Nyaris Terisolasi, Warga Mondoliko Menanti Relokasi
Aksesibilitas menuju Dukuh Mondoliko kian memperihatinkan setiap rob atau limpasan air laut menerjang, seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir. Warga masih menyimpan harapan agar direlokasi ke lokasi yang tak jauh.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Setiap banjir rob melanda kala air laut pasang, Dukuh Mondoliko di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, selalu dikepung genangan. Nyaris terisolasi karena minimnya aksesibilitas, warga mengharapkan relokasi.
Jumat (19/6/2020) sore, air laut setinggi 10-15 sentimeter (cm) menggenangi jalan cor selebar 1,5 meter yang menjadi satu-satunya akses masuk kampung. Warga yang berani dan terbiasa tetap mengendarai sepeda motor, sedangkan sebagian lagi enggan mengambil risiko karena jalan licin.
”Ini sebenarnya rob kecil. Saat air sedang tinggi bisa lebih dari 30 cm. Saya cuma kasihan dengan anak-anak sekolah karena beberapa kali jatuh. Untungnya sekarang sedang libur. Saya inginnya minta pindah (relokasi) saja,” ucap Nur Salim (43), warga Mondoliko.
Berjarak sekitar 8 kilometer (km) dari perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak, satu-satunya akses menuju Dukuh Mondoliko adalah melewati jalan cor beton tersebut. Pada salah satu ruas, cor sudah ambrol sehingga tersisa lebar kurang dari 1 meter.
Jalan itu dapat diakses melalui Dukuh Sodong, Desa Sidogemah, Sayung. Adapun jalan yang menghubungkan Dukuh Mondoliko dengan Balai Desa Bedono sudah lama terputus. Untuk mengurus surat-menyurat ke balai desa, warga Mondoliko harus berputar hingga sejauh sekitar 7 km.
Aksesibilitas kian memprihatinkan setiap rob atau limpasan air laut menerjang, seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir. Sebagian besar warga yang bekerja sebagai buruh pabrik harus mengatur waktu agar bisa melintasi genangan. Mereka biasanya menitipkan sepeda motor di Sodong, lalu berjalan kaki menerjang rob.
Warga seolah beradu cepat dengan ganasnya alam. Nur Salim mengaku sudah meninggikan rumahnya total hingga 2 meter. Menurut dia, waktu datangnya rob tidak menentu. Dalam beberapa hari terakhir, waktu air surut berkisar pukul 22.00-03.00. Banyak warga yang menunggu sampai air surut baru pulang ke rumah.
Warga lainnya, Suharto (43), menuturkan, saat puncak rob, jalan di depan rumahnya tergenang hingga lebih dari 50 cm. Ia berharap ada relokasi bagi warga dengan lokasi yang diharapkan tak jauh dari Mondoliko. ”Beberapa tahun lalu ada usulan relokasi, tetapi ke luar Pulau Jawa. Kalau sejauh itu, berat buat kami,” ujarnya.
Aksesibilitas kian memprihatinkan setiap rob atau limpasan air laut menerjang. Sebagian besar warga yang bekerja sebagai buruh pabrik harus mengatur waktu agar bisa melintasi genangan.
Solusi
Sekretaris Desa Bedono Aslor mengatakan, sekitar 80 persen wilayah Bedono terdampak rob. Namun, diakuinya, Mondoliko yang dihuni sekitar 120 keluarga merupakan salah satu dukuh yang paling parah terdampak, terutama dari segi aksesibilitas. Rob tahun ini dinilainya lebih tinggi dari tahun lalu.
”Solusi dari pemerintah desa ialah selalu mengajukan pembangunan sabuk laut dan perbaikan jalan di wilayah Bedono. Untuk relokasi, memang warga Mondoliko inginnya seperti itu. Namun, tentu itu menyangkut anggaran dan kebijakan di atas kami (pemkab dan pemprov),” ujarnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Demak Singgih Setyono menuturkan, program relokasi sudah pernah ditawarkan Gubernur Jateng dan Bupati Demak. Namun, saat itu warga Mondoliko menolak.
Saat ditanya terkait lokasi yang ditawarkan kepada warga, Singgih menjawab singkat. ”Belum bisa ditentukan sekarang,” ujarnya melalui pesan singkat.
Guru Besar Bidang Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Denny Nugroho Sugianto mengatakan, ada beberapa hal yang memengaruhi ketinggian air pasang. ”Itu karena pengaruh cuaca (angin) dan gelombang yang terjadi di laut, seperti wave setup (gelombang laut) dan wind setup (angin laut), yang terjadi beberapa bulan terakhir ini,” kata Denny.
Penanganan lain dengan cara adopsi, yakni membuat rumah panggung warga yang sudah dilakukan sejumlah warga di Tambaklorok, Kota Semarang. Adapun relokasi menjadi pilihan terakhir karena menyangkut dampak sosial ekonomi pada masyarakat.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, pihaknya terus memantau perkembangan rob di Demak. Ia juga telah meminta Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng untuk bekerja ekstra dalam menangani bencana yang terus berulang itu.
”Sayung memang menjadi perhatian saya secara khusus. Hanya saya harus menjelaskan kepada masyarakat, kami akan menyelesaikan itu dengan program tol laut. Namun, karena proyek itu belum selesai, saya minta masyarakat bersabar,” ujar Ganjar.