Pembukaan Borobudur Tak Otomatis Mendorong Pengunjung Menginap
Pembukaan bertahap Candi Borobudur tidak serta-merta mendorong tamu menginap di sekitar wilayah tersebut. Wisatawan menginap paling cepat diperkirakan pada Juli atau Agustus, dan sedikit ramai pada akhir tahun.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Para pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menilai pembukaan bertahap kawasan candi untuk turisme tidak serta-merta mendorong tamu menginap di wilayah tersebut. Meski demikian, para pelaku wisata termasuk pengelola rumah inap terus mempersiapkan protokol kesehatan di tempatnya masing-masing.
Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini sudah mulai menerima kunjungan wisatawan dalam masa uji coba operasional, yang mulai dibuka, Kamis (25/6/2020). Ratusan pengunjung mulai berdatangan.
Ketua Paguyuban Kampung Homestay Ngaran II di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Muslih, mengatakan, sejak awal Juni, sebanyak 37 unit rumah inap atau homestay dengan yang tergabung dalam Paguyuban Kampung Homestay Ngaran II, sudah siap kembali menerima tamu, dengan standar layanan sesuai dengan protokol kesehatan. Puluhan rumah inap tersebut menyediakan 165 kamar.
Standar layanan tersebut, menurut Muslih, sudah dipublikasikan untuk menarik minat kunjungan. Namun, hingga kini, belum ada satu pun tamu yang datang untuk memesan kamar.
Sama seperti jumlah wisatawan Candi Borobudur yang saat ini hanya sekitar ratusan orang per hari, Muslih meyakini, masih perlu waktu bagi masyarakat, untuk berwisata atau bahkan tinggal lama dan menginap di kawasan Borobudur.
”Banyak orang masih melihat situasi dan kemampuan keuangan. Kedatangan tamu menginap mungkin baru akan terasa paling cepat bulan Juli atau Agustus,” ujarnya, Jumat (26/6/2020).
Kedatangan tamu menginap mungkin baru akan terasa paling cepat bulan Juli atau Agustus.
Muslih mengaku, pihaknya masih sulit memprediksi potensi peningkatan kunjungan karena hingga kini, belum ada satu pun homestay menerima permintaan pesanan kamar. Bahkan, untuk satu atau dua bulan mendatang sekalipun.
Kendati demikian, menurut Muslih, pihaknya tetap menerapkan strategi promosi antara lain dengan memberikan diskon 30 persen bagi semua kamar yang tersedia. Pada kondisi normal, tarif satu unit homestay, mulai dari kapasitas tiga kamar hingga lima kamar, berkisar Rp 500.000 hingga Rp 2 juta per malam.
Paguyuban Homestay Ngaran II juga telah membuat dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) normal baru. Dalam aturan tersebut, setiap homestay wajib melengkapi fasilitas cuci tangan di dekat pintu masuk.
Setiap tamu yang datang juga harus dicek suhu tubuhnya dengan thermo gun. Pihak homestay juga harus sigap menghubungi petugas kesehatan terdekat saat ada tamu yang terdeteksi memiliki suhu tubuh di atas 37 derajat celsius.
Adapun, setiap karyawan homestay diharuskan terus memakai masker saat melayani tamu. Mereka juga wajib memakai sarung tangan saat menghidangkan makanan.
Demi menghindari kerumunan, satu kamar kini diwajibkan hanya diisi dua orang saja. Homestay juga tidak melayani permintaan tambahan kasur.
Sementara itu, homestay di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Kembanglimus, saat ini juga terus berupaya melakukan sejumlah simulasi, sebagai persiapan untuk kembali beroperasi dan menerima tamu menginap.
Rohadi, salah seorang perangkat Desa Kembanglimus mengatakan, pemerintah Desa Kembanglimus sudah mengizinkan Balkondes berikut homestay untuk kembali dibuka. Namun, sementara ini, rencana pembukaan masih menunggu arahan dari pendamping balkondes di Kecamatan Borobudur, PT Manajemen Community Based Tourism (CBT) Nusantara.
Ketika dibuka kembali, Rohadi mengatakan, pihaknya bersiap menetapkan diskon tarif menginap sebesar 10 persen. Adapun, tarif kamar homestay pada kondisi normal berkisar Rp 350.000-Rp 400.000 per malam.
Rencana pembukaan masih menunggu arahan dari pendamping balkondes di Kecamatan Borobudur, PT Manajemen Community Based Tourism (CBT) Nusantara.
Senada dengan Muslih, menurut Rohadi, penurunan tarif kamar dan pembukaan Taman Wisata Candi Borobudur, tidak akan secara otomatis meningkatkan kunjungan tamu ke balkondes maupun homestay.
”Kami memprediksi keramaian kunjungan wisatawan, paling cepat baru akan terasa pada musim libur akhir tahun di bulan Desember. Namun, karena masih masa pemulihan, jumlahnya akan tetap jauh di bawah volume kunjungan di tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Sekretaris Perusahaan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Emilia Eny Utari, mengatakan, sejak Taman Wisata Candi Borobudur, dibuka pada Kamis (25/6/2020), jumlah wisatawan yang datang, masih cenderung fluktuatif. Hari pertama uji coba operasional, Kamis, jumlah wisatawan terdata sebanyak 266 orang. Adapun pada Jumat (26/6/2020), tercatat 176 orang dan pada Sabtu (27/6/2020) sebanyak 461 orang.
Emilia mengatakan, pihaknya optimistis seiring waktu, jumlah pengunjung akan terus meningkat dan mampu mencapai target, yakni 1.500 orang per hari. Sekalipun hanya bisa berkunjung ke kawasan zona II dan tak diizinkan naik ke bangunan candi, sejauh ini, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, tidak menerima keluhan apapun dari pengunjung.
”Banyak pengunjung justru terkesan karena pengalaman berwisata sesuai dengan protokol kesehatan yang belum pernah mereka alami sebelumnya,” ujarnya.