Pencarian Tiga Korban Kapal Terbalik di Padang Terkendala Badai
Operasi pencarian dan penyelamatan terhadap tiga korban kapal yang terbalik di perairan Kota Padang, Sumatera Barat, terkendala badai.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Operasi pencarian dan penyelamatan terhadap tiga korban kapal yang terbalik di perairan Kota Padang, Sumatera Barat, terkendala badai. Cuaca buruk menyulitkan tim SAR gabungan bekerja secara maksimal.
Kepala Kantor SAR Padang Asnedi, Senin (22/6/2020), mengatakan, operasi SAR hari kedua dihentikan sementara sekitar pukul 18.00. Ketiga korban belum ditemukan. Cuaca buruk menjadi kendala.
”Kendalanya cuaca. Kalau sudah siang, mulai badai. Sekarang memang sedang musim badai. Hujan dan angin kencang berpengaruh. Tim pencari juga memikirkan keselamatan kru,” kata Asnedi, Senin malam.
Asnedi melanjutkan, proses pencarian dilanjutkan pada Selasa (23/6/2020) sekitar pukul 07.00. Pencarian menggunakan satu Kapal Negara SAR Yudhistira, satu perahu karet kaku atau RIB, dan satu perahu karet. Operasi pencarian direncanakan sekitar tujuh hari.
Sebelumnya diberitakan, satu kapal kayu mesin tempel terbalik dihantam badai pada Minggu (21/6/2020) sekitar pukul 18.45. Lokasi kecelakaan di antara perairan Pulau Toran dan Pulau Pisang. Kapal tersebut mengangkut sepuluh pemancing dan tiga kru kapal. Dari total 13 orang di kapal itu, sepuluh orang sudah ditemukan.
Menurut Asnedi, enam orang ditemukan pada pukul 07.55 di sekitar Pulau Sinyaru atau sekitar 10 mil laut (18,5 kilometer) dari Pelabuhan Bungus. Tiga menit kemudian tim menemukan tiga orang lagi sekitar 1 mil laut arah tenggara lokasi penemuan pertama.
Pada pukul 10.20, nelayan menemukan seorang lagi tidak jauh dari lokasi penemuan pertama dan kedua. Korban dibawa nelayan ke Pelabuhan Muaro Padang. ”Korban yang ditemukan ini terpencar menjadi dua kelompok. Ada yang sebagian bergelantungan di kapal. Ada sebagian yang menggunakan kayu-kayu ataupun jeriken untuk mengapung di laut,” tutur Asnedi.
Asnedi melanjutkan, semua korban sudah dibawa ke Puskesmas Bungus untuk pemeriksaan kesehatan. Dua orang mengalami keram perut, sedangkan delapan orang sehat, tetapi lemas karena semalaman terapung di laut. Ditambahkan Asnedi, sebanyak 17 personel dari Kantor SAR Padang, Polair Sumbar, Satrol Lanal Padang, BPBD Padang, dan perkumpulan nelayan dikerahkan dalam upaya pencarian tersebut.
Dua kapal
Menurut Romi (40), rekan korban, awalnya ada 15 pemancing (di luar kru kapal) yang berangkat ke Pulau Toran pada Minggu dengan kapal motor tempel. Ketika hendak pulang, mereka terhambat cuaca buruk.
Salah seorang pemancing, kata Romi, kemudian meminta bantuan kapal ke rekan di daratan Padang untuk menjemput mereka ke Pulau Toran. Para pemancing kemudian menumpangi dua kapal untuk pulang.
Kami tertinggal di belakang. Perkiraan kami, mereka sudah sampai duluan di darat.
Menurut Romi, kapal yang menjemput dinaiki sepuluh pemancing dan tiga kru kapal. Sementara itu, Romi berangkat dengan kapal pertama yang berisikan lima pemancing dan dua kru kapal.
Romi melanjutkan, kedua kapal itu berangkat dari Pulau Toran menuju Pelabuhan Muaro Padang sekitar pukul 18.00. Kapal penjemput berangkat lebih dulu karena punya dua mesin sehingga lebih cepat. ”Kami tertinggal di belakang. Perkiraan kami, mereka sudah sampai duluan di darat. Kami mendarat sekitar pukul 22.00 di Pelabuhan Muaro. Ternyata, kapal yang berangkat duluan belum sampai di daratan,” kata Romi.
Romi dan kawan-kawan pun kemudian melaporkan kejadian itu ke kantor SAR Padang serta ke kawan-kawan pemancing lainnya. Mereka juga melapor ke kantor Kepolisian Perairan dan Udara Polda Sumbar. Belakangan, Romi mendapat kabar kapal tersebut terbalik.
Kata Romi, selama perjalanan pulang dari Pulau Toran, kapal yang ditumpangi Romi dan kawan-kawan diterjang badai. ”Cuaca memang buruk. Kapal kami terombang-ambing diterpa gelombang. Hujan petir dan angin kencang. Berkat usaha dan keyakinan teman-teman, akhirnya sampai ke tepi,” ujarnya.
Kecelakaan kapal akibat cuaca buruk sebelumnya pernah terjadi di perairan Sumbar, pada 29 Januari 2020. Secara keseluruhan, ada enam laporan kejadian kapal tenggelam/hilang, yakni satu kejadian di Air Bangis, Pasaman; empat kejadian di Pesisir Selatan; dan satu kejadian di Bungus Teluk Kabung, Padang.
Pada kejadian 29 Januari itu, sebagian nelayan ditemukan selamat, dua nelayan meninggal, dan sebelas nelayan hilang (Kompas, 3/2/2020). Sebelas nelayan hilang itu dari dua kapal berbeda asal Kecamatan Linggo Sari Baganti. Mereka tidak ditemukan sampai sekarang. Peristiwa itu diduga akibat cuaca buruk sehingga menyebabkan kapal tenggelam.
Sepuluh nelayan yang hilang, kata Asnedi, merupakan awak kapal bagan Mitra Utama. Adapun satu nelayan lain adalah salah satu dari 14 awak kapal bagan Restu Ibu. Adapun 13 awak kapal bagan Restu Ibu yang sempat hilang ditemukan dan diselamatkan oleh kapal nelayan lain.
”Mereka hilang kontak. Tidak diketahui keberadaannya. Pencarian berlangsung hingga 12 hari dan tidak ditemukan sampai sekarang,” kata Asnedi, Senin malam.
Proses pencarian oleh tim SAR gabungan pada saat itu mengerahkan, antara lain, helikopter BNPB, Kapal Negara 213 Bengkulu, KRI Kurau (Satrol Padang), KN Tenggiri, RIB 02 Bengkulu, RIB 02 Padang, dan perahu nelayan.