Warga di Kota Padang, Sumatera Barat, tidak dapat mengamati gerhana matahari cincin karena tertutup awan. Awan mulai menutupi beberapa menit menjelang kontak pertama matahari dan bulan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Warga Kota Padang, Sumatera Barat, tidak dapat mengamati gerhana matahari cincin karena tertutup awan. Awan mulai menutupi beberapa menit menjelang kontak pertama matahari dan bulan. Di Padang Panjang, gerhana matahari sempat mencapai puncak, tetapi juga lantas tertutup awan.
Pengamatan gerhana matahari di Padang berlangsung di halaman Masjid Raya Sumatera Barat, Minggu (21/6/2020) siang. Pengamatan dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar menggunakan satu perangkat teleskop.
”Ketika kami memasang peralatan sekitar pukul 13.00, cuaca cukup cerah. Saat memulai obeservasi, cuaca mendung. Kontak awal sampai akhir gerhana tidak bisa diamati karena awannya cukup tebal,” kata Ihsanul Fikri, Pengembang Penyuluh Syariah Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kanwil Kemenag Sumbar.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Padang Panjang, gerhana matahari di Padang berlangsung pukul 14.12-15.31 atau 1 jam 19 menit 7,5 detik. Puncak gerhana matahari terjadi pukul 14.53 dengan matahari tertutup sekitar 10 persen.
Belasan hingga puluhan orang, sebagian besar jemaah shalat gerhana di Masjid Raya Sumbar, silih berganti datang ke tempat pengamatan. Meskipun tidak dapat menyaksikan gerhana, mereka tetap mengintip teleskop baik untuk melihat gerhana maupun berpose untuk difoto.
Rini (52), warga Padang Utara, mengatakan, ia dan rekan-rekannya datang untuk menunaikan shalat gerhana di Masjid Raya Sumbar. Seusai shalat, mereka menyempatkan diri mengamati gerhana matahari di halaman masjid.
Mamuri, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang, mengatakan, di Padang Panjang gerhana matahari sempat teramati dari kontak pertama hingga puncak. Matahari tertutup sebagian, sekitar 10 persen.
”Di Padang Panjang, awal kontak pukul 14.09. Puncaknya pukul 14.53. Namun, kami tak bisa mengamati sampai akhir kontak. Tidak lama setelah mencapai puncak, langsung tertutup awan. Perkiraan kami kontak terakhir pukul 15.34,” kata Mamuri ketika dihubungi dari Padang, Minggu sore.
Dari perhitungan BMKG Padang Panjang, semua wilayah Sumbar dapat mengamati gerhana matahari. Gerhana matahari cincin yang terlihat berupa gerhana matahari sebagian dengan magnitudo gerhana berkisar 0,031 di Tuapejat, Kepulauan Mentawai, hingga 0,099 di Lubuk Sikaping, Pasaman.
Di Padang Panjang, awal kontak pukul 14.09. Puncaknya pukul 14.53. Namun, kami tak bisa mengamati sampai akhir kontak. Tidak lama setelah mencapai puncak, langsung tertutup awan. Perkiraan kami kontak terakhir pukul 15.34.
Secara umum, kata Mamuri, gerhana di Sumbar dimulai pukul 14.03 dan berakhir pukul 15.37. Puncak gerhana terjadi pada pukul 14.54. Durasi gerhana yang teramati di Sumbar rata-rata 1 jam 37 menit.
Mamuri menambahkan, pada 2020, bakal ada dua kali gerhana matahari di dunia. Pertama, gerhana matahari cincin pada 21 Juni 2020 dan kedua, gerhana matahari total 14 Desember 2020. Namun, untuk yang kedua, warga Indonesia tidak dapat mengamati.
Tahun lalu, Padang juga mengalami gerhana matahari sebagian pada Kamis (26/12/2019) siang. Sebagian warga dan wisatawan menikmati momen itu di Masjid Raya Sumbar, BMKG Sumbar, dan Kanwil Kemenag Sumbar mengadakan observasi (Kompas.id, 26/12/2020).
Pada 2020, bakal ada dua kali gerhana matahari di dunia. Pertama, gerhana matahari cincin pada 21 Juni 2020 dan kedua, gerhana matahari total 14 Desember 2020. Namun, untuk yang kedua, warga Indonesia tidak dapat mengamati.
Koordinator BMKG Sumbar Irwan Slamet mengatakan, gerhana matahari di Padang berlangsung 3 jam 49 menit. Kontak pertama antara piringan bulan dan matahari terjadi pukul 10.19 dan berakhir pukul 14.08. ”Puncak gerhana matahari terjadi pukul 12.11,” katanya.
Saat puncak gerhana, piringan bulan menutup piringan matahari sekitar 90 persen. Cahaya matahari meredup beberapa menit sebelum hingga sesudah puncak gerhana. Menurut Irwan, warga Padang dan sekitarnya tidak bisa menikmati gerhana matahari cincin karena faktor lokasi.
Posisi bulan dan matahari tidak persis berada di atas sehingga hanya terjadi gerhana matahari sebagian. Di Indonesia, hanya tujuh provinsi yang mengalami gerhana matahari cincin, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.