Uji Usap Massal Pelaku Perjalanan untuk Deteksi Kasus Tersembunyi di Bantul
Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar uji usap massal bagi pelaku perjalanan dari wilayah transmisi lokal. Langkah itu merupakan upaya pemetaan persebaran penularan yang masih tersembunyi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar uji usap massal bagi pelaku perjalanan dari wilayah transmisi lokal. Langkah itu merupakan upaya pemetaan persebaran penularan yang masih tersembunyi. Tes cepat massal juga dilakukan bagi ribuan pedagang pasar di daerah tersebut.
”Kami ingin mengetahui kondisi masyarakat di Kabupaten Bantul. Dengan uji swab massal, bisa diketahui bagaimana potensi penularan di tengah masyarakat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharja di sela-sela pelaksanaan uji usap massal di Kantor Dinas Kesehatan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (23/6/2020).
Pada periode pertama, sekitar 200 pelaku perjalanan yang menjalani uji usap massal. Uji usap juga akan dilakukan secara acak melalui metode sampling kepada 100 tenaga kesehatan yang punya potensi tinggi tertular Covid-19 dalam tugasnya di fasilitas kesehatan setempat.
Menurut Agus, pelaku perjalanan menjadi sasaran uji usap massal pertama berdasarkan pada kondisi penularan di daerah tersebut. Kelompok pelaku perjalanan masih termasuk salah satu penyumbang kasus positif. Bahkan, mereka tergolong dalam kriteria orang tanpa gejala.
Misalnya, pasien yang teregristasi sebagai kasus 278 (laki-laki, 56 tahun, warga Bantul) oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DIY. Pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan dari Jakarta. Ia baru diketahui tertular setelah mengurus surat keterangan sehat sebagai syarat pembelian tiket untuk kembali lagi ke Jakarta.
Selanjutnya, Agus mengatakan, uji usap massal akan terus dilakukan secara bertahap. Ia menargetkan uji usap massal bisa menjangkau 5.000 penduduk. Sasaran peserta uji usap tergantung dari uji analisis rangkaian tes massal. Tak terkecuali tes cepat massal yang juga dilakukan secara bersamaan terhadap kelompok masyarakat lain.
”Tentu prioritas (sasaran tes massal) ada pertimbangan-pertimbangannya. Hasil analisis kami yang akan menentukan sasaran tes massal,” kata Agus.
Uji usap massal ditargetkan bisa menjangkau 5.000 penduduk. Sasaran peserta uji usap bergantung dari uji analisis rangkaian tes massal.
Agus menuturkan, jumlah tenaga kesehatan yang memiliki keahlian untuk mengambil sampel uji usap juga terus ditambah. Saat ini terdapat 12 tenaga kesehatan yang memiliki keahlian itu.
Pihaknya mengelola agar tenaga kesehatan dengan keahlian khusus itu bisa memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan lain di kabupaten tersebut. Tidak hanya ke rumah sakit, tetapi juga seluruh fasilitas layanan kesehatan.
”Jika sumber daya sudah ahli semua, target yang ingin kami inginkan bisa lebih memungkinkan dicapai. Kami terus berproses sambil melatih tenaga kesehatan yang lain,” kata Agus.
Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta Irene menyatakan kesiapannya menguji sampel yang masuk dari rangkaian uji usap massal. Ia berupaya menyelesaikan analisis sampel dalam waktu cepat. Dalam satu hari, pihaknya pernah menguji hingga 400 sampel. Namun, sampel yang diuji tidak hanya berasal dari DIY, tetapi juga dari Jawa Tengah.
”Kalau sampel (yang masuk) melebihi kapasitas, terpaksa teman-teman akan lembur. Tetapi, kami akan selesaikan cepat. Kami sudah berkoordinasi dan ini artinya kami siap,” kata Irene.
Irene menambahkan, jumlah reagen yang tersedia juga mencukupi untuk menguji sampel dari uji usap massal. Saat ini tersedia 13.000 unit reagen.
Pemerintah Kabupaten Bantul tidak hanya mengupayakan uji usap massal. Tes cepat massal juga didorong guna mengetahui kondisi penularan di wilayah tersebut. Menurut rencana, tes cepat massal menyasar semua pedagang pasar. Jumlah sasarannya sekitar 8.000 orang.
”Saat ini tersedia hingga 2.000 alat rapid test. Tentu untuk memenuhi kebutuhan tes massal kami akan melakukan pengadaan secara berkala,” kata Agus.
Terkait hal itu, Sekretaris Daerah Bantul Helmi Jamharis menuturkan, pihaknya akan mengucurkan dana sebesar Rp 5 miliar untuk kebutuhan serangkaian tes massal tersebut. Adapun total anggaran yang sudah dikeluarkan di bidang kesehatan sejak Maret lalu telah mencapai Rp 40 miliar.