Jelang Puncak Kemarau, Penyaluran Air Masih Jadi Andalan di Pantura Jateng
Puncak musim kemarau di sejumlah daerah di pesisir pantai utara barat Jateng diprediksi akan terjadi pada Juli-September. Namun, sejumlah daerah masih mengandalkan penyaluran bantuan air sebagai solusi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kota Tegal memperkirakan, sejumlah daerah di pesisir utara bagian barat Jawa Tengah akan memasuki puncak musim kemarau mulai Juli hingga September. Namun, di sisi lain, sejumlah daerah masih bergantung pada penyaluran bantuan air bersih sebagai solusi mengatasi kekeringan.
Sejak awal Mei, sejumlah daerah pesisir pantura barat, seperti Kota Tegal, Pekalongan, Tegal, Pemalang, dan Brebes, mulai memasuki musim kemarau. Kemarau diperkirakan berlangsung selama 16-19 dasarian atau 5-6 bulan.
”Di pesisir pantura barat Jateng, kemarau akan mencapai puncaknya pada Juli-September. Bencana yang perlu diwaspadai pada musim kemarau adalah kekeringan dan kebakaran hutan,” kata Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tegal Hendy Andriyanto, Rabu (24/6/2020).
Pada musim kemarau tahun lalu, sejumlah daerah, seperti Brebes, Tegal, dan Pemalang, mengalami bencana kekeringan. Di Brebes, misalnya, kekeringan melanda 69 desa di 14 kecamatan. Dalam bencana tersebut, sedikitnya 217.157 orang terdampak.
Untuk menanggulangi bencana tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes memberikan bantuan berupa 3,1 juta liter air. Bantuan tersebut didistribusikan sebanyak 761 kali menggunakan truk tangki.
”Tahun lalu, kami juga menempatkan tempat penampungan air berkapasitas 3.000 liter di sejumlah daerah rawan kekeringan, seperti Kecamatan Banjarharjo, Ketanggungan, dan Larangan. Jadi, warga bisa mengambil air setiap saat, tidak harus menunggu distribusi baru bisa ambil air,” ujar Kepala BPBD Brebes Nushy Mansur.
Nushy mengatakan, pada kemarau tahun ini, pihaknya masih akan memaksimalkan penyaluran bantuan air bersih untuk mengatasi kekeringan. BPBD Brebes menyiapkan dana sekitar Rp 3 miliar untuk menanggulangi sejumlah bencana, termasuk kekeringan.
Nushy berharap, bencana kekeringan tahun ini tidak separah tahun lalu. Namun, warga di sejumlah daerah, seperti Kecamatan Brebes, Banjarharjo, Ketanggungan, Kersana, Losari, Tanjung, Jatibarang, dan Songgom, diminta mewaspadai kekeringan.
Penyaluran bantuan air bersih juga masih menjadi solusi bagi Kabupaten Pemalang yang tahun lalu dilanda kekeringan. BPBD Pemalang menyiapkan anggaran sebesar Rp 2,5 miliar untuk kegiatan penanggulangan bencana hingga akhir tahun. Sebagian dana akan digunakan untuk penyaluran air bersih.
”Kami siap untuk menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah daerah rawan kekeringan, seperti Kecamatan Pulosari, Watukumpul, dan Bantarbolang. Armada pengangkutnya sudah siap. Dana yang diperlukan juga sudah ada,” ujar Kepala BPBD Pemalang Wahadi.
Selain kekeringan, BPBD Pemalang juga mewaspadai ancaman kebakaran hutan, terutama di daerah lereng Gunung Slamet. Pada 2018, kebakaran sempat melanda 2,3 hektar hutan di lereng Gunung Slamet yang masuk wilayah Pemalang.
Untuk mencegah kebakaran hutan, sosialisasi terkait bahya kebakaran hutan terus dilakukan kepada warga yang tinggal di lereng gunung. Sejumlah mobil pemadam kebakaran juga disiagakan tak jauh dari lereng gunung untuk memudahkan pemadaman jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.