Semangat Bung Karno Jadi Pelecut Kreativitas Lawan Pandemi Covid-19
Komunitas kreatif dan sanggar seni meramaikan pergelaran seni dalam jaringan memeringati Bulan Bung Karno di Bali, Minggu (21/6/2020).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Komunitas kreatif dan sanggar seni meramaikan pergelaran seni dalam jaringan memperingati Bulan Bung Karno di Bali, Minggu (21/6/2020). Semangat juang Bung Karno diharapkan terus hadir dalam diri seluruh masyarakat Indonesia di tengah upaya melawan pandemi Covid-19.
Komunitas seni yang terlibat mulai dari kelompok teater, sanggar seni, hingga seniman perorangan. Pesertanya seperti Teater Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Denpasar, Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Badung, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Denpasar.
Selain itu, ada juga Komunitas Mahima, Teater Selem Putih Buleleng, dan Sanggar Seni Gumiart. Ada juga sastrawan Warih Wisatsana dan grup band Mr Botax.
Peringatan Bulan Bung Karno di Bali mulai dilaksanakan sejak 2019 seiring terbitnya Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Bali. Pada peringatan Bulan Bung Karno 2019, dilangsungkan serangkaian kegiatan selama bulan Juni, seperti pameran foto dan arsip Bung Karno, dialog lintas agama, lomba pidato, dan pementasan kesenian.
Kali ini, ditayangkan lewat kanal kanal media Pemerintah Provinsi Bali dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Youtube, pergelaran seni bertema ”Bung Karno dan Bali” digelar selama 60 menit, mulai pukul 19.00 Wita. Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan, acara ini digelar mengaktualisasi nilai Pancasila dan ajaran Trisakti Soekarno. Ajaran itu seperti berdaulat politik, berdikari ekonomi, dan berkepribadian kebudayaan.
Peringatan Bulan Bung Karno 2020 digelar dalam format berbeda karena situasi pandemi Covid-19. Para penampil, baik dari sanggar seni, komunitas, kelompok teater, maupun perorangan, masing-masing menampilkan karya mereka dari tempatnya sendiri.
”Situasi ini jadi momentum bagi seniman untuk kembali ke rumah dan merenung diri,” kata sastrawan Warih Wisatsana. Panggung virtual, menurut Warih, menjadi strategi kreatif baru yang perlu terus digali dan dieksplorasi untuk memperkaya bentuk seni.
Panggung virtual menjadi strategi kreatif baru yang perlu terus digali dan dieksplorasi untuk memperkaya bentuk seni.
Dari rumah
Pergelaran ini diawali puisi berjudul ”Ode Bagi Bung Karno” yang dibawakan oleh Warih. ”Kata-katamu adalah cahaya, karunia cahaya, lintas masa, dan bangsa/ Kata-katamu adalah cahaya, terang pandang bagi kami, mengarungi gelap, menyeberangi senyap, mencapai kemilau negeri merdeka. Indonesia Raya/...” demikian bait dari puisi yang dibacakan Warih.
Selanjutnya ada Komunitas Mahima dari Singaraja. Mereka membawakan musikalisasi puisi berjudul ”Nyoman Rai Srimben”. Puisi itu mengacu sosok Nyoman Rai Srimben, ibu dari Soekarno, yang berasal dari Singaraja, Kabupaten Buleleng. ”Aku menarikan takdir, bertemu Raden, seorang guru dari Jawa yang cendikia/...” tutur Kadek Sonia Piscayanti saat membacakan puisi itu.
Dua siswa dari Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Badung berkolaborasi menampilkan puisi dan musik. Puisi berjudul ”Aku Melihat Indonesia” karya Bung Karno dibacakan saat itu. Setelahnya, ada seniman muda dari Teater Tiga SMA Negeri 3 Denpasar membawakan teatrikalisasi puisi berjudul ”Pelecut Baja”. Lalu, ada juga penampilan siswa SMK Negeri 5 Denpasar yang mementaskan deklamasi dan tari kontemporer berjudul ”Minum Seni dan Kultur”.
Komunitas seniman teater dari Sanggar Selem Putih, Buleleng, juga ikut mementaskan sebentuk drama modern berjudul ”Sarinah”. Seniman sanggar ini juga menghadirkan sindiran terhadap perilaku kalangan tertentu yang suka meniru gaya dan rupa Bung Karno. Namun, tiruan itu tidak berhasil mengamalkan ajarannya dalam kehidupan nyata.
Pergelaran virtual itu diakhiri penampilan grup Mr Botax yang menyanyikan lagu berjudul ”Bung Karno Bapak Bangsa”. Pergelaran virtual itu juga diisi penayangan foto dokumentasi berkaitan dengan Soekarno.