70 Tenaga Kesehatan di Sidoarjo Terkonfirmasi Positif Covid-19
Sebanyak 70 tenaga kesehatan di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terkonfirmasi positif Covid-19. Penyebabnya tidak hanya karena minimnya alat perlindungan diri, tetapi juga terkait cara penggunaan dan perilaku nakes.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 70 tenaga kesehatan di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terkonfirmasi positif Covid-19. Penyebabnya tidak hanya karena minimnya alat perlindungan diri, tetapi juga terkait tata cara penggunaan serta kebiasaan atau perilaku tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Faktor lain yang menyebabkan banyak tenaga kesehatan terkonfirmasi positif Covid-19 adalah kurangnya fasilitas penunjang, seperti ruang ganti yang memadai, yang juga diperlukan untuk mencegah sebaran virus korona galur baru penyebab Covid-19.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan yang masuk dalam pantauan sejak Maret lalu hampir 300 orang. Kondisi mereka sangat beragam, ada berstatus PDP (pasien dalam pengawasan), ODP (orang dalam pemantauan), juga orang tanpa gejala (OTG), tetapi uji cepat menunjukkan gejala reaktif. Dari seluruhnya yang masuk dalam pantauan, 70 di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
Strateginya, ruang isolasi di IGD difokuskan untuk pasien terkonfirmasi Covid-19. Harapannya, dalam dua pekan ke depan, jumlah kasus Covid-19 mulai landai.
Menurut Syaf, saat ini, jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan yang masih dirawat sekitar 28 orang, tetapi ada juga di antaranya menjalani isolasi mandiri, bahkan ada yang sudah sembuh. Selain ada yang menjalani perawatan di RSUD Sidoarjo, 4 tenaga kesehatan dirawat di RS Siti Khadijah, 5 dirawat di RS Mitra Keluarga Waru, dan 1 orang menjalani isolasi mandiri. Ada juga tenaga kesehatan yang dirawat RS Bhayangkara dan RS Siti Hajar.
Berdasarkan hasil pelacakan kontak erat dengan pasien positif Covid-19, diduga kuat para tenaga medis dan tenaga kesehatan ini tertular dari orang tanpa gejala (OTG). Dugaan itu dikuatkan oleh hasil analisis kasus yang menyatakan 69 persen kemunculan konfirmasi positif di Sidoarjo berasal dari OTG, bukan dari PDP maupun ODP.
Untuk melindungi tenaga medis dan tenaga kesehatan secara maksimal dari paparan Covid-19, menurut Syaf, tidak cukup hanya dengan memenuhi kebutuhan APD. Oleh karena itulah, Dinkes Sidoarjo akan melakukan audit secara menyeluruh, mulai dari bahan APD yang digunakan oleh tenaga kesehatan, tata cara penggunaannya, serta kebiasaan mereka. Contohnya, kebiasaan makan bersama saat istirahat.
Selain itu, untuk mendeteksi dini sebaran Covid-19 di kalangan tenaga medis dan tenaga kesehatan, pihaknya sudah melakukan uji usap secara bergiliran. Sasaran uji usap ini adalah seluruh dokter dan tenaga kesehatan, baik yang bekerja di RS rujukan maupun puskesmas. Manajemen rumah sakit juga diminta memperbaiki alur penerimaan pasien dengan melakukan penapisan sejak awal.
Tes cepat massal
Mengingat banyaknya kemunculan kasus terkonfirmasi positif yang berasal dari OTG, Dinkes Sidoarjo juga mengintensifkan pengetesan massal melalui uji cepat. Mulai pekan depan, kapasitas uji cepat massal untuk umum di Gelora Delta Sidoarjo dinaikkan dari 300 per hari menjadi 400 per hari.
Pada saat bersamaan, sebanyak 18 puskesmas di Sidoarjo juga mengadakan pengetesan cepat Covid-19 di wilayah masing-masing. Gugus Tugas Covid-19 Sidoarjo menargetkan menguji cepat 50.000 orang dalam beberapa pekan ke depan. Saat ini, mereka sudah menguji cepat 46.000 orang dari target 90.000 orang.
Pengetesan Covid-19 secara massal dan masif ini untuk mempercepat pendataan sebaran penyakit secara akurat. Dengan mengetahui data sebaran secara riil, penanganan bisa dilakukan dengan tepat sehingga laju sebaran dapat dikendalikan dengan baik.
Sementara itu, Wakil Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Covid-19 Sidoarjo Ainur Rohman menambahkan, dalam kerangka memberikan apresiasi terhadap dedikasi para tenaga medis dan tenaga kesehatan, saat ini tengah dirancang kebijakan pemberian insentif. Agar tidak tumpang tindih, insentif yang akan didanai APBD Sidoarjo ini khusus untuk tenaga kesehatan yang belum mendapat insentif dari Kementerian Kesehatan.
Insentif petugas uji usap
Contohnya insentif untuk petugas uji usap. Nilai insentif per petugas akan dibahas lebih lanjut. Hal itu akan dikompilasikan dengan data nakes yang menangani Covid-19 di Sidoarjo dan kemampuan anggaran daerah. Semakin banyaknya kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sidoarjo membuat fasilitas pelayanan kesehatan kewalahan.
Kondisi RS rujukan selalu penuh, bahkan pasien Covid-19 harus antre untuk mendapatkan ruang perawatan intensif. Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, saat ini seluruh kapasitas ruang perawatan Covid-19 di tempatnya penuh. Total ada 161 pasien yang dirawat.
Itu belum termasuk pasien Covid-19 yang mengantre untuk dirawat. Mereka ditempatkan di ruang isolasi khusus yang berada di Instalasi Gawat Darurat (UGD). Jumlahnya saat ini sekitar 26 pasien dan terus bertambah setiap hari. Pihaknya tidak bisa mencegah pengiriman pasien terkonfirmasi positif.
”Strateginya, ruang isolasi di IGD difokuskan untuk pasien terkonfirmasi Covid-19. Harapannya, dalam dua pekan ke depan, jumlah kasus Covid-19 mulai landai,” kata Atok Irawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, RSUD Sidoarjo menutup sementara layanan kesehatan di poliklinik eksekutif dan mengalihkan tenaga medis beserta tenaga kesehatannya ke IGD karena pasien Covid-19 membeludak. Selain itu, banyak dokter dan tenaga kesehatan yang butuh istirahat dan terpapar Covid-19 karena terus-menerus menangani pasien sejak awal pandemi.
Sidoarjo merupakan daerah dengan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbesar kedua di Jatim. Jumlah kasusnya 1.373 orang, sebanyak 222 orang di antaranya sembuh dan 109 lainnya meninggal. Angka konfirmasi positif ini terus meningkat karena dilakukan pengetesan Covid-19 secara massal.
Provinsi Jatim hari ini menjadi provinsi dengan kasus positif Covid-19 terbesar di Indonesia. Angka kejadiannya tembus 10.901 kasus. Bahkan, hari ini ada penambahan 356 kasus baru. Hingga saat ini, jumlah orang yang meninggal karena virus korona galur baru di provinsi paling timur Pulau Jawa ini telah mencapai 798 orang.