Gerhana Matahari Cincin Sebagian di Malang Terhambat Awan
BMKG Stasiun Geofisika Malang melakukan pengamatan gerhana matahari cincin sebagian di Bendungan Ir Sutami, Karangkates. Namun, proses pemantauan terkendala awan tebal.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pengamatan gerhana matahari cincin sebagian di Bendungan Ir Sutami, Karangkates, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (21/6/2020) sore, terhalang mendung. Mendung menutup sejak pukul 13.00 di wilayah Karangkates.
Pengamatan dilakukan langsung oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Malang dan dipimpin langsung oleh Kepala BMKG Stasiun Geofisika Malang Musripan. Pengamatan melibatkan Agus Purwantono dan I Komang Gede Pramana sebagai pengamat dan Anita Wulandari selaku analis proses.
”Matahari sama sekali tidak terlihat karena tertutup awan tebal. Berdasarkan informasi tempat lain yang bisa mengamati, antara lain, ada di Aceh, Manado, Alor, dan Kupang. Di sana cuaca cerah dan magnitudo persentasenya besar,” ujar Musripan.
Wilayah Malang, menurut Musripan, menjadi salah satu daerah yang terlintasi gerhana matahari cincin sebagian pada tahun ini. Namun, dibandingkan daerah lain, persentase magnitudo untuk Malang kecil sekali, yakni hanya 0,005 persen.
”Jadi, kalaupun cuaca mendukung, penampakan gerhana sangat kecil sekali. Yang bisa melihat hanya teropong. Kalau mata telanjang, dipastikan tidak bisa,” ucapnya.
Durasi gerhana di Karangkates terjadi sekitar tiga menit mulai pukul 15.12 sampai 15.15 atau saat posisi matahari 25 derajat. Dilihat dari waktu mulainya, Malang menjadi daerah terakhir di Jawa Timur yang terlintasi oleh gerhana dan paling singkat durasi waktunya dibandingkan daerah lain se-Indonesia.
Dilihat dari waktu mulainya, Malang menjadi daerah terakhir di Jawa Timur yang terlintasi oleh gerhana dan paling singkat durasi waktunya dibanding daerah lain se-Indonesia.
”Di Jawa Timur, ada enam kabupaten yang tidak bisa melihat, seperti Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, dan Blitar, akibat jauh dari pelintasan. Sementara yang lain bisa melihat karena faktor geografis, posisi garis lintang dan garis bujur. Makin ke barat makin jauh sehingga tidak bisa melihat,” ujar Musripan.
Gerhana bulan cincin sebagian terjadi akibat posisi bumi, bulan, dan matahari berada pada satu garis lurus. Gerhana cincin cukup sering terjadi. Gerhana cincin terakhir teramati pada Desember 2019. ”Tepatnya 26 Desember 2019. Saat itu cuaca mendung sehingga gerhana tampak,” kata Anita.
Selain mengamati gerhana matahari cincin sebagian, BMKG Stasiun Geofisika Malang pada waktu yang sama juga melakukan pengamatan hilal bulan baru Zulkaidah. Pengamatan dilakukan di tempat yang sama pada pukul 17.21.
Ini merupakan pengamatan rutin yang dilakukan BMKG Stasiun Geofisika setiap bulan. Biasanya pengamatan bulan baru dihadiri pihak Kementerian Agama Kabupaten Malang dan Pemerintah Kabupaten Malang.