kendaraannya sendiri.
Dalam sehari, volume sayur yang didonasikan berkisar 50 kilogram hingga lebih dari 10 ton per hari. Sebelum didonasikan, setiap jenis sayuran terlebih dahulu dipilih sehingga dipastikan semua yang diberikan dalam kondisi dan kualitas bagus.
Baca juga : Solidaritas Bahan Pangan Gratis
Anny mengatakan, dia dan para anggota Karang Taruna Desa Ngablak sama sekali tidak pernah kesulitan mendapatkan sayuran dari para petani. Desa Ngablak berpenduduk sekitar 4.000 jiwa dengan 80 persen di antaranya bekerja sebagai petani sayur.
Saat ada permintaan donasi sayuran, para petani akan memberikan sayur hasil panennya. Adapun sebagian warga yang tidak bertani akan menyumbangkan uang untuk mendukung kebutuhan lain, seperti biaya transportasi pengangkutan ataupun membeli tambahan sayuran untuk donasi.
Saat ada permintaan donasi sayuran, para petani akan memberikan sayur hasil panennya.
Sebagian besar sayuran memang diberikan petani secara cuma-cuma. Namun, terkadang, demi memenuhi kebutuhan permintaan, karang taruna setempat bersama sejumlah warga juga bergerak masuk ke pasar untuk mencari dan membeli sayuran.
Semula, sayuran yang dikumpulkan hanya merupakan produksi petani Desa Ngablak. Kini, setiap sayuran yang akan didonasikan dikumpulkan petani di setiap RT. Namun, dari ”gerilya” sayur yang dilakukan di pasar, Desa Ngablak juga mendapatkan pasokan dari desa atau bahkan kabupaten lain.
Aryanto (41), salah seorang warga Desa Ngablak, yang sering terlibat mencari sayuran di pasar, mengatakan, dirinya tidak pernah mengalami kesulitan saat mencari sayuran dari petani dan pedagang mana pun.
”Ketika tahu akan didonasikan untuk warga terdampak Covid-19, biasanya para petani, pedagang, akan langsung tergerak memberikan sayuran,” ujarnya.
Paniyem (33), salah seorang pedagang asal Sidomukti, Kabupaten Semarang, mengatakan, dirinya sudah lebih dari 10 kali memberikan sayuran yang akan dijual untuk didonasikan. Kepedulian untuk menyumbang muncul karena dia sendiri sering melihat banyak desa menutup sejumlah dusun dan mengisolasi warga agar tidak pergi ke mana-mana selama pandemi.
”Saya sering kali lewat dan melihat betapa sepinya kampung yang di-lockdown. Saya sungguh sedih, tak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika suatu saat saya juga merasakan pengalaman yang sama seperti mereka,” ujarnya.
Baca juga : Membantu Petani Sayur di Masa Pandemi Covid-19
Sangat terbantu
Hadi Purnomo (61), warga Kampung Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, yang memang sudah mengenal Kepala Desa Ngablak Anny Anggraeni terkejut karena tiba-tiba ditawari sayuran oleh Anny. Menerima tawaran tersebut, dia pun bertambah kaget karena sayuran yang dikirimkan dan diterima sore hari tersebut sangat banyak, melebihi 1 kuintal.
”Donasi sayuran itu langsung saya kemas dalam paket-paket kecil dan bisa dibagi untuk 140 keluarga,” ujarnya.
Di Kampung Magersari sempat ada temuan 10 kasus positif Covid-19 dengan sembilan di antaranya sembuh dan satu orang meninggal. Dengan kondisi itu, kampung tersebut sempat dua kali menutup jalan kampung dan mengisolasi warganya selama sekitar sebulan.
Hal itu secara otomatis memukul perekonomian warga kampung yang mayoritas bekerja sebagai pedagang di pasar serta membuka warung makan. Selain karena tidak bisa keluar dan berjualan, banyak warga akhirnya kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari karena tidak bisa keluar untuk berbelanja.
Dengan berbagai masalah tersebut, donasi sayuran pun diterima dengan sukacita. ”Selama masa lockdown, kami sudah beberapa kali menerima bantuan pangan, tetapi semuanya selalu beras,” ujarnya.
Donasi sayuran tersebut, menurut Hadi, sungguh menjadi bantuan yang menyenangkan dan meringankan beban karena situasi pandemi saat ini membuat warga mengalami krisis keuangan dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.
Situasi pandemi saat ini membuat warga mengalami krisis keuangan dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.
Hadi yang juga pengurus masjid setempat mengatakan, sejak awal Covid-19 mulai merebak, banyak warga terus mengambil tabungan di masjid. Uang yang semula disimpan guna membeli hewan kurban itu kemudian dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. ”Pada situasi sekarang, uang tabungan hanya Rp 100.000 saja pun diambil,” ujarnya.
Di tengah situasi sulit seperti sekarang, kepedulian terhadap sesama bisa tumbuh, diwujudkan dalam apa saja. Donasi sayuran yang diberikan dengan keikhlasan, misalnya, akhirnya mampu meringankan sedikit beban.