Sektor pariwisata di Kota Cirebon, Jawa Barat, mulai menggeliat menuju tatanan hidup normal baru di era pandemi Covid-19. Sulit menggaet wisatawan asing, pemerintah daerah fokus menarik wisatawan lokal.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sektor pariwisata di Kota Cirebon, Jawa Barat, mulai menggeliat menuju tatanan hidup normal baru di era pandemi Covid-19. Sulit menggaet wisatawan asing, pemerintah daerah fokus menarik wisatawan lokal.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Cirebon Wandi Sofyan mengatakan, wisatawan mulai berkunjung ke sejumlah destinasi wisata andalan di Cirebon, seperti Keraton Kasepuhan dan Goa Sunyaragi. ”Namun, jumlahnya belum signifikan. Kami masih mendata angka pastinya,” katanya, Jumat (26/6/2020), di Cirebon.
Dia mengatakan, beroperasinya kembali hampir 11 hotel yang sempat tutup beberapa pekan lalu menunjukkan wisatawan mulai berdatangan. ”Tingkat hunian hotel juga naik dari sebelumnya 10 persen menjadi 15 persen,” ujarnya.
Pada hari normal, okupansi hotel di Kota Cirebon paling minim 50 persen. Bahkan, saat akhir pekan atau masa liburan, tingkat hunian di lebih dari 60 hotel di Cirebon bisa mencapai 100 persen. Umumnya, tamu hotel berasal dari Bandung dan Jakarta.
Wandi optimistis, sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, dan destinasi wisata, mulai menggeliat seiring pelonggaran PSBB awal Juni lalu. Pihaknya memastikan sektor pariwisata menjaga ketat protokol kesehatan, seperti pembatasan jumlah pengunjung dan penyediaan sarana cuci tangan.
Di Goa Sunyaragi, misalnya, setiap pengunjung wajib mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Kapasitas pengunjung pun dibatasi hanya 50 persen. Jika amfiteater bisa menampung 1.200 orang, yang bisa masuk hanya 600 orang.
Setiap pengelola destinasi wisata, hotel, dan restoran juga diminta membuat surat pernyataan terkait komitmen menerapkan protokol kesehatan. Jika melanggar, Pemkot Cirebon akan memberikan sanksi teguran dan penutupan sementara selama 14 hari apabila menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.
”Sanksi terberatnya hingga pencabutan izin. Protokol kesehatan itu wajib dilaksanakan. Kami juga akan mengefektifkan wisatawan lokal dan domestik. Kami realistis, tidak akan mencapai target 2 juta wisatawan. Bahkan, wisatawan mancanegara bisa nol,” tuturnya.
Tahun lalu, kunjungan wisatawan ke Cirebon sebesar 1,8 juta wisatawan. Adapun tahun 2018, jumlah wisatawan domestik 1.070.754 orang dan wisatawan mancanegara 9.790 orang
Imam Reza Hakiki, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Cirebon, mengapresiasi langkah Pemkot Cirebon untuk menggeliatkan lagi sektor pariwisata. Apalagi, sekitar 350 karyawan hotel terpaksa dirumahkan hingga menjadi korban pemutusan hubungan kerja akibat pandemi Covid-19.
Hakiki beraharap, acara resepsi pernikahan hingga MICE (meeting, incentives, conferences, dan exhibitions) diizinkan kembali. ”Kami tetap ikut anjuran pemerintah. Ini demi keselamatan pengunjung,” ucapnya.
Kasus bertambah
Akan tetapi, seiring pelonggaran PSBB, kasus positif Covid-19 di Kota Cirebon bertambah empat orang dalam sepuluh hari terakhir. Tiga orang dari kluster Sunyaragi dan seorang lainnya di wilayah Pamitran. Hingga kini, tercatat 14 kasus positif Covid-19 di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut. Dua orang di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto mengatakan, meskipun PSBB tidak berlaku lagi, pihaknya tetap mengawasi penyebaran kasus Covid-19 dalam skala RT/RW. Jika ditemukan kasus di daerah tersebut, pihaknya segera melakukan tes dan pelacakan kontak.
Hingga kini, pihaknya telah melakukan tes usap tenggorokan atau swab kepada 898 orang. Adapun target tes usap menyasar 5.000 orang atau sekitar 1,48 persen dari jumlah penduduk di Cirebon yang berkisar 340.000 orang.
Pihaknya juga menyiapkan ruangan isolasi di tiga rumah sakit yang mampu menampung 54 pasien jika terjadi lonjakan kasus. Saat ini, tiga pasien positif Covid-19 dirawat di ruangan isolasi.
Ketua Panitia Khusus Covid-19 DPRD Kota Cirebon Tresnawaty menilai, peningkatan kasus positif menunjukkan penyebaran virus korona baru masih terjadi. Namun, menurut dia, PSBB tidak lagi bisa diterapkan karena perekonomian akan terpuruk.
”Petugas juga tidak mungkin selalu mengawasi warga supaya bermasker. Masyarakat yang harus disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ucapnya.
Petugas juga tidak mungkin mengawasi warga supaya bermasker. Masyarakat yang harus disiplin menerapkan protokol kesehatan.