Mulai Masuk, Santri Lirboyo Tempati Asrama Isolasi Dua Pekan
Setelah belajar di rumah selama tiga bulan, santri yang menuntut ilmu di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, mulai masuk besok. Sejumlah protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 pun disiapkan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS - Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, berusaha menerapkan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 ini. Salah satu upaya pencegahan yakni dengan memasukkan santri yang baru masuk dalam asrama isolasi selama dua pekan di lingkungan pesantren. Proses masuknya santri pun dilakukan secara bertahap.
Setelah belajar di rumah sekitar tiga bulan, untuk tahap awal, sebanyak 2.500 santri kembali masuk pesantren mulai Sabtu (20/6/2020) dan Minggu (21/6). Mereka berasal dari wilayah Karesidenan Kediri, seperti Kabupaten Ngajuk, Tulungangung, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek. Jumlah total santri Lirboyo mencapai 28.000 orang, salah satu pesantren besar di Indonesia.
Juru Bicara sekaligus Ketua Pesantren Tangguh Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib, mengatakan santri yang baru datang akan dimasukkan dalam asrama isolasi, setelah mereka lebih dulu diperiksa kesehatannya. Jika selama di asrama isolasi tidak ada masalah, mereka baru dimasukkan ke dalam asrama pesantren.
“Kami bekerja sama dengan kepolisian. Sejak awal, kami ada program Pondok Tangguh. Selain menyiapkan tempat isolasi, kami juga menerapkan protokol kesehatan terhadap para santri dan semua aktivitas di dalam pesantren,” ujar Mu’id, saat dihubungi dari Malang, Jumat (19/6).
Sebelum para santri datang, menurut Mu’id, dua pekan lalu, pihaknya telah meminta kepada para santri untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Para santri disaring (screening) oleh alumni Pesantren Lirboyo yang ada di daerah-daerah.
Para alumni tersebut membantu pihak pesantren untuk memastikan apakah santri yang akan masuk kembali itu telah melakukan isolasi mandiri, bebas dari Covid-19, dan tidak berasal dari zona merah. “Kami juga meminta santri untuk tidak menggunakan kendaraan umum saat kembali ke pesantren nantinya,” ucapnya.
Mengenai kapan sisa 25.500 orang santri lainnya menyusul masuk, Mu’id mengatakan, pihaknya masih menunggu perkembangan situasi dan evaluasi. “Sebenarnya, kami berharap, sambil berjalannya waktu, angka Covid-19 secara nasional dan Jawa Timur bisa turun. Tapi, kok, sampai sekarang belum ada tanda-tanda turun,” ucapnya.
Sebelumnya, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan, dirinya sudah berkoordinasi dengan pengelola pesantren di wilayahnya. Ada beberapa poin yang menjadi perhatian bersama, mulai dari tahapan kapan para santri masuk hingga kelengkapan protokol kesehatan yang mesti disiapkan.
Di Kota Kediri terdapat sekitar 40 pesantren dengan jumlah santri mencapai puluhan ribu orang. Abu Bakar juga telah meminta agar pihak pesantren menyiapkan ruang karantina atau isolasi untuk menampung apabila nantinya ada santri sakit. Hal ini karena tempat yang disediakan Pemkot Kediri untuk menampung pasien terkait Covid-19 terbatas.
Pemkot Kediri hanya menyediakan dua tempat bagi pasien Covid-19, yakni RS Gambiran untuk mereka yang bergejala dan RS Kilisuci untuk isolasi mandiri bagi orang tanpa gejala yang rumahnya tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri.
"Pondok harus menyiapkan tempat juga. Ini untuk mengantisipasi jika nantinya tempat yang kami siapkan penuh. Bagaimanapun juga kami punya keterbatasan sehingga pesantren diharapkan memiliki tempat karantina bagi santri mereka," katanya.