Penularan Covid-19 di Sumatera Utara kini tak hanya terpusat di Medan, tetapi kian meluas ke daerah lainnya. Selama Juni, kasus positif bertambah dari 417 menjadi 1.232. Daerah tertular naik dari 18 menjadi 26 daerah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Penularan Covid-19 di Sumatera Utara kini tidak hanya terpusat di Kota Medan. Peningkatan kasus baru di kabupaten/kota lainnya semakin tinggi. Daerah yang tertular terus bertambah dan kluster besar pun muncul di daerah. Bahkan, kasus positif di Sumut kini mencapai 1.232 kasus, meningkat 117 kasus dalam sehari.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Selasa (23/6/2020), menunjukkan, kasus positif di Sumut kini sudah menyebar ke 26 kabupaten/kota. Sejak 1 Juni, ada 8 kabupaten/kota di Sumut yang mencatat kasus pertama Covid-19. Selama Juni, jumlah kasus positif juga meningkat signifikan dari 417 kasus menjadi 1.232 kasus.
”Data menunjukkan penularan Covid-19 masih terus terjadi di Sumut. Kami meminta peran serta masyarakat untuk menerapkan protokol Covid-19. Kalau kami lihat, saat ini di mana-mana ramai seperti tidak ada pandemi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan.
Alwi mengatakan, puncak Covid-19 di Sumut diperkirakan terjadi pada Juni ini. Untuk memutus rantai penularan, mereka melakukan penapisan terhadap semua kasus positif. Penapisan massal pun dilakukan di beberapa tempat yang rawan menjadi sumber penularan. Penemuan kasus yang lebih cepat diharapkan bisa memutus rantai penularan.
Delapan daerah baru yang menemukan kasus positif Covid-19 pada Juni ini yakni Batubara, Humbang Hasundutan, Labuhanbatu Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Gunungsitoli, dan Samosir. Kabupaten Samosir mencatat kasus pertama Selasa ini.
Simalungun juga menemukan kluster besar di Desa Tanjung Hataran. Adapun di Kabupaten Karo, penambahan kasus baru melonjak dalam sepekan terakhir.
Juru Bicara GTPP Covid-19 Simalungun Akmal Siregar mengatakan, mereka telah menemukan 33 kasus positif di kluster Tanjung Hataran. ”Desa itu pun hingga kini masih dikarantina. Kami memasok makanan warga dari dapur umum,” katanya.
Masyarakat Tanjung Hataran diizinkan untuk bertani, beternak, atau aktivitas lainnya, tetapi tidak saling kontak antarwarga dan tidak keluar dari desa.
Akmal mengatakan, masyarakat Tanjung Hataran diizinkan untuk bertani, beternak, atau aktivitas lainnya, tetapi tidak saling kontak antarwarga dan tidak keluar dari desa. Sebagian besar warga desa itu merupakan petani kebun. Pemerintah pun akan memasok makanan mereka selama dikarantina 14 hari.
Menurut Akmal, mereka masih terus melakukan penelusuran kontak di desa itu. Mereka menargetkan bisa melakukan tes cepat massal kepada semua warga di desa berpenduduk sekitar 350 keluarga itu. Semua warga yang reaktif terhadap tes cepat akan mengikuti uji reaksi berantai polimerase (PCR).
Daerah lainnya yang mencatat peningkatan kasus cukup signifikan adalah Kabupaten Karo. Dalam sepekan terakhir, daerah itu mencatat peningkatan 11 kasus dari sebelumnya hanya 8 kasus positif. ”Kasus baru ini berasal dari penularan lokal karena mereka tidak ada riwayat perjalanan ke luar daerah,” kata Pelaksana Harian Ketua GTPP Covid-19 Karo Martin Sitepu.
Martin mengatakan, penularan lokal itu terjadi di Kecamatan Kabanjahe, Simpang Empat, dan Merek. Mereka pun kini melakukan penapisan lebih masif agar bisa lebih cepat menemukan kasus positif untuk memutus rantai penularan.
Sementara itu, Kepulauan Nias pun sudah mencatat kasus positif pertama pada Juni ini. Seorang warga yang pulang dari perantauannya di Manado, Sulawesi Utara, ditemukan positif Covid-19 ketika melayat orangtuanya yang meninggal di Kota Gunungsitoli. Penerapan protokol Covid-19 pada sejumlah akses transportasi menuju Nias pun diperketat, baik dari jalur udara maupun laut.