Persoalkan Guyonan Gus Dur, Personel Polres Kepulauan Sula Dievaluasi
Kapolda Maluku Utara Inspektur Jenderal Rikwanto menyatakan, personel Polres Kepulauan Sula yang menginterogasi dan meminta Ismail Ahmad (41) menyampaikan permohonan maaf dalam konferensi pers akan dibina.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kepala Polda Maluku Utara Inspektur Jenderal Rikwanto menyatakan, personel Polres Kepulauan Sula yang menginterogasi dan meminta Ismail Ahmad (41) menyampaikan permohonan maaf dalam konferensi pers karena mengunggah guyonan Gus Dur tentang polisi akan dibina. Perbuatan personel itu menimbulkan penilaian buruk masyarakat terhadap institusi Polri. Hal ini menjadi catatan sekaligus bahan evaluasi internal Polda Maluku Utara.
Menurut Rikwanto, saat dihubungi dari Ambon, Maluku, Jumat (19/6/2020), langkah tidak tepat yang diambil para anggota Polri itu akan menjadi pertimbangan penting pimpinan dalam penilaian kinerja mereka. Namun, ia enggan menyebutkan tindakan nyata secara institusional dari hasil evaluasi itu. ”Prosesnya sambil berjalan,” ujarnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Ismail Ahmad, warga Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, oleh polisi diminta menyampaikan permohonan maaf lantaran mengunggah guyonan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di laman Facebook-nya. Guyonan itu menyebutkan, polisi jujur terdiri atas patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal (Pol) Hoegeng Iman Santoso, mantan kepala Polri.
Ismail mengunggah guyonan itu pada Jumat (12/6/2020) siang. Tiga jam kemudian, ada anggota Polres Kepulauan Sula yang menjemput Ismail dan membawanya ke markas Polres Sula. Ia diinterogasi di sana. Unggahan itu pun dihapus. Empat hari kemudian, ia dipanggil lagi dan diminta menyampaikan permohonan maaf dalam konferensi pers yang digelar oleh polisi.
Rikwanto berharap agar masalah tersebut jangan sampai terulang lagi. Ia pun mengimbau para anggota agar mewaspadai dan menghindari hal-hal yang bisa merusak citra institusi kepolisian, baik yang bersumber dari internal maupun eksternal. Kejadian di Kepulauan Sula itu hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi mereka.
Peristiwa tersebut memancing reaksi negatif dari publik. Sejumlah tokoh nasional, termasuk keluarga Gus Dur, juga angkat bicara. Di media sosial, Ismail dibela oleh warganet.
Ismail, saat dihubungi secara terpisah pada Jumat, mengatakan, dirinya dalam kondisi baik. Tidak ada tekanan atau ancaman yang dialamatkan kepadanya. ”Alhamdulillah baik,” kata aparatur sipil negara itu. Sebelumnya, ia menyatakan masalah itu sudah selesai.
Pengamat sosial dari Universitas Pattimura Ambon Josef Antonius Ufi menilai guyonan itu semacam hiburan di tengah masyarakat yang tidak perlu ditanggapi secara reaktif oleh polisi. Tekanan dari polisi justru dapat mencoreng citra polisi sendiri. ”Guyonan ini mengingatkan aparat secara reflektif,” ujarnya.
Aparat dimaksud tidak hanya polisi, tetapi juga aparatur sipil negara lainnya, termasuk Ismail. Menurut Josef, guyonan itu juga bukan berarti bahwa polisi yang jujur hanya Hoegeng. Masih banyak polisi yang bersikap baik dan jujur.
Banyak dari mereka yang bekerja melampaui tugas dan tanggung jawab, tetapi jauh dari sorotan publik. Nama Hoegeng melegenda karena sempat menjadi pucuk pimpinan di Polri.
Tahun 2019, Kompas pernah mengangkat kisah Brigadir Kepala Bastian Tuhuteru (31), anggota Polres Pulau Buru, Polda Maluku, yang mengajar di sejumlah kampung di pedalaman Pulau Buru yang tidak memiliki gedung sekolah. Untuk menjangkau daerah itu, orang harus berjalan kaki selama berjam-jam melewati jalan setapak serta menyeberangi dua sungai.
Bastian termasuk polisi pertama yang menembus dusun itu. Apabila sedang musim kemarau, ia datang ke dusun itu dengan motor trail. Jika musim hujan, ia harus menunggu air sungai surut. Bastian kemudian terpilih menjadi juara 1 polisi teladan Indonesia. Kini, ia sedang mengikut sekolah perwira sebagai hadiah dari pengabdian itu.