Penambahan kasus positif Covid-19 di Bali per Sabtu (27/6/2020) mencapai 106 kasus. Gencarnya penelusuran kontak dan pemeriksaan terhadap orang-orang tanpa gejala memengaruhi lonjakan jumlah kasus positif Covid-19.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Penambahan kasus positif Covid-19 di Bali per Sabtu (27/6/2020) mencapai 106 kasus. Lonjakan kasus positif Covid-19 disebabkan gencarnya penelusuran kontak dari kasus positif sebelumnya dan pemeriksaan terhadap orang-orang berisiko, tetapi tidak menunjukkan gejala terpapar SARS-CoV-2. Secara kumulatif, jumlah kasus positif Covid-19 di Bali yang tercatat sejak Maret 2020 hingga Sabtu (27/6) mencapai 1.369 kasus. Adapun pasien kasus Covid-19 yang meninggal sejumlah 11 orang. Dari total 1.369 kasus positif Covid-19 di Bali, jumlah pasien Covid-19 yang masih dirawat sampai Sabtu sebanyak 607 orang. Jumlah pasien Covid-19 yang sudah sembuh dilaporkan mencapai 751 orang setelah sebanyak 21 pasien dinyatakan sembuh pada Sabtu.
Kepada Kompas, Sabtu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Ketut Suarjaya menerangkan penambahan kasus positif Covid-19 di Bali yang mencapai 106 kasus dalam sehari itu merupakan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap orang-orang yang memiliki risiko, tetapi masih sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit Covid-19. Pemeriksaan terhadap orang-orang yang dikategorikan orang tanpa gejala (OTG) itu berdasarkan hasil surveilans dari kasus positif akibat penularan secara lokal.
”Ini strategi kami untuk membongkar fenomena gunung es penyakit Covid-19. Kami memang menggencarkan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan kasus positif Covid-19 dan menskrining mereka,” ujar Suarjaya.
Berdasarkan laporan harian Covid-19 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan data sebaran kasus Covid-19 di Provinsi Bali dari laman https://pendataan.baliprov.go.id yang diakses Sabtu, jumlah kasus positif Covid-19 di Bali pada Sabtu tercatat sebanyak 1.369 kasus, atau bertambah 106 kasus sejak Jumat (26/6). Sebanyak 607 pasien kasus Covid-19 yang masih dirawat tersebar di sembilan daerah di Bali.
Ini strategi kami untuk membongkar fenomena gunung es penyakit Covid-19. Kami memang menggencarkan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan kasus positif Covid-19 dan menskrining mereka (Suarjaya)
Dari jumlah kasus, Kota Denpasar tercatat paling banyak kasus positif Covid-19. Dari laman https://safecity.denpasarkota.go.id/id/covid19 per Sabtu, jumlah keseluruhan kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar mencapai 463 kasus. Terdapat penambahan 40 kasus positif Covid-19 yang dilaporkan pada Sabtu.
Keterangan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar menyebutkan penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar didominasi akibat penularan secara lokal yang ditemukan dari hasil penelusuran kontak terhadap kasus positif Covid-19.
Beberapa kasus positif Covid-19 yang baru di Kota Denpasar dinyatakan terkait kasus positif Covid-19 yang ditemukan dari kluster Pasar Kumbasari, Kota Denpasar.
Pecalang dan sukarelawan
Terkait pencegahan penularan penyakit Covid-19 di pasar-pasar tradisional, tim gabungan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali kembali turun ke lapangan untuk memastikan pelaksanaan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sabtu (27/6), tim gabungan yang juga melibatkan sukarelawan dan pecalang (petugas keamanan desa adat) memantau di Pasar Ketapian, Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Mengenai pemantauan di pasar tradisional itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Darmadi menyatakan kegiatan pemantauan itu bertujuan memastikan seluruh pedagang pasar maupun pembeli di pasar menerapkan langkah-langkah pencegahan penyakit Covid-19. Cara melindungi diri di antaranya, memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk ke pasar maupun setelah keluar dari pasar.
Lebih lanjut Suarjaya mengatakan, pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menggencarkan pemeriksaan penapisan, terutama terhadap OTG, agar mengetahui lebih dini kondisi OTG dan lebih cepat menanganinya.
”Lebih cepat diisolasi di tempat karantina sehingga tidak menularkan ke orang lain di sekitarnya dan dapat segera dirawat sehingga kondisi penyakitnya tidak menjadi berat,” ujar Suarjaya.