Empat Perawat RSUD Zainoel Abidin di Aceh Terpapar Covid-19
Pemprov Aceh memperbanyak tes usap tenggorokan bukan tes cepat. Tes usap tenggorokan hasilnya lebih akurat seseorang terpapar virus korona atau tidak.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Empat perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, Banda Aceh, dilaporkan terpapar virus korona baru. Empat petugas medis itu diduga terpapar saat merawat pasien Covid-19, SUK (36), yang meninggal pada Rabu ,17 Juni 2020.
Wakil Direktur RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh, Endang Meutiawati, yang dihubungi, Minggu (21/6/2020), menuturkan, keempat perawat tersebut bertugas di unit Respiratory Intensive Care Unit (RICU), tempat khusus pasien Covid-19. ”Saat ini perawat (positif Covid-19) kami isolasi di RICU,” kata Endang.
Uji usap tenggorokan dilakukan terhadap tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 untuk mengantisipasi penyebaran lebih luas. Setelah mendapatkan hasil empat orang positif, pihak RSUD Zainoel Abidin melakukan uji usap tenggorokan terhadap petugas instalasi jenazah, perawat bagian luar RICU, petugas kebersihan, dan keluarga perawat. Sebanyak 55 orang yang diuji semuanya hasilnya negatif.
Selain empat perawat, lima anggota keluarga almarhum SUK juga positif Covid-19. SUK dimakamkan di kawasan Blang Bintang, Aceh Besar. Dengan demikian, jumlah pasien positif di Aceh sebanyak 49 orang. Dalam dua pekan terakhir, terjadi lonjakan kasus yang sangat signifikan.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengingatkan warga agar tidak abai terhadap aturan kesehatan. Pasalnya, transmisi lokal telah terjadi di Banda Aceh. Jika kasus terus bertambah, kemungkinan pemerintah akan menetapkan daerah rawan dan memperketat aktivitas warga.
Anggota Bidang Riset Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala, Rina Oktari Suryani, berpendapat, hingga kini, sebagian warga tidak patuh terhadap imbauan pemerintah. Saat ini, menurut dia, hanya 25 persen warga yang beraktivitas di luar rumah menggunakan masker. Sayangnya, pemerintah tidak tegas terhadap warga yang abai pada protokol kesehatan.
Hanya 25 persen warga yang beraktivitas di luar rumah menggunakan masker. Sayangnya, pemerintah tidak tegas terhadap warga yang abai pada protokol kesehatan.
Rina menuturkan, apabila terjadi lonjakan kasus, fasilitas kesehatan di Aceh tidak akan mampu menampung pasien Covid-19. Untuk itu, Rina mengajak warga untuk waspada dan peduli pada kesehatan diri. Dalam kondisi seperti ini, kesadaran individu menjadi kunci agar terhindar dari virus korona baru.
Pasca-lonjakan kasus Covid-19, Rina menyarankan Pemprov Aceh untuk memperbanyak tes usap tenggorokan, bukan tes cepat (rapid test). Hasil tes usap tenggorokan lebih akurat untuk membuktikan seseorang terpapar virus korona baru.
Juru bicara penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani, mengatakan, tes massal terhadap 25.000 orang dilakukan dalam bentuk tes cepat. Apabila ditemukan warga yang reaktif melalui tes cepat, baru akan dilanjutkan dengan tes usap tenggorokan. Sebab, biaya tes cepat jauh lebih murah daripada tes usap tenggorokan.