Di Maluku, Rata-rata 19 Kasus Bertambah Setiap Hari
Sepanjang Juni ini, kasus Covid-19 di Provinsi Maluku meningkat tajam. Rata-rata setiap hari bertambah 19 kasus.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sepanjang Juni ini, kasus Covid-19 di Provinsi Maluku meningkat tajam dengan rata-rata setiap hari terjadi peningkatan 19 kasus. Kota Ambon, sebagai daerah dengan titik penularan tertinggi, telah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Namun, pembatasan ini tidak menjamin grafik kasus akan melandai selama masih ada warga yang belum mematuhi protokol kesehatan.
Hingga Rabu (24/6/2020), jumlah kasus Covid-19 di Maluku sebanyak 671. Angka ini meningkat tajam dari 31 Mei sebanyak 223. Adapun kasus Covid-19 di Maluku pertama kali diumumkan pada 22 Maret 2020. Kasus kini ditemukan di enam dari 11 kabupaten/kota di Maluku. Kasus tertinggi di Ambon, yakni 467, sehingga dilakukan PSBB sejak 22 Juni hingga 5 Juli.
Menurut pantauan Kompas, pembatasan kegiatan usaha, terutama di pusat kota, berjalan dengan baik. Ambon Plaza dan semua toko yang tidak menjual bahan pangan tidak dibuka. Sementara rumah makan dan rumah kopi tetap dibuka, tetapi hanya bisa menerima pesanan. Pelanggan tidak diizinkan menikmati makanan dan minuman di tempat.
Pasar Mardika-Batu Merah, pasar tradisional terbesar di Ambon, tetap beroperasi dengan batas waktu yang ditentukan, yakni hingga pukul 18.00. Namun, menurut pantauan pada Rabu petang, masih banyak pedagang yang tetap nekat berjualan setelah batas waktu itu. Di pasar itu masih ada pedagang yang tidak mengenakan masker dan tidak jaga jarak.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menilai, kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker semakin baik. Hampir semua warga yang beraktivitas di tempat umum sudah mengenakan masker. Warga yang tidak mengenakan masker didenda Rp 50.000. Hingga kini belum ada yang kena sanksi itu. ”Mungkin hanya 0,9 persen yang belum sadar betul. Akan terus kami ingatkan,” ujarnya.
Menurut Richard, tantangan terberat adalah menjaga jarak. Warga punya kecenderungan tidak menjaga jarak aman minimal 1,5 meter. Warga masih suka berkumpul sambil bercerita dan tertawa lepas. Obrolan itu mulai dari hal remeh temeh hingga serius. Masyarakat Maluku menyebutnya ”duduk bacarita kewel”. Ini biasa terjadi di rumah kopi yang menjamur di Ambon. ”Makanya, rumah kopi hanya bisa terima pesanan,” katanya.
Gubernur Maluku Murad Ismail bersama forum komunikasi pimpinan daerah mengunjungi sejumlah titik pemeriksaan di perbatasan antara Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah pada Rabu siang. Di perbatasan itu dilakukan pemeriksaan bagi orang yang keluar dan masuk Ambon. Pelaku harus menunjukkan identitas diri dan surat keterangan sehat.
Pada Rabu, sebanyak 29 warga Kabupaten Maluku Tengah ditolak masuk Ambon lantaran dokumen perjalanan tidak lengkap. Ada pula di antara mereka yang suhu tubuhnya di atas 38 derajat celsius sehingga disarankan memeriksakan kesehatan ke rumah sakit. Setiap hari lebih kurang 5.000 orang melewati perbatasan tersebut.
Dalam keterangan pers yang disiarkan melalui laman Facebook, Kepala Humas Pemkot Ambon Murad menyampaikan apresiasi atas kedisiplinan warga yang semakin membaik. Ia berharap, warga tidak bosan menerapkan protokol kesehatan. ”Kalau kesadaran masyarakat seperti ini, saya yakin dua minggu ke depan tidak ada lagi perpanjangan PSBB,” kata Murad, didampingi Richard.
Kondisi desa
Sementara itu, sejumlah desa di Maluku tetap menjalankan aktivitas seperti biasa lantaran tergolong zona hijau. Warga tetap pergi ke kebun dan juga melaut. ”Masalahnya sekarang hasil kebun dan laut tidak bisa dijual ke kota karena Ambon sedang PSBB. Kami ambil secukupnya untuk makan sehari-hari,” kata Sofyan (34), warga Desa Tial, Kabupaten Maluku Tengah.
Dance Latumutuani (38), warga Desa Piliana di Pulau Seram, menuturkan, kendati tidak ada kasus Covid-19 di desa itu, tidak ada kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Para guru beralasan belum ada edaran dari pemerintah kabupaten. Akibatnya, banyak anak di desa itu sehari-hari membantu orangtua bekerja di kebun. Desa itu berada di bawah kali Gunung Binaiya.
Sebagian besar pulau di Maluku saat ini masih tertutup untuk transportasi antardaerah. Kapal perintis tidak beroperasi, pesawat juga dilarang masuk. Hal itu terjadi di wilayah yang masuk zona hijau, yakni Kabupaten Buru Selatan, Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara, dan Kota Tual.