Kesulitan Biayai Tes Cepat, Pelni Ambon Tak Operasikan Kapal
PT Pelni Cabang Ambon tidak mengoperasikan semua kapal perintisnya selama hampir tiga minggu. Pihak Pelni mengaku kesulitan keuangan untuk membiayai tes cepat Covid-19 wajib bagi semua awak kapal pada setiap pelayaran.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS — PT Pelni Cabang Ambon tidak mengoperasikan semua kapal perintisnya selama hampir tiga minggu terakhir. Pihak Pelni mengaku kesulitan keuangan untuk membiayai tes cepat Covid-19 yang diwajibkan bagi semua awak kapal pada setiap pelayaran. Terhentinya pelayaran itu menghambat aliran logistik ke daerah-daerah kepulauan di Maluku sehingga diperlukan solusi secepatnya.
Menurut pantauan Kompas, kapal-kapal itu berlabuh di Teluk Ambon hingga Kamis (25/6/2020). Kapal dimaksud adalah Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara 106, KM Sabuk Nusantara 87, KM Sabuk Nusantara 71, KM Sabuk Nusantara 107, dan KM Sabuk Nusantara 103. Kapal itu menyinggahi puluhan pulau terpencil di Maluku untuk membawa logistik ke pulau-pulau dan mengangkut komoditas rakyat ke kota.
Kepala PT Pelni Cabang Ambon Samto mengatakan, pada setiap kapal, terdapat rata-rata 22 awak. Bagi kapal yang beroperasi untuk satu trip dengan waktu pelayaran 14 hari, semua awak wajib menjalani tes cepat Covid-19 secara mandiri. Satu kali tes cepat membutuhkan biaya hingga Rp 600.000 per orang. ”Makanya, butuh biaya yang cukup besar untuk tes ini,” ujarnya.
Artinya, anggaran tes Covid-19 untuk satu kapal sebanyak Rp 13,2 juta. Total untuk semua kapal Rp 66 juta setiap sekali waktu pelayaran. Dalam satu bulan, pihak Pelni harus menyiapkan Rp 132 juta. Menurut Samto, pihaknya tidak memiliki anggaran sebanyak itu untuk membiayai tes cepat bagi semua awak kapal. Oleh karena itu, kini dicari jalan keluar untuk mendapatkan kemudahan.
Samto mengatakan, telah menyampaikan kondisi tersebut ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku. Tujuannya agar awak kapal dibantu mendapatkan tes gratis. Ia juga telah melaporkan kondisi tersebut ke pimpinan di Jakarta agar ditindaklanjuti. Ia berharap ada pos anggaran untuk tes cepat.
Selama masa pandemi ini, kapal-kapal itu mengangkut logistik ke sejumlah pulau dua kali dalam satu bulan. Untuk mencegah penularan Covid-19, kapal tidak diperbolehkan mengangkut penumpang. Singgah di pelabuhan, awak kapal pun dilarang keluar dari area pelabuhan. Bahkan, di beberapa pulau, awak kapal diminta tidak turun dari kapal. Proses bongkar-muat langsung diambil alih oleh buruh pelabuhan.
Pengiriman barang itu merupakan permintaan masyarakat. Pemerintah daerah lalu mengirim surat ke PT Pelni dan Kementerian Perhubungan di Jakarta. Pengiriman pertama kali dilakukan pada awal Mei dengan total hampir 1.000 ton. Selain memperlancar logistik, petani dan nelayan di pulau-pulau juga mengirim ikan dan pala serta cengkeh untuk dijual di Ambon.
Juru bicara Gugus Tugas Pecepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Melky Lohi mengatakan, tes cepat merupakan prosedur yang wajib diikuti. Setiap orang yang tiba di pulau-pulau terpencil dipastikan harus bebas dari virus korona. Ini untuk mencegah terjadinya penularan di sana. Jika sampai terjadi, masyarakat akan kerepotan lantaran di daerah itu minim fasilitas kesehatan dan tenaga medis.
Andre Ritiau (31), warga Pulau Seram, menuturkan, saat ini, banyak petani tidak bisa memanen cengkeh di Pulau Serua, Teon, dan Nila lantaran tidak ada kapal yang membawa mereka ke sana. ”Kalau tidak dipanen, cengkeh akan rusak dan kami kehilangan pendapatan. Pandemi ini sudah buat kami susah, makanya jangan ditambah susah lagi. Musim panen ini menjadi harapan kami,” katanya.
Setiap musim panen cengkeh, ribuan orang berangkat ke tiga pulau itu. Tiga pulau itu kini menjadi lokasi kebun warga yang bermukim di Pulau Seram. Sebelumnya, tiga pulau itu dihuni penduduk, tetapi dipindahkan ke Pulau Seram pada tahun 1978 lantaran khawatir terjadi letusan gunung berapi.
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Maluku Anos Yeremias menyebutkan, sejumlah pulau saat ini kesulitan logistik, seperti Damer, Romang, Wetar, Teon, Nila, dan Serua. Pulau itu benar-benar terisolasi. ”Kami sudah sampaikan ke dinas perhubungan agar tes cepat untuk awak kapal Pelni dibantu. Masyarakat sudah telepon minta kapal segera masuk ke sana,” katanya.
Di tengah tidak beroperasinya kapal perintis itu, sejumlah pulau di sisi selatan Maluku terbantu lewat pengiriman logistik oleh kapal tol laut. Pulau yang disinggahi adalah Kisar, Moa, Babar, Yamdena, dan Larat. Dari pulau itu, logistik lalu dialirkan ke pulau-pulau terdekat. Selama masa pandemi ini, sudah dua kali kapal tol laut menurunkan barang di daerah itu.