Masih Bersama Sepi, Berteman Resah
Rangsangan ekonomi lewat pembukaan pusat perbelanjaan di Kota Bandung, Jawa Barat, tidak lantas langsung disambut keriuhan. Ancaman pandemi Covid-19 membuat sebagian warga masih berpikir ulang menginjakkan kaki ke sana.
Rangsangan ekonomi lewat pembukaan pusat perbelanjaan di Kota Bandung, Jawa Barat, tidak lantas langsung disambut keriuhan. Ancaman pandemi Covid-19 membuat sebagian warga masih berpikir ulang menginjakkan kaki ke sana.
Awal pekan ini seharusnya bahagia untuk Tesa (20). Dia kembali bekerja di salah satu gerai makanan di Bandung Indah Plaza (BIP) setelah tiga bulan dirumahkan. Penerapan pembatasan sosial berskala besar di Kota Bandung untuk menekan penyebaran Covid-19 membuat 23 pusat perbelanjaan harus tutup, termasuk BIP.
Akan tetapi, gairah konsumen belum kembali. Sepi, sama seperti teralis dan kain yang masih menutupi sebagian toko dan gerai. Hingga pukul 13.00, Tesa baru melayani lima pembeli. Padahal, sebelumnya dia bisa melayani hingga lima kali lipat. Pada akhir pekan, bahkan bisa lebih dari 10 kali lipat.
”Mungkin warga masih khawatir terpapar Covid-19. Saya juga sebenarnya khawatir, tetapi saya juga harus tetap bekerja,” ucap Tesa, yang menyambung hidup membuka warung kecil di rumahnya selama tak bekerja.
Untuk meminimalkan kekhawatirannya, protokol kesehatan digunakan. Dia memakai masker hingga sarung tangan. Kondisi kesehatannya dipantau petugas keamanan saat hendak masuk mal. Dia harus fit. Selain mencegah penularan, Tesa juga kini bekerja ganda sebagai penerima sekaligus memasak pesanan.
”Biasanya kami berdua. Karena ada aturan pembatasan selama pandemi, jadi yang jaga bergilir. Nanti, pukul 15.00 ada teman saya yang mengganti,” ujarnya.
Cegah Penyebaran Covid-19, Mal di Karawang Masih Ditutup
Menurun
Marketing Communication Manager BIP Aditia Fahmi mengatakan, saat dibuka kembali Senin (15/6/2020), hanya ada 5.000 pengunjung atau 10 persen dari kunjungan biasa. Mereka dihitung menggunakan sensor di tiga pintu masuk.
Selain itu, baru 60 persen gerai dan toko yang buka. Sisanya belum karena tidak memenuhi protokol kesehatan, seperti pemakaian alat pelindung untuk petugas yang berjaga. ”Kami tidak mau mengambil risiko. Semua harus memenuhi protokol kesehatan. Saat ini kami menempatkan tiga petugas keamanan pemeriksa suhu tubuh. Di pintu utama juga disediakan sensor panas,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, sejak Senin (15/6/2020), 23 mal dan pusat perbelanjaan dibuka kembali. Salah satu pendorongnya potensi anjloknya pertumbuhan ekonomi akibat pandemi.
Pemkot Bandung mencatat pertumbuhan ekonomi selama pandemi berada di angka 3,5 persen. Jika dibiarkan, pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung -0,47 persen.
”Karena itu, kami mencoba merangsang perekonomian dengan membuka pusat perbelanjaan. Namun, tampaknya sebagian warga masih memilih belanja daring karena takut tertular Covid-19,” katanya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Setia Mulyawan, mengatakan, tekanan ekonomi dirasakan semua sektor. Hal tersebut berdampak pada daya beli masyarakat. Relaksasi di bidang ekonomi bisa mengatasi tekanan tersebut.
”Berbeda dengan krisis moneter 1998, dampaknya hanya permintaan, krisis kali ini juga memengaruhi persediaan. Krisis saat ini multidimensi, tidak hanya dari ekonomi, tetapi juga kesehatan,” katanya.
Berbeda dengan krisis moneter 1998, dampaknya hanya permintaan, krisis kali ini juga memengaruhi persediaan. Krisis saat ini multidimensi, tidak hanya dari ekonomi, tetapi juga kesehatan.
Akan tetapi, Setia berharap ketegasan pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan ketat. Hanya dengan ketegasan itu, relaksasi ini bisa memberi manfaat bagi berbagai sektor perekonomian sembari menunggu pandemi usai.
Kekhawatiran ini beralasan. Berdasarkan hasil kajian Pemprov Jabar, Kota Bandung masih dalam zona kuning. Kasus baru masih muncul setiap hari. Dengan dasar itu, Bandung tetap melanjutkan PSBB proporsional periode 13 Juni-26 Juni 2020.
Hingga Rabu (17/6/2020), Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat mencatat total kasus positif penambahan kasus positif mencapai 167 pasien. Khusus Kota Bandung, penambahan kasus di periode itu 34 kasus. Data per 11 Juni 2020, angka reproduksinya terpantau 1,09 setelah sebelumnya berada di angka 0,56.
Sejauh ini, Kota Bandung mengklaim telah melaksanakan 11.332 tes cepat dan 6.270 tes usap. Hasilnya, terdeteksi 56 kasus baru. Dari jumlah itu, 18 orang tidak bergejala, 27 tenaga medis, 5 orang dari pasar, dan 6 warga dari pasien dalam pengawasan di rumah sakit. Tes 15.000-18.000 ditargetkan di Kota Bandung. Kota Bandung dihuni lebih kurang 2,4 juta penduduk.
Baca juga : Pusat Perbelanjaan di Jakarta Kembali Beroperasi
Imbangi dengan tes
Penambahan kasus itulah yang membuat Nur Khansa (26), warga Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, masih memilih belanja daring ketimbang kembali melantai di mal. Pilihan belanja konvensional dengan beragam protokol kesehatan dianggapnya merepotkan.
”Saya lebih memilih online (daring) karena angka Covid-19 di Bandung masih banyak. Belanja pakai pelindung itu ribet, eungap (sesak napas),” ujarnya.
Akan tetapi, pilihan bagi Inah (59) masih terbatas. Dia tidak akrab dengan belanja daring. Alih-alih ikut imbauan pemerintah untuk belanja daring, ia tetap pergi ke salah salah satu supermarket.
Ini kali pertama saya ke Kota Bandung setelah tiga bulan tidak ke mana-mana. Untuk jaga-jaga, saya pakai masker dan bawa hand sanitizer,” katanya sambil menunjukkan cairan pembersih tangan.
Ini kali pertama saya ke Kota Bandung setelah tiga bulan tidak ke mana-mana. Untuk jaga-jaga, saya pakai masker dan bawa hand sanitizer.
Elly menambahkan, pusat perbelanjaan harus menjamin keselamatan pengunjung. Jika ada yang lalai, bakal segera mendapatkan peringatan. Jika kemudian masih belum diperbaiki, akan ada peringatan tertulis. Jika dalam tujuh hari dari peringatan pertama belum ada perbaikan, pusat perbelanjaan yang bersangkutan akan ditutup hingga bisa diperbaiki.
Tidak hanya manajemen mal yang akan diberikan peringatan, tetapi juga toko yang menyewa tempat di sana. Elly berujar, pihaknya telah membentuk 12 tim yang akan memeriksa dan memastikan aturan pembatasan fisik ini ditaati semua pihak.
Wali Kota Bandung Oded M Danial meminta pengelola disiplin menerapkan protokol kesehatan. Semua pihak yang melanggar akan diberi sanksi. Sanksi akan diterapkan setelah peringatan yang sebelumnya tidak didengar dan diperbaiki oleh pengelola mal.
”Para pengelola harus menerapkan protokol kesehatan. Kalau ada yang melanggar dan tidak mengindahkan kesehatan, hampura (mohon maaf) saya tutup lagi,” katanya.
Inisiator Lapor Covid-19, Irma Hidayana, menuturkan, meski pemerintah telah menetapkan relaksasi dengan membuka pusat perbelanjaan, penambahan jumlah kasus yang terjadi masih perlu diwaspadai. Penataan dan kebijakan yang berpihak dengan masyarakat dilakukan sehingga warga tetap aman meski harus berkegiatan di luar ruangan.
”Pemerintah sudah menyusun rapi prosedur dalam menghadapi kondisi normal baru, tetapi kebijakan yang memastikan setiap warganya paham bagaimana tata cara hidup sehat dalam kondisi seperti ini,” katanya.
Relaksasi yang berdampak kepada aktivitas yang meningkat ini menjadi konsekuensi masyarakat yang harus memiliki sistem ketahanan tubuh dalam mengantisipasi penularan virus korona jenis baru ini.
Irma menuturkan, tata cara hidup sehat ini di antaranya memastikan jarak fisik dan sosial di fasilitas publik, kebiasaan mencuci tangan, serta menjaga kebersihan. Apalagi, di saat pandemi ini sebagian masyarakat masih mengakses transportasi dan layanan publik yang rentan terpapar Covid-19.
”Seperti pedagang pasar atau pekerja harian, mereka harus tetap bekerja untuk menyambung hidup. Sebaiknya ada subsidi dan insentif kepada mereka sehingga memiliki pilihan untuk tidak sering keluar rumah,” ujarnya.
Sejauh ini, relaksasi di bidang ekonomi belum sepenuhnya diterima warga. Pandemi yang belum terkendali membuat mereka tetap terkekang cemas kembali beraktivitas seperti sebelumnya.
Baca juga : Rak Mal yang Kosong Kembali Terisi