Sebagian Pesepeda di Bandung Masih Abai Keselamatan dan Kesehatan
Minat bersepeda warga Kota Bandung, Jawa Barat, terus tumbuh dalam sebulan terakhir. Namun, para pesepeda diingatkan tidak mengabaikan faktor keselamatan dan kesehatan saat pandemi Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Minat bersepeda warga Kota Bandung, Jawa Barat, yang melonjak sebulan terakhir mesti diimbangi dengan kewaspadaan akan faktor keselamatan dan kesehatan saat pandemi Covid-19. Masih banyak pesepeda mengabaikan dua hal tersebut sehingga berpotensi memicu kecelakaan atau bahkan kluster baru penularan.
Peningkatan minat bersepeda itu terpantau di sejumlah jalan utama yang kerap dilalui pesepeda, terutama pada pagi dan sore hari. Beberapa lokasi favorit di antaranya Jalan Merdeka, Jalan Wastukencana, Jalan Asia Afrika, Jalan Diponegoro, Jalan Ir H Djuanda, dan Jalan Ahmad Yani.
Namun, sayangnya, masih terdapat pesepeda berkerumun serta tidak memakai helm dan sarung tangan sehingga mengabaikan faktor keselamatan serta protokol kesehatan. Padahal, kerumunan sangat berpotensi menjadi lokasi penyebaran Covid-19 karena dapat menular melalui percikan ludah atau batuk.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengingatkan pesepeda agar tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan. ”Jangan melanggar lampu lalu lintas dan tetap patuhi protokol kesehatan dengan tidak berkerumun,” ujarnya dalam seminar daring (webinar) ”Tren Bersepeda di Bandung Menuju Era New Normal: Antara Gaya Hidup, Kesehatan, dan Keselamatan Berlalu Lintas”, Sabtu (27/6/2020).
Yana mengatakan, pola hidup sehat, salah satunya dengan bersepeda, sangat penting diterapkan saat pandemi Covid-19. Tujuannya meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Oleh sebab itu, dia berharap meningkatnya tren bersepeda tidak sebatas euforia. ”Bersepeda tidak hanya rekreasi. Ini harus menjadi gaya hidup baru karena baik untuk kesehatan serta mengurangi kemacetan dan polusi udara,” ujarnya.
Untuk mengakomodasi meningkatnya minat bersepeda, Pemerintah Kota Bandung telah mereaktivasi jalur sepeda lama serta membuat jalur baru. Langkah itu dilakukan dengan mengecat sisi jalan selebar sekitar 1,2 meter dengan garis putus-putus.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Ricky Gustiadi mengatakan, kesadaran masyarakat berolahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh di tengah pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor pendorong tumbuhnya minat bersepeda. Selain itu, pesepeda juga memanfaatkan berkurangnya aktivitas warga di luar rumah.
”Dampak positifnya, kendaraan bermotor pribadi di jalan menurun. Kualitas udara membaik karena produksi gas karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor berkurang,” ujarnya.
Sayangnya, masih terdapat pesepeda berkerumun serta tidak memakai helm dan sarung tangan sehingga mengabaikan faktor keselamatan dan protokol kesehatan.
Akan tetapi, euforia bersepeda juga menimbulkan sejumlah permasalahan. Protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 terabaikan karena pesepeda biasanya berkelompok. Sejumlah pesepeda juga tidak mematuhi peraturan lalu lintas serta bergerombol sehingga memenuhi jalan. ”Terjadi perebutan ruang publik antara pesepeda, pejalan kaki, dan pengguna kendaraan bermotor,” katanya.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung Komisaris Bayu Catur Prabowo mengatakan, salah satu pemicu meningkatnya tren bersepeda karena kondisi jalanan sepi saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, masih terdapat pesepeda berkendara tidak di jalur sepeda sehingga berisiko mengancam keselamatan berlalu lintas.
Penyediaan fasilitas bersepeda di jalan telah diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sementara dalam Pasal 106 Ayat 2 disebutkan, ”Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda”.
Meskipun statusnya diutamakan, pesepeda diharapkan menghormati pengguna jalan lain. Caranya, dengan berkendara di jalur sepeda, mematuhi lampu lalu lintas, dan tidak bergerombol. ”Pesepeda sangat dianjurkan berada di jalurnya atau di kiri jalan. Ini demi keselamatan sesama pengguna jalan,” ujarnya.
Ketua Umum Komunitas Bike to Work Indonesia Poetoet Soedarjanto mengatakan, peningkatan minat bersepeda perlu dibarengi kesiapan fasilitas pendukung. Selain jalur sepeda yang aman dan nyaman, juga tersedianya tempat parkir sepeda di sejumlah lokasi, seperti kantor, pusat berbelanjaan, dan taman kota.
”Ketika bersepeda, niatkan diri kita tidak mau celaka dan membuat orang lain celaka. Kita tidak ingin ketularan Covid-19 dan menularkan Covid-19. Jadi, gunakan perlengkapan keselamatan dan patuhi protokol kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gowes Baraya Bandung (GBB) Anggana Nugraha mengatakan, masih terdapat pesepeda mengabaikan aspek keselamatan dan kesehatan. Padahal, menurut dia, saat pandemi Covid-19, syarat bersepeda seharusnya lebih ketat.
”Kalau sebelum pandemi wajib memakai helm, sepatu, dan sarung tangan, saat ini ditambah dengan memakai masker dan membawa hand sanitizer,” ujarnya.