156 Pekerja Asal China Tiba di Sultra, Massa Razia Kendaraan
Sebanyak 156 pekerja asal China tiba di Sulawesi Tenggara, Selasa (23/6/2020) malam. Para pekerja ini langsung dibawa ke perusahaan untuk diisolasi mandiri.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 156 pekerja asal China tiba di Sulawesi Tenggara, Selasa (23/6/2020) malam. Para pekerja ini langsung dibawa ke perusahaan untuk diisolasi mandiri. Sementara itu, massa yang menolak kedatangan pekerja itu berkumpul di simpang bandara, merazia kendaraan yang keluar.
Tepat pukul 20.30 Wita, sebanyak 156 tenaga kerja asing (TKA) asal China ini tiba di Bandara Haluoleo, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Mereka terlihat membawa dokumen dan langsung diarahkan petugas bandara dan keamanan ke mobil yang telah menunggu. Mereka diangkut dengan belasan kendaraan komersial menuju kawasan perusahaan di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, sekitar 3 jam perjalanan dari bandara.
Kepala Bandara Haluoleo Kendari Safruddin mengatakan, para pekerja asal China ini telah melalui protokol kesehatan sesuai aturan yang disyaratkan. Pemeriksaan dokumen kesehatan dilakukan begitu para pekerja ini tiba. ”Semuanya sudah melalui protokol dan tidak ada perlakuan khusus. Terkait jumlah, saya belum tahu pasti karena belum pegang manifes,” katanya.
Ketua DPRD Sultra Abdul Rahman Saleh mengatakan, pihaknya telah memeriksa beberapa sampel visa yang dipakai para pekerja ini. Ia ingin memastikan apakah para pekerja ini benar memakai visa pekerja, yaitu visa 312.
Meski demikian, menurut Rahman, ia masih meminta data lengkap tentang keahlian yang dimiliki para pekerja ini. Hal tersebut penting untuk mengetahui jenis keahlian yang dimiliki sesuai dengan kategori yang ada. ”Jadi, ini belum tuntas karena masih ada tahapan yang harus dilewati. Belum lagi berbagai hal yang harus ditelaah dari persoalan yang terjadi di perusahaan,” ujarnya.
156 pekerja ini adalah bagian dari total 500 pekerja asal China yang diajukan dua perusahaan, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Selama dua pekan ke depan, total 500 pekerja akan datang secara bertahap.
Akhir pekan lalu, External Affairs Manager PT VDNI dan PT OSS Indrayanto menyebutkan, 500 pekerja ini merupakan pekerja ahli untuk membangun smelter (fasilitas pengolahan nikel) di dua perusahaan. Sebanyak 200 orang akan bekerja di PT VDNI dan 300 orang di PT OSS.
Sementara itu, aksi penolakan terhadap kedatangan pekerja asing ini berlanjut hingga pukul 22.00. Massa membakar ban dan berorasi di simpang Bandara Haluoleo. Tidak hanya itu, massa juga merazia semua kendaraan yang keluar dari bandara.
Mobil van hingga truk diberhentikan dan diperiksa satu per satu. Mereka tidak berhasil menemukan para pekerja asing karena rombongan kendaraan memutar melalui jalan lain. Massa sempat marah dan melempari aparat yang berjaga. Mereka berjanji akan terus melakukan unjuk rasa hingga tuntutan mereka dipenuhi, yaitu menolak kedatangan TKA asal China tersebut.
Aksi ini dimulai sejak siang hari. Salah satu elemen yang melakukan aksi pada siang hingga sore hari adalah mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri Kendari. Benny Putra Lamangga, salah seorang koordinator aksi IAIN Kendari, menuturkan, kedatangan total 500 TKA asal China itu melukai perasaan masyarakat Sulawesi Tenggara. Sebab, situasi saat ini tengah dalam pandemi Covid-19 dan semua orang berusaha agar virus tidak semakin menyebar.
Ia menambahkan, kondisi itu ditambah lagi persoalan yang terjadi selama ini di perusahaan, mulai dari visa kerja hingga tidak adilnya perlakuan terhadap pekerja lokal. ”Kami nyatakan sekali lagi bahwa kami tidak antiinvestasi. Tapi, selesaikan dulu persoalan yang terjadi dan menunggu pandemi selesai. Ini menunjukkan pemerintah tidak berpihak kepada warganya sendiri,” ujar Benny.