Di Jabar, Perguruan Tinggi Kembangkan Alat Pemeriksaan Covid-19
Keterlibatan perguruan tinggi memerangi penyebaran Covid-19 di Jawa Barat dilakukan kian gencar. Lewat inovasi pengembangan alat pemeriksaan kesehatan, diharapkan pemetaan Covid-19 bisa dilakukan cepat dan akurat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keterlibatan perguruan tinggi memerangi penyebaran Covid-19 di Jawa Barat dilakukan kian gencar. Lewat inovasi pengembangan alat pemeriksaan kesehatan, diharapkan pemetaan Covid-19 bisa dilakukan cepat dan akurat.
Salah satunya pengembangan alat pengetesan Covid-19 oleh Universitas Padjadjaran (Unpad). Koordinator peneliti tes cepat (rapid test) Covid-19 Unpad, Muhammad Yusuf, di Bandung, Kamis (25/6/2020), menuturkan, pihaknya mengembangkan deteksi tes cepat Covid-19 yang dinamakan Deteksi CePAD. Alat ini memiliki mekanisme berbeda dibandingkan tes cepat pada umumnya.
”Perbedaannya adalah molekul yang dideteksi. Alat rapid test digunakan mendeteksi antibodi. Sementara CePAD dengan antigen. Jadi, kami dapat mendeteksi virus lebih cepat karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus,” ujarnya.
Yusuf menjelaskan, dengan teknologi ini, deteksi dini semakin akurat dan proses relatif cepat. Inovasi pemeriksaan ini diharapkan bisa melengkapi metode pemeriksaan sampel, baik menggunakan antibodi maupun antigen, sehingga penanganan Covid-19 dapat dilakukan secara optimal.
Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad Bachti Alisjahbana menambahkan, hadirnya inovasi ini mempercepat diagnosis penanganan Covid-19. Penggunaan Deteksi CepAD ini tetap disosialisasikan sehingga bisa digunakan masyarakat dengan tepat.
”Pengambilan sampel nasofaring tidak bisa dilakukan sembarangan. Sekarang, kami tengah menggodok sosialisasinya sehingga alat-alat yang ada bisa sampai ke masyarakat,” ujarnya.
Inovasi teknologi pemeriksaan Covid-19 tidak hanya dari pemeriksaan, tetapi juga alat pendukung, yakni viral transport medium (VTM). Dosen Fakultas Kedokteran Unpad, Hesti Lina, menuturkan, alat ini digunakan sebagai media penyimpanan dan transportasi sampel virus di suhu ruang. Alat ini direncanakan diproduksi sebanyak 3.000 unit dan disebar ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jabar.
Hesti memaparkan, penyimpanan sampel dengan VTM yang biasa digunakan memerlukan kotak es untuk menjaga suhu 2-8 derajat celsius. Namun, dengan teknologi yang dikembangkan ini, sampel yang dibawa tidak memerlukan kotak es sehingga transportasi sampel bisa dilakukan dengan lebih simpel.
Inovasi pemeriksaan ini diharapkan bisa melengkapi metode pemeriksaan sampel, baik menggunakan antibodi maupun antigen, sehingga penanganan Covid-19 dapat dilakukan secara optimal.
”Ketergantungan akan impor membuat kami berupaya mengembangkan VTM lokal dengan nama VitPAD-iceless Transport System. Dengan kualitas yang baik dan tahan di suhu kamar, transportasi dari fasilitas kesehatan di pelosok ke laboratorium pemeriksa Covid-19 bisa lebih mudah,” ujarnya.
Tidak hanya dari satu universitas, kolaborasi dengan universitas lainnya juga dilakukan untuk berinovasi dalam pengembangan teknologi pemeriksaan Covid-19. Hesti memaparkan, Unpad juga bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kerja sama ini, tutur Hesti, dilakukan untuk menciptakan ekstraksi Asam Ribonukleat (RNA) yang diperlukan dalam pengujian sampel rantai reaksi polimerase Covid-19. Teknologi yang diberi nama Ganesha RNA Extraction Kit Unpad (GanexPAD) ini menjadi alat ekstraksi lokal yang akan divalidasi dalam waktu dekat.
”Kami berharap kerja sama dengan industri bisa dibuka sehingga produk lokal ini bisa digunakan. Penggunaan produk lokal ini membuat kita bisa menjadi lebih mandiri menangani Covid-19,” ujarnya.