1.000 Lebih Kasus di Sulut, Gubernur Isyaratkan Buka Mal dan Tempat Ibadah
Jumlah kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara menembus angka 1.000 dengan tingkat kematian 0,074 persen, di atas rata-rata nasional 0,051 persen. Di saat sama, aktivitas ekonomi dan sosial segera kembali bergulir.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Jumlah kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara, hingga Sabtu (27/6/2020) telah menembus 1.000 sesuai prediksi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 setempat. Meski demikian, di saat sama, pemerintah provinsi rampung menyusun peraturan tatanan normal baru. Aktivitas ekonomi dan sosial diprediksi segera bergulir lagi.
Pada Sabtu ini, Sulut ketambahan 54 kasus baru Covid-19, menyusul tambahan 43 kasus sehari sebelumnya. Total kasus pun meningkat dari 970 pada Jumat (26/6/2020) menjadi 1.024.
“Pekan lalu saya sudah sampaikan, menurut data positivity rate (tingkat positif) epidemiologis, jumlah kasus pada akhir pekan sudah bisa sampai ribuan. Sesuai prediksi itu, jumlah kasus positif di Sulut sudah mencapai 1.024,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel.
Menurut Steaven, angka tingkat positif di Sulut mencapai 15,1 persen. Artinya, dari 100 orang yang diuji sampel usap tenggorokannya, 15 di antaranya positif. Selama sepekan terakhir, ada 217 kasus baru di Sulut. Dengan angka tingkat positif tersebut, kurang lebih 1.440 sampel usap diperiksa selama sepekan, dengan rata-rata 205 sampel per hari.
Untuk dapat melaksanakan tatanan normal baru, tingkat positif yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 5 persen. Untuk itu, menurut Steaven, jangkauan tes setiap hari harus diperluas.
Adapun tingkat penggandaan (doubling rate) kasus positif di Sulut saat ini, kata Steaven, adalah 14 hari. Artinya, jumlah kasus bisa mencapai 2.000 dalam dua pekan ke depan. Steaven berharap, tingkat penggandaan bisa diperlambat hingga lebih dari 14 hari.
“Penggandaan sampai 1.000 kasus ini sudah bisa kami prediksi dari potensi pemeriksaan swab dan kapasitas laboratorium. Jika waktu penggandaan semakin panjang, dapat diasumsikan tren perkembangan Covid-19 bisa dikendalikan. Kami harap penggandaan tidak semakin cepat,” kata Steaven.
Saat ini, selain dua laboratorium pemerintah, dua laboratorium swasta juga melaksanakan pemeriksaan swab. Kendati begitu, pengumpulan data sering kali terhambat. Steaven mengatakan, laboratorium swasta kerap salah memberikan data detail terkait profil pribadi pasien sehingga pelacakan kontak erat tertunda.
Laboratorium swasta kerap salah memberikan data detail terkait profil pribadi pasien sehingga pelacakan kontak erat tertunda.
Normal baru
Kendati demikian, pemerintah provinsi telah mengesahkan Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2020 tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19. Peraturan tersebut menetapkan standar penunjang protokol kesehatan yang harus disiapkan pelaku bisnis serta fasilitas publik untuk tetap produktif secara ekonomi, sekaligus terhindar dari Covid-19.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey bahkan telah meninjau salah satu mal, Manado Town Square, dan menyiapkan pembukaannya kembali, Kamis (25/6/2020) lalu. Kedatangannya disambut oleh para pekerja mal yang telah menganggur selama lebih dari tiga bulan dengan spanduk bertuliskan “Pahlawan Pegawai Mall”.
Menurut Olly, dalam masa transisi menuju normal baru, kegiatan sosial-ekonomi dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Kami mempersiapkan seluruh pelaku ekonomi di Sulut agar masyarakat bisa melakukan kegiatan ekonominya seperti semula, tetapi mengikuti prosedur standar Covid-19. Harus ada jaga jarak, semua harus pakai masker. Saya kira pasti tidak ada masalah, ini nanti akan dikoordinasikan dengan seluruh kabupaten/kota untuk disosialisasikan,” ujar Olly.
Olly juga mengisyaratkan pembukaan rumah ibadah. Ia mengatakan, rumah ibadah tak pernah ditutup Pemprov, tetapi dianjurkan tidak menggelar ibadah demi mencegah timbulnya kluster penularan baru. Pembukaan rumah ibadah pun bisa dimulai lagi dengan membatasi jumlah umat serta memperbanyak jumlah perayaan.
Sementara itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sulut Jemmy Kumendong menegaskan, pandemi Covid-19 di Sulut belum berakhir. Ia berharap, masyarakat dapat tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk membatasi pergi ke luar rumah. Sebab, Covid-19 mengancam kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan yang memiliki penyakit penyerta.
Kendati begitu, ia mengakui masyarakat mulai mencapai titik jengah dengan keadaan saat ini. “Banyak yang menganggap bahwa keadaan saat ini biasa-biasa saja. Padahal, tingkat kematian di Sulut termasuk tinggi. Kalau masyarakat menilai kebijakan pemerintah hanya membuat masyarakat takut, saya tidak tahu logika apa yang digunakan,” kata dia.
Dari total 1.024 kasus positif Covid-19 di Sulut, 172 sembuh, sedangkan 76 pasien meninggal. Artinya, tingkat kematian akibat Covid-19 di Sulut 0,074 persen, di atas rata-rata nasional 0,051 persen. “Seharusnya masyarakat sadar karena pemerintah mengadakan kebijakan work from home, menutup pusat perbelanjaan, dan bahkan ibadah serta perjalanan,” kata dia.